Selasa, 29 Juni 2010

DIABETES MELLITUS

Diabetes melitus atau masyarakat luas mengenalnya sebagai penyakit glukosa atau kencing manis, merupakan penyakit endokrin akibat defek dalam sekresi dan kerja insulin atau keduanya sehingga terjadi defisiensi insulin dimana tubuh mengeluarkan terlalu sedikit insulin (absolut) atau insulin yang dikeluarkan resisten (resisten) sehingga mengakibatkan kelainan metabolisme kronis berupa hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi kronik pada sistem tubuh seperti glikosuria, poliuria, rasa haus, rasa lapar, badan kurus, dan kelemahan.

ANATOMI

Pankreas adalah organ yang mempunyai fungsi endokrin dan eksokrin, terletak di bagian posterior gaster dan berhubungan erat dengan duodenum sebagai sistem pencernaan. Dalam fungsi eksokrin, pankreas terdiri dari kelenjar asini dan sistem duktus yang membawa sekret pankreatik ke duodenum. Sedangkan dalam fungsinya sebagai kelenjar endokrin, pankreas terdiri dari pulau-pulau (islet) Langerhans yang terdiri dari sel α (alfa) yang memproduksi glukagon, sel β (beta)yang memproduksi insulin, dan sel δ (delta)yang memproduksi somatostasin. Untuk memudahkan, dapat dilihat pada tabel berikut :
Sel Hormon Struktur Jaringan target Respon
Alfa (α) Glukagon Polipeptida Terutama hati Meningkatkan pemecahan glikogen, melepaskan glukosa ke sirkulasi
Beta (β) Insulin Protein Terutama hati, otot rangka, jaringan adiposa Meningkatkan uptake dan pemakaian glukosa dan asam amino
Delta (δ) Somatostatin Peptida Sel alfa dan sel beta (somatostasin juga diproduksi si hipothalamus) Menghambat sekresi insulin dan glukagon

FISIOLOGI
Telah disebutkan sebelumnya bahwa insulin dihasilkan oleh sel β pankreas sebagai hormon yang dilepaskan oleh pankreas, merupakan zat utama yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar glukosa darah yang tepat. Insulin menyebabkan glukosa berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Peningkatan kadar glukosa darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar glukosa darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar glukosa darah menurun secara perlahan.
Gen insulin manusia terdapat pada lengan pendek dari kromoson 11. Insulin disekresikan sebagai preproinsulin. Preproinsulin adalah suatu peptida rantai panjang dengan BM 11.500. Preproinsulin ini diarahkan ke retikulum endoplasma oleh sinyal dari rangkaian pemandu/sequence yang bersifat hidropfobik. Disini akan terjadi proses pembelahan molekul preproinsulin oleh enzim-enzim mikrosomal menghasilkan molekul proinsulin (BM kira-kira 9000).
Proinsulin diangkut ke badan golgi dimana berlangsung proses pengemasan menjadi granula-granula sekretorik berlapis klatrin. Granula-granula yang matang mengandung insulin yang terdiri dari 51 asam amino yang terkandung dalam 21 asam amino rantai α dan 30 asam amino rantai β serta C-peptida. Dan akhirnya insulin disekresikan dari pankreas 40-50 unit/hari (15-20% dari penyimpanan )
Sekresi insulin dapat berlangsung secara :
 Sekresi insulin basal yaitu terjadi tanpa adanya rangsangan eksogen,ini merupakan jumlah insulin yang disekresikan dalam keadaan puasa.
 Sekresi insulin yang dirangsang karena adanya respon terhadap rangsang eksogen. Sejumlah zat yang terlibat dalam pelepasan insulin disini adalah :
 Glukosa yang merupakan trigger pelepasan insulin paling poten. Glukosa masuk kedalam sel β pankreas secara difusi pasif yang diperantarai protein membran yang spesifik disebut Glukosa Transpoter 2 sehingga akan merangsang sekresi insulin
 Asam Amino, asam lemak, dan badan keton.
 Faktor hormonal. Saraf β adrenergik merangsang sekresi insulin yang mungkin dengan cara peningkatan cAMP intrasel. Paparan yang terus menerus dengan hormon pertumbuhan, kortisol, laktogen plasenta, estrogen, progestin dalam jumlah yang berlebihan juga meningkatkan sekresi insulin.
 Preparat farmalologik : • Senyawa sulfonilurea
• Tolbutamid
Mekanisme kerja insulin dimulai dengan berikatannya insulin dengan reseptor glikoprotein yang spesifik pada permukaan sel sasaran. Reseptor ini terdiri dari 2 subunit yaitu:
 subunit α yang besar dengan BM 130.000 yang meluas ekstraseluler terlibat pada pengikatan molekul insulin.
 subunit β yang lebih kecil dengan BM 90.000 yang dominan di dalam sitoplasma mengandung suatu kinase yang akan teraktivasi pada pengikatan insulin dengan akibat fosforilasi terhadap subunit β itu sendiri (autofosforilasi).
Reseptor insulin yang sudah terfosforilasi melakukan reaksi fosforilasi terhadap substrat reseptor insulin (IRS -1). IRS-1 yang terfosforilasi akan terikat dengan domain SH2 pada sejumlah protein yang terlibat langsung dalam pengantara berbagai efek insulin yang berbeda.
Pada dua jaringan sasaran insulin yang utama yaitu otot lurik dan jaringan adiposa, serangkaian proses fosforilasi yang berawal dari daerah kinase teraktivasi tersebut akan merangsang protein-protein intraseluler, termasuk Glukosa Transporter 4 untuk berpindah ke permukaan sel. Jika proses ini berlangsung pada saat pemberian makan, maka akan mempermudah transport zat-zat gizi ke dalam jaringan-jaringan sasaran insulin tersebut.
Kelainan reseptor insulin dalam jumlah, afinitas ataupun keduanya dapat mempengaruhi kerja insulin. Down reglukosation adalah jumlah ikatan reseptor insulin jadi berkurang sebagai respon kadar insulin dalam sirkulasi yang meninggi kronik, contohnya adanya kortisol dalam jumlah yang berlebihan.
Sebaliknya jika kadar insulin rendah, maka ikatan reseptornya akan mengalami peningkatan kondisi ini terlihat pada keadaan lapar atau puasa.
Insulin akan menimbulkan manifestasi seperti di bawah ini :

HATI OTOT JARINGAN ADIPOSA
1. membantu glikogenesis
2. meningkatkan sintesis trigliserida, kolesterol, VLDL
3. meningkatkan sintesis protein
4. menghambat glikogenolisis
5. menghambat ketogenesis
6. menghambat glukoneogenesis 1. membantu sintesis protein dengan :
• meningkatkan transport asam amino
• merangsang sintesis protein ribosomal
2. membantu sintesis glikogen 1. membantu penyimpanan trigliserida
2. meningkatkan transport glukosa ke dalam sel lemak
3. menghambat lipolisis intraseluler

PATOFISIOLOGI
Kadar glukosa darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar glukosa darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung glukosa maupun karbohidrat lainnya. Kadar glukosa darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif karena pada saat melakukan aktivitas fisik kadar glukosa darah juga bisa menurun karena otot menggunakan glukosa untuk energi.
Dilihat dari kadar insulin dalam tubuh penderita maka diabetes dapat digolongkan menjadi dua yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2.
DIABETES MELLITUS TIPE 1
Diabetes tipe 1 atau disebut juga Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) karena ketergantungannya terhadap insulin. Awalnya DM tipe 1 disebut sebagai diabetes juvenilis karena dapat diderita pada bayi dan anak-anak. Defisiensi insulin pada DM tipe 1 bersifat absolut sehingga menyebabkan penderita harus mendapat suplai insulin dari luar karena tanpa pemberian insulin eksogen ini, pasien akan jatuh dalam dekompensasi metabolik yang berat, ketoasidosis, sampai kematian dalam waktu yang pendek. Keadaan ini disebabkan karena lesi pada sel beta pankreas yang memproduksi insulin. Banyak hal yang dapat menyebabkan DM tipe 1. Menurut The Expert Committee on the Diagnosis and Classification of DiabetesMellitus, didapat 2 subklasifikasi untuk DM tipe 1, yaitu Immune mediated (DM 1A) dan Idiopathic (DM 1B).
 DIABETES MELLITUS 1A
DM 1A terjadi karena adanya immune mediated atau mekanisme autoimun. Walaupun masih spekulatif dan belum lengkap, hasil penelitian pada manusia dan hewan model menunjukkan bahwa interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan berperan dalam mekanisme patogenesis DM 1A. Namun, tahapan perjalanan penyakit dan mekanisme patogenesis DM 1A sampai saat ini belum sepenuhnya diketahui. Berbagai kemungkinan perjalanan penyakit DM 1A adalah :
• linier - sekali proses autoimun dicetuskan, proses tersebut akan menetap serta berlanjut dengan perjalanan yang progresif.
• acak -sesudah proses autoimun dicetuskan dapat mengalami fluktuasi dengan periode-periode remisi dan kambuhan (relaps) disertai abnormalitas metabolik dan imunologik yang juga berfluktuasi. Proses autoimun tersebut mungkin dapat bersifat sementara (transient) dan reversibel.


PERJALANAN PENYAKIT
Perjalanan DM 1A dapat dibagi menjadi beberapa tahap diawali dengan kerentanan genetik dan diakhiri (dari sudut pandang imunologi dengan destruksi sel β yang menyeluruh :
1. Tahap I : kerentanan genetik
2. Tahap II : pemicu autoimunitas
3. Tahap III : destruksi sel β oleh proses autoimunitas
4. Tahap IV : hilangnya sekresi insulin
Faktor genetik diduga mempengaruhi setiap tahap perkembangan penyakit. Pada beberapa individu yang mengekspresikan alel yang protektif, walaupun menunjukkan adanya autoantibodi di dalam serumnya tetapi dapat juga tidak berlanjut menjadi DM 1A.

TAHAP I. RISIKO GENETIK
Diabetes tipe 1A merupakan bentuk immune mediated diabetes dengan kausa genetik yang diketahui sebagai bagian dari sindrom autoimun. Pada kembar identik (monozigotik) pasien DM 1A mempunyai risiko menderita DM 1A sebesar 50%. Konsisten dengan heterogenitasnya, risiko tersebut sangat bervariasi. Usia awal (onset) timbulnya penyakit menentukan risiko kembarannya. Bila kembarannya menderita DM sebelum usia 5 tahun, risiko saudara kembarnya menjadi diabetes melampaui 50%. Sebaliknya bila saudara kembarnya menderita diabetes sesudah usia 25 tahun, risiko kembarannya kurang dari 10%.
Indivdu dengan mutasi gen Autoimmune Reglukosator (AIRE) menimbulkan immune mediateddiabetes. Pada manusia, gen-gen utama yang terkait dengan DM 1A adalah gen HLA DR dan DQ. Selain gen-gen HLA DQ dan DR, didapatkan paling sedikit 15 lokus gen yang memegang peran dalam kerentanan diabetes pada, walaupun peran setiap lokus tersebut relatif kecil (polygenic inheritance).
Bagaimana mekanisme kerentanan dan proteksi tersebut berlangsung sampai saat ini belum jelas. Diduga kegagalan seleksi-maturasi sel T di timus menyebabkan banyaknya sel T yang mengekspresikan sekaligus CD4+ dan CD8+ lolos di sirkulasi perifer sehingga sel-sel tersebut tidak mampu membedakan self dan non-self.

TAHAP II : PEMICU (TRIGGERING)
Autoimunitas anti-islet (misal: autoantibodi insulin), insulitis dan immune mediated diabetes dapat dicetuskan dengan berbagai manipulasi imunologik dan genetik. Pemberian poly-IC (poly inosinic cytodylic acid) pada strain tikus normal yang rentan terhadap diabetes akan menimbulkan insulitis dan pada sebagian tikus yang lain menimbulkan diabetes yang nyata (overt) dengan destruksi sel β. Poly-IC berinteraksi dengan reseptor Toll 3 sistim imun innate yang berakibat serangkaian peristiwa imunologik
intrasel yang dimediasi sitokin. Poly-IC menirukan virus RNA double stranded dalam menimbulkan DM 1A pada individu yang rentan.
Berbagai strain mencit yang normal dengan cepat akan membentuk autoantibodi terhadap insulin bila dihadapkan dengan peptida insulin. Bila peptida tersebut diberikan bersama dengan poly-IC, insulitis akan terinduksi dan pada mencit yang rentan diabetes dapat terinduksi juga. Berbagai studi dengan model binatang menunjukkan bahwa binatang normal mempunyai limfosit B dan T yang autoreactive yang dapat diperbanyak dan diaktifkan, dengan hasil akhir diabetes. Walaupun strain-strain tersebut normal, tetapi mereka mempunyai varian-varian molekul MHC yang menentukan kerentanan penyakit, dengan cara mempengaruhi responsi sel T terhadap peptida yang relevan. Molekul MHC kelas II (equivalen dengan DR and DQ pada manusia) tampaknya mungkin mempengaruhi timbulnya diabetes dengan cara mengikat peptida yang sesuai dan mempresentasikan pada sel T di dalam sel islet, atau dengan mempengaruhi T cell repertoir di timus.
Pada manusia, faktor lingkungan yang mencetuskan autoimunitas anti-islet sebagian besar masih belum diketahui. Infeksi kongenital diketahui meningkatkan risiko DM 1A, dan berbagai kelainan autoimun (seperti autoimunitas tiroid). Infeksi rubella kongenital dikaitkan dengan meningkatnya risiko DM 1A. Diduga infeksi kongenital merusak sistim imun yang sedang tumbuh dan menyebabkan kerentanan berbagai penyakit meningkat.
Enterovirus mungkin merupakan faktor lingkungan yang paling banyak diteliti. Para ahli mengkaitkan antibodi virus Coxsackie dan virus RNA tipe 1 dengan DM 1A. Dengan mengukur timbulnya autoantibodi anti-islet, studi di Finlandia membuktikan bahwa infeksi dengan enterovirus dikaitkan dengan timbulnya autoimunitas anti-islet. Peran faktor makanan dalam kaitannya dengan risiko DM 1A juga telah diteliti secara ekstensif. Salah satu hipotesis menyebutkan bahwa susu sapi yang diberikan pada bayi, terutama pada bulan-bulan pertama dikaitkan dengan timbulnya diabetes. Penelitian dari Denver, Munich, dan Melbourne tidak mendukung hipotesis tersebut. Saat ini belum ada data yang cukup kuat yang mengkaitkan diet pada bayi dengan risiko diabetes.
Namun, faktor lingkungan diduga selain meningkatkan risiko timbulnya diabetes, tetapi mungkin juga memberikan proteksi. Dalam kurun waktu tiga dekade insidensi diabetes, khususnya diabetes yang timbul pada usia 5 tahun atau kurang, meningkat secara dramatis tiga kali lipat. Peningkatan seperti itu tidak dapat dijelaskan dari perubahan genetik. Satu hipotesis mengemukakan bahwa lingkungan yang makin “bersih” menyebabkan perkembangan sistem imun yang normal akan terganggu (misal : perkembangan yang subnormal reglukosatory T cell) dengan akibat meningkatnya penyakit-penyakit yang dimediasi Th2 (asthma) dan Th1 (DM tipe 1). Studi mengungkapkan adanya kemungkinan berkurangnya infeksi dengan cacing kremi dengan meningkatnya risiko DM 1A.

TAHAP III : AUTOIMUNITAS
Pada anak yang beresiko DM 1A dan diikuti perkembangannya sejak lahir, insulin autoantibodies pada umumnya merupakan autoantibodi pertama yang muncul. Autoantibodi tersebut dapat muncul pada 6 bulan pertama usia bayi. Sekali autoantibodi insulin tersebut muncul pada usia yang sedemikian muda maka risiko timbulnya autoantibodi-autoantibodi islet-cell yang lain serta terjadinya DM 1A meningkat. Lebih dari 90% anak dengan DM 1A yang timbul sebelum usia 5 tahun mempunyai insulin autoantidodies, bila DM 1A timbul sesudah usia 12 tahun insulin autiantibodies hanya didapatkan pada kurang dari 50%.
Terapi insulin pada penderita dapat menginduksi insulin antibodi yang sampai saat ini belum dapat dibedakan dengan insulin autoantibodi. Oleh sebab itu pada pendeita yang telah mendapat terapi insulin selama beberapa minggu, insulin autoantibodi yang positif tidak dapat diinterpretasikan. Semua autoantibodi yang diperiksa pada 9 bulan pertama usia anak mungkin diperoleh dari ibu yang menderita DM 1A dan mendapat terapi.
Keberadaan autoantibodi tunggal hanya dikaitkan denganpeningkatan risiko progresi menjadi DM 1A sekitar 20%. Bila didapatkan dua atau lebih autoantibodi (GAD65, ICA512, atau insulin) maka progresi menjadi diabetes sangat tinggi, dan bila diikuti selama 10 tahun mencapai lebih dari 75%. Bila didapatkan beberapa autoantibodi, umumnya autoantibodi-autoantibodi tersebut tetap terekspresi sampai individu tersebut menjadi diabetes yang nyata (overt). Sesudah diabetesnya timbul, autoantibodi tersebut akan menghilang. ICA512 menghilang lebih cepat dibanding dengan GAD65 (lebih dari 10 tahun). Pada pasien yang sudah lama menderita diabetes, transplantasi pankreas atau islet cell, ekspresi GAD65 dan ICA512 dapat diinduksi kembali.
Tetapi tidak semua juga individu dengan 2 atau lebih autoantibodi berkembang menjadi DM 1A. Misalnya, pada individu yang mempunyai 2 autoantibodi atau lebih dan mempunyai molekul HLA yang protektif, risiko diabetesnya tidak diketahui. Diabetes dapat tidak timbul pada individu yang mempunyai alel HLA DQB1*0602 yang protektif walaupun titer autoantibodi tinggi.

TAHAP IV. HILANGNYA SEKRESI (PRODUKSI) INSULIN
Secara umum dapat dikatakan bahwa DM 1A timbul pada individu yang secara genetik rentan atau kehilangan proteksi, terpapar oleh suatu agen pencetus dari lingkungan sehingga terjadi proses autoimun yang berlanjut sampai sebagian besar sel b mengalami kerusakan dan musnah.
Saat ini belum ada cara yang secara pasti dapat mengukur masa sel β dan progresi hilangnya sel β. Hanya sebagian kecil individu yang menyandang alel gen yang rentan berlanjut menjadi DM 1A. Tampaknya serangan autoimun berlangsung melalui beberapa tahap dan setiap tahap memerlukan berbagai gen atau faktor lingkungan yang “sesuai” agar proses perjalanan penyakit dapat terus berlangsung atau berhenti. Mungkin timing untuk setiap peristiwa juga penting dalam menentukan kelanjutan proses perjalanan penyakit.
Bukti yang menunjukkan hilangnya secara progresif fungsi sel β diperoleh dari pengukuran sekresi insulin dan C-peptida. Sesudah onset diabetes terbukti bahwa sekresi C-peptida berkurang secara progresif sampai pada akhirnya tidak terdeteksi. Hal tersebut menunjukkan ketergantungan terhadap insulin eksogen yang sesungguhnya.
Pada saudara kandung pasien DM 1A, sekresi insulin fase pertama pasca bolus glukosa intra vena juga berkurang. Fenomena tersebut mendahului timbulnya diabetes. Gangguan tersebut mungkin akibat dari hambatan fungsional sekresi sel β. Akan tetapi studi patologi menunjukkan bahwa pada kembar identik pasien yang tidak menunjukkan aktivitas autoimunitas anti-islet, masa sel β normal. Pada pasien diabetes yang baru sebagian besar massa sel β telah rusak. Di dalam pankreas pasien diabetes tipe 1 didapatkan gambaran islet lesion yang heterogen.
Sebagian besar sel β islet telah hilang dan tidak dijumpai adanya infiltrasi limfosit (pseudotrophic islet). Beberapa islet yang normal tanpa infiltrasi limfosit, serta sebagian islet dengan sisa sel β dijumpai infiltrasi limfosit. Hal tersebut mungkin analog dengan timbulnya vitiligo yang progresif pada kulit, di mana didapatkan bercak-bercak kulit dengan melanosit yang rusak, sedangkan sebagian kulit normal.

 DIABETES MELLITUS TIPE 1B
Seperti tang tersirat dari namanya maka dapat kita simpulkan bahwa diabetes mellitus tipe 1b ini tidak diketahui penyebabnya. Pada penderita DM tipe 1B ini tidak ada autoantibodi yang terbentuk namun produksi insulinnya berkurang.
GEJALA
Sebagian penderita DM tipe 1 mungkin mengalami proses yang tidak lengkap, karena perjalanan destruksi sel β yang lambat, dapat tampil secara klinis sebagai DM tipe 2 dengan petanda autoimun (+) sehingga tidak pernah timbul ketoasidosis spontan karena sisa masa sel β masih selalu cukup. Namun dapat timbul ketoasidosis spontan lama sesudah kejadian hiperglikemia yang pertama diidentifikasi. Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita DM tipe 1 bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius.
Sebagian individu lagi menunjukkan perjalanan yang sangat akut (fulminant). Hiperglikemia yang berat sampai ketoasidosis dan koma timbul beberapa hari sesudah gejala yang mirip influenza (flu-like). Dan biasanya bila terjadi kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani pengobatan penderita DM tipe 1 hampir selalu mengalami penurunan berat badan. Dan hal ini dapat berkembang dengan cepat menuju keadaan ketoasidosis diabetikum. Kadar glukosa di dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan glukosa tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis). HbA1c biasanya masih normal dan hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi hiperglikemia tersebut masih baru terjadi.
DIABETES MELLITUS TIPE 2
Pada diabetes mellitus tipe 2 (Non Insulin-Dependent Diabetes Mellitus, NIDDM), pankreas tetap menghasilkan insulin, malah terkadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk resisten terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif.
Penyebab resisitensi insulin pada DM tipe 2 sebenarnya tidakbegitu jelas, tetapi obesitas sentral (tubuh berbentuk seperti buah apel), diet tinggi kolesterol, diet rendah karbohidrat, kurang gerak badan, serta factor keturunan dalam resistensi itu sendiri banyak berperan sebagai penyebabnya. DM tipe 2 biasanya terjadi setelah usia 30 tahun. Faktor pencetus utama DM tipe 2 adalah obesitas, 80-90% penderitanya mengalami obesitas.
Penyebab DM tipe 2 lainnya adalah:
1. Kadar kortikosteroid yang tinggi
2. Kehamilan (diabetes gestasional)
3. Obat-obatan
4. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin
GEJALA
Gejala awal DM tipe 2 berhubungan dengan efek langsung dari kadar glukosa darah yang tinggi. Jika kadar glukosa darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka urine akan mengandung glukosa. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan urine jumlah yang berlebihan, maka penderita akan mengalami poliuria. Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi.
Akibat poliuria maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori akan hilang ke dalam urine, dan penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).
KOMPLIKASI
Glukosa direduksi menjadi sorbitol di dalam sel yang mengandung enzim aldosareduktase. Sorbitol tidak dapat melalui membran sel. Pada keadaan hiperglikemia, sorbitol dapat menumpuk di dalam sel dan akhirnya membengkak. Akibat penumpukan sorbitol di lensa mata akan terjadi penarikan air yang selanjutnya merusak kejernihannya atau katarak. Sedangkan sel yang tidak dapat mengambil glukosa dalam jumlah yang cukup akan menyusut karena hiperosmolaritas ekstrasel. Fungsi limfosit yang telah menyusut akan terganggu karena itu pasien diabetes rentan terhadap infeksi.
Penumpukan sorbitol di sel Schwann dan neuron akan mengurangi konduksi saraf (polineuripati diabetikum) yang terutama mempengaruhi SSO, refleks, dan fungsi sensorik.Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk. Jika satu saraf mengalami mononeuropati, maka lengan atau tungkai biasa secara tiba-tiba menjadi lemah. Jika saraf yang menuju ke tangan, tungkai, dan kaki mengalami kerusakan, maka pada lengan dan tungkai bisa dirasakan kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan. Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera karena penderita tidak dapat meredakan perubahan.
Hiperglikemia meningkatkan pembentukan protein plasma yang mengandung gula, seperti fibrinogen, haptoglobin, makroglobulin α, sera factor pembekuan V-VII. Maka pembekuan dan viskositas darah cenderung meningkat sehingga rawan terjadi trombosis. Jika massa ini menempel di pembuluh darah maka akan menyebabkan emboli dan memicu ateroskerosis, pembuluh darah menebal dan mengalami kebocoran. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan berkurang, terutama yang menuju ke kulit dan saraf. Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar zat lemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita diabetes terutama pria. Sehingga sirkulasi yang buruk melalui pembuluh darah besar dan kecil dapat melukai jantung, otak, tungkai, mata, ginjal, saraf dan kulit dan memperlambat penyembuhan luka. 70-75% kematian DM disebabkan oleh aterosklerosis. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan ulkus dan semua penyembuhan luka berjalan lambat. Ulkus di kaki bisa sangat dalam dan mengalami infeksi serta masa penyembuhannya lama sehingga sebagian tungkai harus diamputasi.
Akhirnya, glukosa dapat bereaksi dengan HbA membetuk HbA1c. HbA1c ini memiliki afinitas oksigen yang lebih tinggi daripada HbA sehinga pelepasan oksigen di perifer akan berkurang. Setiap peningkatan HbA1c 1% meningkatkan resiko gagal jantung sebesar 8%. Hiperglikemia memicu peningkatan akumulasi kolagen di miokardium yang mengganggu fungsi sistolik dan diastolik. Hiperglikemia juga mengubah protein kinase C sehingga meningkatkan stres oksidatis, meningkatkan kemampuan aktivitas angiotensin converting enzyme dan komponen lain dari system renin-angiotensin-aldosteron.
Karena hal tersebut diatas, maka penderita diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi jangka panjang yang serius. Yang lebih sering terjadi adalah serangan jantung dan stroke. Kerusakan pembuluh darah mata bisa menyebabkan gangguan penglihatan (retinopati diabetikum). Kelainan fungsi ginjal menyebabkan gagal ginjal sehingga penderita harus menjalani dialisa.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa komplikasi diabetes dapat dicegah, ditunda atau diperlambat dengan mengontrol kadar glukosa darah.
DIAGNOSA
Diagnosis diabetes ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya (polidipsi, polifagi, poliuria) dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar glukosa darah yang tinggi. Dengan kemajuan pengetahuan dan teknik pemeriksaan yang ada, saat ini perkembangan seseorang yang akan menjadi DM 1 dapat dipantau dan diidentifikasi. Tampaknya autoantibodi-autoantibodi anti-islet dapat mendahului kejadian hiperglikemia sampai beberapa tahun pada penderita DM tipe 1A. Biasanya gangguan toleransi glukosa (dengan tes toleransi glukosa intravena) sudah mulai terlihat lebih dari 1 tahun sebelum mulai timbulnya (onset) diabetes. Mayoritas individu tersebut menunjukkan peningkatan glukosa darah 2 jam pasca muatan glukosa (200 mg%) dan bukan peningkatan glukosa darah puasa. Sebagian pasien datang dalam kondisi yang akut dengan hiperglikemia yang berat serta ketoasidosis yang mengancam jiwa. Sekitar 1/200 anak-anak meninggal dunia pada saat onset DM 1.
Tapi ternyata diketahui bahwa petugas kesehatan sering gagal menegakkan diagnosis diabetes pada pertemuan pertama. Anak tersebut kemudian datang lagi dalam kondisi yang jauh lebih buruk dan meninggal karena oedem otak. Gejala dan keluhan klasik seperti poliuria, polidipsi dan berat badan yang menurun biasanya didapatkan akan tetapi diagnosis awal diabetes tetap luput. Mual dan muntah yang menyertai biasanya menyebabkan diagnosis yang salah. Diagnosis (alternatif) yang paling sering diajukan adalah infeksi virus. Seharusnya dengan ketersediaan pemeriksaan glukosa darah yang mudah (dengan menggunakan glucosemeter) kesalahan tersebut seharusnya dapat lebih ditekan.
Untuk mengukur kadar glukosa darah, sampel darah diambil setelah penderita berpuasa selama 8 jam atau bisa juga diambil setelah makan. Pada usia diatas 65 tahun, paling baik jika pemeriksaan dilakukan setelah berpuasa karena setelah makan, usia lanjut memiliki peningkatan glukosa darah yang lebih tinggi.
Pemeriksaan darah lainnya yang bisa dilakukan adalah tes toleransi glukosa. Tes ini dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya pada wanita hamil. Penderita berpuasa dan contoh darahnya diambil untuk mengukur kadar glukosa darah puasa. Lalu penderita meminum larutan khusus yang mengandung sejumlah glukosa dan 2-3 jam kemudian contoh darah diambil lagi untuk diperiksa.
BUKAN DM PREDIABETES DM
Kadar gula darah sewaktu (mg/dL) Plasma vena < 100 100 – 199 ≥ 200
Darah kapiler < 90 90 – 199 ≥ 200
Kadar gula darah puasa (mg/dL) Plasma vena < 100 100 – 125 ≥1265

PENGOBATAN
Tujuan utama pengobatan diabetes mellitus adalah untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam kisaran yang normal. Kadar glukosa darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan, tetapi semakin mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang adalah semakin berkurang. Idealnya, kadar glukosa darah puasa adalah 100 mg/dL.
Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet. Seseorang yang obesitas yang menderita diabetes tipe 2 tidak akan memerlukan pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan berolah raga secara teratur dan mengontrol kadar glukosa darahnya. Tetapi kebanyakan penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan dan melakukan olah raga yang teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih insulin untuk penderita diabetes tipe 1 atau obat hipoglikemik per-oral untuk tipe 2.
Pengaturan diet sangatlah penting bagi kedua tipe diabetes. Penderita tidak boleh terlalu banyak makan makanan manis dan harus makan dalam jadwal yang teratur serta memahami pola diet dan olah raga untuk mengontrol penyakitnya. untuk mengontrol kadar glukosa darah dan berat badan. Penderita diabetes cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi, karena itu dianjurkan untuk membatasi jumlah lemak jenuh dalam makanannya.
Selain itu, penting pula memperhatikan nilai HbA1c yang idealnya < 1,5%. Penderita juga harus memberikan perhatian khusus terhadap infeksi kaki. Juga diharapkan untuk rutin memeriksakan mata agar cepat diketahui bila ada perubahan yang terjadi pada pembuluh darah di mata.
TERAPI SULIH INSULIN
Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin ini hanya dapat dilakukan melalui suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan per-oral. Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan adiposa lengan, paha atau dinding perut. Dan untuk mengurangi rasa nyeri, jarum yang digunakannya sangat kecil. Saat ini, bentuk insulin yang baru yaitu secara inhalasi sedang dalam penelitian, namun laju penyerapannya yang berbeda masih menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya.
Sediaan insulin ini bersifat stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga bisa dibawa kemana-mana. Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama kerja yang berbeda:
1. Insulin kerja cepat.
Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling sebentar. Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar glukosa dalam waktu 20 menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam. Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum makan.
2. Insulin kerja sedang.
Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan. Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu 6-10 jam dan bekerja selama 18-26 jam. Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan sepanjang malam.
3. Insulin kerja lama.
Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan. Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.
Pemilihan bentuk insulin yang akan digunakan tergantung kepada:
1. Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya
2. Keinginan penderita untuk memantau kadar glukosa darah dan menyesuaikan dosisnya
3. Aktivitas harian penderita
4. Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya
5. Kestabilan kadar glukosa darah sepanjang hari dan dari hari ke hari.
Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali dari insulin kerja sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol glukosa darah yang paling minimal. Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis insulin, yaitu insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua diberikan pada saat makan malam atau ketika hendak tidur malam. Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang pada pagi dan malam hari disertai suntikan insulin kerja cepat tambahan pada siang hari.
Beberapa penderita lansia memerlukan sejumlah insulin yang sama setiap harinya. Sebagian penderita lainnya perlu menyesuaikan dosis insulinnya tergantung kepada makanan, olah raga dan pola kadar glukosa darahnya.
Penyuntikan insulin dapat mempengaruhi kulit dan jaringan dibawahnya pada tempat suntikan. Kadang terjadi reaksi alergi yang menyebabkan nyeri dan rasa terbakar, diikuti kemerahan, gatal dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan selama beberapa jam. Suntikan sering menyebabkan terbentuknya endapan lemak (sehingga kulit tampak berbenjol-benjol) atau merusak lemak (sehingga kulit berlekuk-lekuk). Komplikasi tersebut bisa dicegah dengan cara mengganti tempat penyuntikan dan mengganti jenis insulin. Pada pemakaian insulin manusia sintetis jarang terjadi resistensi dan alergi.
OBAT-OBAT HIPOGLIKEMIK PER-ORAL
1. Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar glukosa darah secara adekuat pada penderita diabetes tipe 2, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe 1. Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar glukosa darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan efektivitasnya.
2. Metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri.
3. Acarbose yang dapat diberikan sebagai monoterapi amaupun kombinasi. Obat ini menghambat penyerapan glukosa dengan mengikatnya dan dapat dikonsumsi pada penderita DM tipe 2 gemuk maupun kurus. Obat ditelan bersamaan dengan suapan pertama sewaktu makan.
Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe 2 jika diet dan olahraga gagal menurunkan kadar glukosa darah secara adekuat. Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun beberapa penderita memerlukan 2-3 kali pemberian. Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar glukosa darah dengan baik, mungkin perlu diberikan suntikan insulin.
PEMANTAUAN PENGOBATAN
Pemantauan kadar glukosa darah merupakan bagian yang penting dari pengobatan diabetes. Adanya glukosa bisa diketahui dari urine, tetapi pemeriksaan urine bukanlah cara terbaik untuk memantau pengobatan atau menyesuaikan dosis pengobatan. Saat ini kadar glukosa darah dapat diukur sendiri dengan mudah oleh penderita di rumah. Dan penderita diabetes harus mencatat kadar glukosa darah mereka dan melaporkannya kepada dokter agar dosis insulin atau obat hipoglikemiknya dapat disesuaikan.
MENGATASI KOMPLIKASI
Insulin eksogen maupun obat hipoglikemik per-oral dengan dosis yang terlalu tinggi dapat sangat menurunkan kadar glukosa darah sehingga terjadi hipoglikemia. Hipoglikemia juga bisa terjadi jika penderita kurang makan atau tidak makan pada waktunya atau melakukan olah raga yang terlalu berat tanpa makan.
Jika kadar glukosa darah terlalu rendah, organ pertama yang terkena efeknya adalah otak. Untuk melindungi otak, tubuh segera mulai membuat glukosa dari glikogen yang tersimpan di hati. Proses ini melibatkan pelepasan epinefrin (adrenalin), yang cenderung menyebabkan rasa lapar, kecemasan, meningkatnya kesiagaan dan gemetar. Berkurangnya kadar glukosa darah ke otak bisa menyebabkan sakit kepala.
Hipoglikemia harus segera diatasi karena dalam beberapa menit saja dapat menjadi berat, menyebabkan coma dan kadang cedera otak menetap. Jika terdapat tanda hipoglikemia, penderita harus segera makan glukosa. Karena itu penderita diabetes harus selalu membawa permen, glukosa atau tablet glukosa untuk menghadapi serangan hipoglikemia. Atau penderita segera minum segelas susu, air glukosa atau jus buah, sepotong kue, buah-buahan atau makanan manis lainnya. Penderita diabetes tipe 1 harus selalu membawa glukagon, yang bisa disuntikkan jika mereka tidak dapat memakan makanan yang mengandung glukosa.
GEJALA HIPOGLIKEMIA
1. Rasa lapar yang timbul secara tiba-tiba
2. Sakit kepala
3. Kecemasan yang timbul secara tiba-tiba
4. Badan gemetaran dan berkeringat
5. Bingung
6. Penurunan kesadaran, coma
PENANGANAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM DAN LAINNYA
Ketoasidosis diabetikum merupakan suatu keadaan darurat. Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih yang berlebihan, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan yang tepat dan cepat, bisa terjadi koma dan kematian. Penderita harus dirawat di unit perawatan intensif dan diberikan sejumlah besar cairan intravena dan elektrolit (natrium, kalium, klorida, fosfat) untuk menggantikan yang hilang melalui urine yang berlebihan.
Insulin diberikan melalui intravena sehingga langsung dapat bekerja dengan dosis yang disesuaikan. Kadar glukosa, keton, dan elektrolit darah diukur setiap beberapa jam, sehingga pengobatan yang diberikan terus dapat disesuaikan. Sampel darah arteri diambil untuk mengetahui keasamannya. Pengendalian kadar glukosa darah dan penggantian elektrolit biasanya bisa mengembalikan keseimbangan asam basa, tetapi kadang perlu diberikan pengobatan tambahan untuk mengoreksi keasaman darah.
Pengobatan untuk koma hiperglikemiak-hiperosmolar non-ketotik sama dengan pengobatan untuk ketoasidosis diabetikum. Diberikan cairan dan elektrolit pengganti. Kadar glukosa darah harus dikembalikan secara bertahap untuk mencegah perpindahan cairan ke dalam otak. Kadar glukosa darah cenderung lebih mudah dikontrol dan keasaman darahnya tidak terlalu berat.
Jika kadar glukosa darah tidak terkontrol, sebagian besar komplikasi jangka panjang berkembang secara progresif. Retinopati diabetik dapat diobati secara langsung dengan pembedahan laser untuk menyumbat kebocoran pembuluh darah mata sehingga bisa mencegah kerusakan retina yang menetap. Terapi laser dini bisa membantu mencegah atau memperlambat hilangnya penglihatan.





Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dimana penderitanya mempunyai kadar glukosa darah tinggi akibat berkurangnya produksi insulin oleh sel beta pankreas ataupun resistensi terhadap hormon insulin itu sendiri. DM dibagi menjadi dua tipe yaitu (1) DM tipe 1 yang dibagi lagi menjadi subtipe 1A dan 1B dan (2) DM tipe 2. DM tipe 1 disebabkan kurangnya insulin dalam tubuh karena adanya autoantibodi atau idiopatik. Sedangkan DM tipe 2 dikarenakan adanya resistensi insulin yang terutama obesitas. Untuk itu, para penderita DM harus mengontrol kadar glukosa darahnya dengan diet dan olahraga bahkan dengan obat hiperglikemik oral ataupun dengan terapi insulin eksogen.






Daftar Pustaka :
Dokter Kita Edisi 1-Tahun III-Januari 2008
Dokter Kita Edisi 9-Tahun II-September 2007
Rod R. Seeley, Trent D. Stephens, Philip Tate. Anatomy & Physiology. Mc Graw-Hill : 2003
Stefan Silbernagl. Lang, Florian. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC : 2006
http://www.prodia.co.id/files/FD/fdiag_3_2002.pdf
http://www.sehatgroup.web.id/articles/isiArt.asp?artID=18

Rabu, 23 Juni 2010

UAS Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum

1. Peranan Guru, Kepala Sekolah, Orangtua, pemerintah dan masyarakat terhadap pelaksanaan kurikulum disekolah adalah

Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum

Guru adalah titik sentral suatu kurikulum berkat usaha guru, maka timbul kegairahan belajar siswa. Sehingga memacu belajar lebih keras untuk mencapai tujuan belajar mengajar yang bersumber dari tujuan kurikulum, untuk itu guru perlu memiliki ketrampilan belajar mengajar. Penguasaan ketrampilan tersebut bergantung pada bahan yang dimilikinya dan latihan keguruan yang telah dialaminya.

Keberhasilan belajar mengajar antar alain ditentukan oleh kemampuan kepribadiannya. Guru harus bersikap terbuka dan menyentuh kepribadian siswa. Guru perlu mengembnagkan gagasan secaa kreatif, memiliki hasrat dan keinginan serta wawasan intelektual yang luas. Guru harus yakin terhadap potensi belajar yang dimiliki oleh siswa.

Hal-hal yang perlu dikuasai guru; guru perlu memahami dan menguasai banyak hal agar pelaksanaan pengajaran berhasil, guru juga harus mau dan mampu menilai diri sendiri secara terus menerus dalam kaitannya dengan tingkat keberhasilan dan pelaksanaan pengajarannya. Guru harus menguasai bahan pengajaran sesuai jenjang kelas yang diajarnya, menguasai strategi pembelajaran yang berguna untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa dan guru juga harus menjadi suri tauladan bagi siswanya dan memberikan hal-hal yang bermakna bagi perkembangannya kelak.

Sedangkan Depdikbud (1980) telah merumuskan kemampuan yang harus dimiliki seorang guru, yaitu :

1. Kemampuan Profesional, yang mencakup :

a. Penguasaan materi pelajaran

b. Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan

c. Penguasaan proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran.

2. Kemampuan Ssoial

3. Kemampuan Personal

a. Penampilan sikap

b. Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai yang seyogyanya dimiliki guru.

c. Penampilan upaya menjadikan dirinya sebagai contoh bagi siswanya.

Guru merupakan pendidik profesional yang secara implisit telah siap untuk memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang ada di pundak para orang tua.

Adapun fungsi kurikulum bagi guru / pendidik adalah :

- Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasi pengalaman belajar pada anak didik

- Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.

Dengan adanya kurikulum sudah tentu tugas guru sebagai pengajar dan pendidik lebih terarah. Pendidik merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dan sangat penting dalam proses pendidikan dan merupakan salah satu komponen yang berinteraksi secara aktif dengan anak didik dalam pendidikan.

Kurikulum merupakan alat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan dapat meringankan sebagian tugas pendidik dalam proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, karena itu kurikulum mempunyai fungsi sebagai pedoman. Pedoman yang dijadikan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, karena memuat tentang jenis-jenis program apa yang dilaksanakan di sekolah, bagaimana menyelenggarakan jenis program, siapa yang bertanggung jawab dalam pelaksanaannya dan perlengkapan apa yang dibutuhkan.

Peranan Kepala Sekolah dalam Pelaksanaan Kurikulum

perencanaan kurikulum dan pembelajaran ; (2) implementasi kurikulum dan pembelajaran ; (3) evaluasi kurikulum dan pembelajaran . Dalam perencanaan kurikulum dan pembelajaran, kepala sekolah menjalankan perannya yaitu: (1) sebagai manajer merumuskan program tujuan dan tindakan; (2) sebagai pemimpin juga sebagai motivator sekaligus supervisor; (3) sebagai pemimpin juga sebagai penghubung (liasion) antara kepentingan sekolah dengan orang tua siswa; (4) sebagai manajer menyelenggarakan manajemen pengajaran; (5) sebagai pemimpin melakukan koordinasi untuk mengatur pembagian tugas terhadap semua staff. Untuk implementasi kurikulum dan pembelajaran, kepala sekolah menjalankan perannya yaitu: (1) sebagai pemimpin memberikan kepercayaan dengan mendelegasikan tugas; (2) sebagai pemimpin juga sebagai motivator, memotivasi seluruh tenaga kependidikan untuk melaksanakan tugasnya masing-masing; (3) sebagai pemimpin juga sebagai monitor melakukan pengamatan kelas; (4) sebagai pemimpin juga sebagai supervisor; (5) sebagai pemimpin mengendalikan situasi apabila ada permasalahan selama proses pelaksanaan belajar mengajar. Sementara itu, dalam evaluasi kurikulum dan pembelajaran, kepala sekolah menjalankan perannya yaitu; (1) sebagai pemimpin juga sebagai koordinator; (2) sebagai seorang staf melakukan konsultasi dengan atasan dan meminta pertimbangan dalam proses evaluasi kurikulum dan pembelajaran; (3) sebagai pemimpin menyebarluaskan informasi yang telah diperoleh dari hasil konsultasi dengan tim konsultan kepada para guru; (4) sebagai decision maker; (5) sebagai pendidik, melakukan pemberdayaan guru.

Kepala Sekolah merupakan administrator dan supervisor yang mempunyai tanggung jawab terhadap kurikulum. Fungsi kurikulum bagi Kepala Sekolah dan para pembina lain adalah :

- Sebagai pedoman dalam supervisi memperbaiki situasi belajar.

- Sebagai pedoman dalam supervisi menciptakan situasi belajar anak ke arah yang lebih baik.

- Sebagai pedoman dalam supervisi kepada guru.

- Sebagai pedoman dalam administrator.

- Sebagai pedoman dalam mengadakan evaluasi atas kemajuan belajar.

Peranan Orang Tua

Peranan orang tua mendorong anak untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan memberikan motivasi. Orang tua semua terlibatd alam baik buruknya kurikulum sekolah, karena nasib anak mereka, masa depannya, perkembangannya sebagai manusia banyak yang ditentukan oleh kurikulum pemerintah tentu sangat berkepentingan tentang mutu kurikulum, karena kurikulumlah alat yang paling ampuh untuk membina bangsa dan negara untuk mempertahankan eksistensinya dalam persaingan bangsa di dunia.

Kurikulum difungsikan sebagai bentuk partisipasi orang tua dalam membantu usaha sekolah memajukan putra-putrinya. Dengan membaca dan memahami kurikulum sekolah, orang tua dapat mengetahui pengalaman belajar yang dibutuhkan anak mereka sehingga partisipasi orang tua pun tidak kalah penting dalam menyukseskan proses belajar mengajar di sekolah.

Peranan Masyarakat

Peranan masyarakat adalah untuk membentukan komunitas pembelajar. Kurikulum sangat penting bagi masyarakat karena masyarakat harus menyerap lulusan sekolah sebagai hasil kurikulum yang telah mereka jalani dan mutu masyarakat banyak bergantung pada mutu kurikulum.

Dengan mengetahui kurikulum suatu sekolah, masyarakat, sebagai pemakai kelulusan dapat melaksanakan :

- Ikut memberikan kontribusi dan memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerja sama dengan pihak orang tua dan masyarakat.

- Ikut memberikan kritik dan saran kontruktif dan penyempurnaan program pendidikan sekolah.

Peranan Pemerintah

Peranan pemerintah Ditinjau dari kurikulum 1975, 1984, 1994 masih memfokuskan padatnya bahan ajar yang harus dikuasai oleh setiap siswa/anak didik, sehingga beban belajar siswa menjadi sangat berat.Dengan pembaharuan kurikulum tahun 2004 (KBK), walaupun sudah ada pengurangan bahan ajar, tetapi kesempatan dari peran orang tua juga masih belum berfungsi penuh terhadap proses pembelajaran di masing-masing tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sehingga pengaruh terhadap mutu pendidikan belum terpenuhi.Prinsip dasar KTSP adalah pada pengetahuan yang belum sempurna sehingga harus disempurnakan melalui proses pencairan, penemuan dan eksperimentasi sesuai dengan konteks ruang dan waktu.

Sehingga dapat dikatakan dengan diadakannya pembaharuan kurikulum pun mutu pendidikan kita masih memprihatinkan atau dapat dikatakan peranan reformasi kurikulum pendidikan belum membawa dampak terhadap peningkatan mutu pendidikan. Peran pengembang kurikulum menjadi sangat penting bagi dunia pendidikan dengan memperhatikan 3 jenis peranan kurikulum yaitu peranan konservatif, peranan kritis dan evaluatif serta peranan kreatif. Jika ketiganya mempunyai peranan yang seimbang maka akan atau membantu peserta didik menjadi generasi penerus yang siap dan terampil dalam segala hal.

Agar tercapai tujuan pendidikan di Indonesia secara merata dan supaya mutu pendidikan di negara kita bisa lebih baik dari tahun sebelumnya sekiranya perlu diadakan pembenahan beberapa hal antara lain :

1. Ditinjau kembali isi dan tujuan dari kurikulum yang saat ini digunakan di dunia pendidikan.

2. Ditingkatkan lagi ketrampilan dalam penggunaan komputer dan internet bagi guru dan siswa pada masing-masing tingkat satuan pendidikan.

3. Lebih ditingkatkan peran aktif dan tanggung jawab pemerhati sekolah disetiap satuan pendidikan.

2. Pengembangan kurikulum adalah: pengembangan kurikulum membahas berbagai macam model pengalaman kurikulum, dlm hal ini siapa yg berkepantingan, guru, tenaga kependidikan, orang tua atau siswa.

Asas-asas Pengembangan Kurikulum

ASAS PSIKOLOGIS, dg memperhatikan aspek :

Taqwa (spiritual), Cipta, Karsa, Karya, Tingkat Perkembangan Anak

ASAS SOSIOLOGIS

Alam Kodrat sep. Gunung, Lautan, Cuaca, Hutan dan Sungai.

Dunia Sekitar (Benda2 Buatan Manusia), sep.meja, kursi, rumah, komputer, TV dll.

Dunia Sekitar Manusia yang kompleks yg selalu berubah dan dinamis dalam tata hbg dg manusia.mencakup kebutuhan masyarakat, Perubahan dan Perkembangan Masyarakat

Tri Pusat Pendidikan Rumah, Sekolah dan Masyarakat

ASAS PHILOSOFIS

Idealisme

Realisme

Parenialisme

Pragmatisme

Eksistensialisme

Rekonstruktif

ASAS TEKONOLOGI, Prinsip teknologi mempermudah manusia dalam kehidupan

Pembinaan kurikulum adalah: sekolah (kepala sekolah dan guru) untuk menjaga dan mempertahankan agar kurikulum tetap berjalan sebagaimana seharusnya. Pembinaan kurikulum mengusahakan pelaksanaan kurikulum sesuai dengan program dan ketentuan yang telah ditetapkan (kurikulum ideal/potensial). Tujuan pembinaan kurikulum adalah diperolehnya pelaksanaan kurikulum yang mantap, serta memperkecil atau meniadakan kesenjangan antara kurikulum ideal dengan kurikulum aktual. Upaya pembinaan kurikulum yang paling langsung berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum di sekolah harus dilakukan oleh kepala sekolah dan guru. Lingkup pembinaan kurikulum harus diidentifikasi terlebih dahulu sebelum melakukan upaya pembinaan.

Pembaharuan Kurikulum adalah: suatu gagasan/praktek kurikulum baru dengan menggunakan bagian-bagian yang potensial, dari kurikulum tersebut dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. Pembaharuan tidak dengan sendirinya membawa perbaikan walaupun dimaksudkan untuk perbaikan/peningkatan mutu. Ini tergantung pada pelaksanaan dan penilaian dari sistem nilai yang ditentukan.

Pembaharuan yang biasa disebut inovasi, mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery. Sebelum kita membicarakan pengertian pembaharuan kurikulum lebih baik kita ketahui dulu pengertian invention dan discovery untuk membantu memahami pengertian pembaharuan.

Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru, kemudian diadakan dengan bentuk-bentuk hasil kreasi baru. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989) yang dikutip oleh Nasution (1990 : 37) menyatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu (benda) yang sebenarnya telah ada tetapi semula belum diketahui orang. Pembaharuan tidak selalu menemukan/menciptakan sesuatu yang baru, tetapi bisa saja merupakan penyesuaian dengan apa yang telah lazim dilakukan atau pengembangan dari bentuk yang sudah ada untuk menuju kearah yang lebih baik dan inilah yang disebut discovery.

Pembaruan kurikulum dapat dilihat dari segi orientasinya, strategi, isi/program, dan metodenya. Seperti kurikulum 1975/1976, 1984, 1992, 1994, 1999, 2004 (KBK), dan yang terakhir adalah kurikulum 2006. Faktanya, kecerdasan, ketrampilan dan pembangunan karakter kepribadian peserta didik tidak serta merta ikut terdongkrak meski berkali-kali dilakukan pembaharuan kurikulum nasional. Itu sebabnya, belakangan, kurikulum sentralistik itu coba dikikis dengan diberlakukannya kurikulum 2004 yang mengusung pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Yaitu, bentuk pendidikan yang diselengarakan untuk menyiapkan lulusannya menguasai seperangkat kompetensi tertentu yang dapat bermanfaat bagi kehidupannya kelak.

Menurut Sudjana (1993 : 37) pada umumnya perubahan struktural kurikulum menyangkut komponen kurikulum yakni :

a. Perubahan dalam tujuan

Perubahan ini didasarkan kepada pandangan hidup masyarakat dan falsafah bangsa. Tanpa tujuan yang jelas, tidaka akan membawa perubahan yang berarti, dan tidak ada petunjuk ke mana pendidikan diarahkan.

b. Perubahan isi dan struktur

Perubahan ini meninjau struktur mata pelajaran -mata pelajaran yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap mata pelajaran. Perubahan ini dapat menyangkut isi mata pelajaran, aktivitas belajar anak, pengalaman yang harus diberikan kepada anak, juga organisasi atau pendekatan dari mata pelajaran-mata pelajaran tersebut. Apakah diajarkan secara terpisah-pisah (subject matter curriculum), apakah lebih mengutamakan kegiatan dan pengalaman anak (activity curriculum) atau diadakan pendekatan interdisipliner (correlated curriculum) atau dilihat proporsinya masing-masing jenis ; mana yang termasuk pendidikan umum, pendidikan keahlian, pendidikan akademik dan lain-lain

c. Perubahan strategi kurikulum

Perubahan ini menyangkut pelaksanaan kurikulum itu sendiri yang meliputi perubahan teori belajar mengajar, perubahan sistem administrasi, bimbingan dan penyuluhan, perubahan sistem penilaian hasil belajar.

d. Perubahan sarana kurikulum

Perubahan ini menyangkut ketenagaan baik dari segi kualitas dan kuantititas, juga sarana material berupa perlengkapan sekolah seperti laboraturium, perpustakaan, alat peraga dan lain-lain

e. Perubahan dalam sistem evaluasi kurikulum

Perubahan ini menyangkut metode/cara yang paling tepat untuk mengukur/menilai sejauh mana kurikulum berjalan efektif dan efesien, relevan dan produktivitas terhadap program pembelajaran sebagai suatu system dari kutikulum.

Dalam istilah kurikulum diatas perbedaan atau hubungan antara satu dengan yang lain adalah: Kurikulum dikembangkan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini

meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan,

kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab

itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan

penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di

daerah.

3.A. Prinsip-prinsip pelaksanaan kurikulum beserta uraiannya adalah sbb:

Prinsip Pengembangan Kurikulum

Orientasi pada Tujuan

Relevansi, dengan :

lingkungan

kehidupan masa kini dan yg akan datang

dunia kerja

Efektifitas

Fleksibilitas

Integritas

Sinkronisasi, seluruh kegiatan kurikuler harus seirama dengan tujuan

Kontinuitas

Kesinambugan anatar tingkat

Berbagai bidang studi

Objektifitas, sesuai dg kebenaran ilmiah

Demokrasi

B. Kurikulum yang sedang dipakai saat ini menurut saya telah menggunakan

Prinsip-prinsip pelaksanaan kurikulum.


4. A. Kurikulum Berbasis KBK adalah: kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya. Secara materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya pada cara para murid belajar di kelas.

Dalam kurikulum terdahulu, para murid dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum baru ini, para siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para murid hanya belajar pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja. Dalam kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan IPTek tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek, namun subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya.

Sejak tahun ajaran 2006/2007, diberlakukan kurikulum baru yang bernama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang merupakan penyempurnaan Kurikulum 2004.

Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat standar program pendidikan yang dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan yang dipelajarinya. Bidang-bidang yang dipelajari tersebut memuat sejumlah kompetensi siswa dan hasil belajarnya.

Kompetensi adalah sebuah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya (Mc Ashan, 1981).

B. Keunggulan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan kurikulum sebelumnya adalah:

Pendidikan berbasis kompetensi menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi yang sering disebut dengan standar kompetensi adalah kemampuan yang secara umum harus dikuasai lulusan. Kompetensi (kemampuan) lulusan merupakan modal utama untuk bersaing di tingkat global, karena persaingan yang terjadi adalah pada kemampuan sumber daya manusia. Oleh karena. itu, penerapan pendidikan berbasis kompetensi diharapkan akan menghasilkan lulusan yang mampu berkompetisi di tingkat global. Implikasi pendidikan berbasis kompetensi adalah pengembangan silabus dan sistem penilaian berbasiskan kompetensi.

Paradigma pendidikan berbasis kompetensi yang mencakup kurikulum, pembelajaran, dan penilaian, menekankan pencapaian hasil belajar sesuai dengan standar kompetensi. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada siswa/mahasiswa melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran yang mencakup pemilihan materi, strategi, media, penilaian, dan sumber atau bahan pembelajaran. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai siswa/mahasiswa dapat dilihat pada kemampuan siswa/mahasiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikuasai sesuai dengan staniar prosedur tertentu.

C. Kurikulum yang berbasis kompetensi yang sedang berjalan saat ini sudah memenuhi dan Criteria dan konsep yang ada pada kurikulum berbasis kompetensi.

D. KTSP adalah: Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.

Silabus adalah: rambu-rambu atau pedoman kegiatan perkuliahan satu matakuliah tertentu dalam satu semester

Selasa, 15 Juni 2010

INSEKTA
Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah
Zoologi Invertebrata











Oleh:
ZULFIKIAH
08.3.01.0452



JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI/I/IV
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP)BIMA
2010
KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi, shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan pada Nabi Muhammad saw. Berkat karunia yang senantiasa diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini, terutama pada rekan-rekan yang senantiasa memberikan dorongan dan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini, semoga Allah SWT membalas dengan ganjaran yang berlipat ganda, ”Amiin”
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Zoologi Invertebrata, yang membahas tentang “Insekta”. Penulis menyadari bahwa masih terdapat beberapa kelemahan atau kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, segala tegur sapa, kritik, koreksi dan saran yang diberikan akan penulis sambut dengan kelapangan hati guna perbaikan pada masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan motivasi bagi siapa saja yang membaca dan memanfaatkannya.


BIMA. 5 MEI 2009


Penulis







DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Pembahasan 1

BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Seranggga 3
B. Anatomi dan Morfologi Tubuh Dari Serangga 4
C. Fisiologi Dari Serangga 17
D. Cara Reproduksi dan Siklus Hidup Dari Serangga 30

SIMPULAN 38

DAFTAR PUSTAKA 39



BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti "berkaki enam"). Serangga ditemukan di hampir semua lingkungan kecuali di lautan. Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi.
Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera).

B. RUMUSAN MASALAH
Mempelajari latar belakang masalah maka penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah serangga itu ?
2. Bagaimana anatomi dan morfologi tubuh dari serangga itu ?
3. Bagaimana fisiologi dari serangga itu ?
4. Bagaimana cara reproduksi dan siklus hidup dari serangga ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian serangga
2. Anatomi dan morfologi tubuh dari serangga
3. Fisiologi dari serangga
4. Cara reproduksi dan siklus hidup dari serangga


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SERANGGA
Insekta atau serangga merupakan spesies hewan yang jumlahnya paling dominan diantara spesies hewan lainnya dalam filum Arthropoda. Oleh karena itu serangga dimasukkan dalam kelompok hewan yang lebih besar dalam filum Arthropoda atau binatang beruas.
Menurut penafsiran para ahli, terdapat 713.500 jenis Arthropoda atau sekitar 80 persen dari jenis hewan yang telah dikenal. Arthropoda (Arthos = ruas, podos = kaki) yang berarti hewan yang kakinya bersendi-sendi atau beruas. Ruas diantara dua sendi disebut dengan segmen. Adapun ciri-ciri umum Arthropoda adalah mempunyai appendage atau alat tambahan yang beruas, tubuhnya bilateral simetri yang merupakan endoskeleton. Biasanya ruas-ruas tersebut ada bagian yang tidak berkitin, sehingga mudah untuk digerakkan. Sistem syaraf tangga tali, coelom pada serangga dewasa bentuknya kecil dan merupakan suatu rongga yang berisi darah.
Insekta merupakan invertebrata yang dapat hidup ditempat kering dan merupakan invertebrata yang dapat terbang, siklus hidupnya relatif singkat, dalam keadaan yang baik, jumlah serangga dapat berlipat ganda dalam waktu singkat.
Serangga dapat hidup dimana-mana : di rumah, udara, hidup parasit pada hewan maupun tumbuhan. Hanya di aut serangga tidak ditemukan. Banyak serangga berguna bagi manusia tetapi lebih banyak pula yang merupakan musuh manusia. Yang berguna bagi manusia adalah lebah madu, serangga pengunjung bunga yang berguna dalam penyerbukan serta serangga parasit, yaitu serangga pemakan hama. Yang merupakan serangga parasit adalah serangga yang merusak tanaman budidaya, serangga pemindah penyakit seperti nyamuk Anopheles, vektor penyakit malaria, lalat tse-tse vektor penyakit tidur.
Mula-mula perkembangan arthropoda dimulai dari bentuk tubuhnya, yaitu dimulai dengan terbentuknya alat-alat tambahan di bagian ventral tubuh, terbentuknya sepasang mata dan antena pada bagian prostomium, terjadinya ruas-ruas pada pasangan kakim serta terjadinya persatuan antara prostomium dan segmen postoral membentuk struktur caput yang disebut procephalon, kemudan tiga pasang alat tubuh berikutnya (segmen ke 4, 5, dan 6) mengalami modifikasi dimana bentuknya memendek dan hanya berfungsi untuk mendorong makanan ke mulut. Bentuk hewan macam ini adalah hewan-hewan yang termasuk klasis Trilobita (berupa fosil). Fase semacam ini disebut dengan fase trilobitamorpha, dan fase ini menunjukan perkembangan yang menuju hewan arthropoda.
Arthropoda yang dapat dilihat sampai sekarang ini terbagi dalam dua subfilum, yaitu subfilum Chelicerata yang diwakili oleh klasis Arachnoidea, dan subfilum Mandibulata yang diwakili oleh klasis Crustaceae, Myriapoda dan Insekta. Perkembangan subfilum Mandibulata dan klasis insekta pada khususnya, alat-alat tambahan pada segmen ke 4, 5, dan 6 mengalami modifiasi menjadi alat mulut yang masing-masing menjadi mandibula, maksila dan labium. Ketiga segmen tersebut membentuk struktur caput serangga yang disebut gnatocephalon. Persatuan procephalon dan gnatocephalon membentuk caput serangga yang dapat dilihat sampai sekarang ini.

B. ANATOMI DAN MORFOLOGI TUBUH DARI SERANGGA
Pada klasis insekta, terdapat ciri-ciri khas antara lain : mengalami metamorfosa, kerangka luar tubuh berupa integumen yang keras atau endoskeleton yang tersusun dari lapisan khitin dan protein; tubuh yang beruas-ruas tergolong kelompok Arthropoda; tubuh terdiri dari tiga segmen, yaitu caput, thorax dan abdomen; thorax terdiri dari tiga ruas yaitu prothorax, mesothrax dan metathorax; pada serangga dewasa terdapat dua pasang sayap yang masing-masing terdapat pada meso dan metathorax; pada ruas thorax masing-masing terdapat satu padang kaki.
Tubuh Arthropoda primitif dapat dibedakan dalam tiga bagian, yaitu prostomium (bagian anterior dan tidak bersegmen), tubuh secara umum (bagian terbesar dan bersegmen). Sedangkan pada serangga terdapat pengelompokan segmen, yaitu bagian caput atau kepala yang terdiri dari 6 segmen, 3 segmen membentuk thorax, dan biasanya membentuk bagian abdomen.
Tiap ruas memiliki 3 bagian yang jelas dapat dibedakan, yaitu bagian tergum yang letaknya disebelah punggung (dorsal), sternum disebelah bawah badan (ventral) dan pleuron yang menghubungkan kedua bagian yang telah disebut di sisi kanan dan kiri tubuhnya (lateral). Dinding tubuh terdiri dari satu lapis sel dan di sebelah luarnya terletak lapisan kutikula yang dihasilkan oleh sel-sel dinding tubuh itu sendiri.
Kutikula ini kadang-kadang lemas dan halus, tetapi pada umumnya pada bagian-bagian tertentu mengeras dan memebentuk lembaran (plate) yang disebut sklerit. Sedang garis-garis yang membatasi sklerit-sklerit disebut suture. Lembaran sklerit pada bagian tergum disebut tergit, pada pleuron disebut pleurit dan pada sternum disebut sternit. Lapisan kutikula tidak homogen sifatnya, tetapi terdiri dari 2 lapisan primerm yaitu endokutikula dan eksokutikula dan yang paling luar dilindungi lapisan yang amat tipis yang disebut epikutikula. Lapisan endo dan epikutikula tersusun dari bahan-bahan yang bersifat khitin, sedangkan ephikutikula dari bahan-bahan nonkhitineus. Epikutikula merupakan lapisan yang impermeabel terhadap air, dapat menjadi pelindung terhadap kekeringan, kelembaban yang tinggi dan infeksi.

Pembagian daerah tubuh serangga.
B.1. KEPALA (CAPUT)
Kepala serangga berbentuk kapsul. Batas antara segmen asli sudah tidak nampak lagi kecuali sutura post-oksipetal yang terdapat di belakang kepala. Kepala merupakan bangunan yang kuat yang dilengkapi dengan alat mulut, antena dan mata. Sedangkan bagian dalamnya berisi otak yang terlindung dengan baik. Bagian belakang kepala (posterior) dari permukaannya terdapat lubang yang disebut : foramen magnum.

Kepala dibagi atas lima bagian, yaitu :
 Bagian pembungkus kepala (Capsula caput)
Pembungkus kepala terdiri dari bagian-bagian keras, dimana satu dengan lainnya berhubungan rapat. Pembungkus kepala dapat dibagi atas : dahi (frons), dahi bawah (clypeus), bibir muka (labrum), bagian atas kepala (epicranium) dan bagian pipi (gena).
Ada dua bentuk kepala serangga : Bentuk kepala arah ke bawah (caput hypogonatha) misalnya pada belalang; Bentuk kepala arah ke muka (caput prognatha) misalnya pada kumbang yang bersayap keras; Bentuk kepala memanjang menuju belakang diantara tungkai depan (caput opistorinkus).

 Sungut (Antena)
Sungut pada serangga ada sepasang. Letaknya di bagian muka kepala diantara dua mata majemuk. Pangkal antena (scape) adalah suatu areal membraneus dari dinding kepala dan berporos pada bagian antenifer. Bagian antena terdiri dari scape (ruas I), pedisel (ruas II), dan flagellum (> ruas III). Ada beberapa tipe antena : Annulated, pertumbuhan terjadi dimulai pada bagian dasar flagellum. Pada Pterigota dan Thysanura, antena digerakan oleh otot levator dan depressor, mulai pada anterior tentorium dan disisipkan ke scape, dan oleh otot flexor dan ekstensor, mulai dari scape dan disisipkan ke pedisel. Tidak terdapat otot pada flagellum dan hanya terdapat serabut syaraf yang melintas flagellum yang dihubungkan dengan ujung otot. Semata-mata adalah alat sensori.

Segmented, pertumbuhan terjadi dimulai pada ujung antena. Sama dengan tipe annulated tapi pada bagian flagellum terdapat depresor dan rerfaktor. Jadi terdapat juga lefator, depressor, ekstensor dan fleksor. Pertumbuhan antena ada yang bertambah dan ada yang tidak. Pada Orthoptera, nymfa mempunyai 13 ruas antena dan pada dewasa mempunyai 25 ruas antena. Pertumbuhan ini terjadi pada pangkal flagellum yang disebut meristom. Antena tipe annulated terdapat organ Johnston dan organ chordotonal yang berfungsi menggerakan flagellum. Selain itu terdapat organ sensilia yang merupakan rambut sensori yang berfungsi sebagai indera atau perangsang.
 Bagian mulut
Alat mulut pada dasarnya terdiri dari 4 bagian, yaitu : labrum, mandibula, maxilla dan labium. Bentuk sungut bermacam-macam, yaitu : alat mulut penggigit dan pengunyah, alat mulut pencucuk dan pengisap, alat mulut penjilat dan pengisap dan alat mulut pengisap.

 Mata
Mata pada serangga terdiri dari mata majemuk (compound eyes) dan mata tunggal (ocelli). Mata tunggal pada larva holometabola terletak di lateral kepala disebut stemmata, jumlahnya ada 6 atau 8. Mata tunggal pada belalang terletak di frons. Mata majemuk terdiri dari kelompok unit yang masing-masing tersusun dari sistem lensa dan sejumlah kecil sel sensori. Sistem lensa ini fungsinya untuk memfokuskan sinar menuju elemen fotosensitif dan keluar dari sel sensori berjalan ke belakang menuju lobus optik dari otak tiap faset terdiri dari satu unit yang disebut ommatidia. Masing-masing ommatidia terdiri dari bagian optik yang terdiri dari lensa kutikuler dan membentuk lensa cornea biconveks dan dibawah kornea terdapat 4 buah sel semper, pada kebanyakan serangga menghasilkan crystallin cone. Cristalin cone dan bagian sensori terdiri dari sel retinula, rhabdomere, sel pigmen sekunder dan serabut syaraf.
Fungsi mata manjemuk dalam perbedaan penerimaan intensitas cahaya : Aposisi (Photopical), yaitu suatu adaptasi sinar terang pada seranggal diurnal. Superposisi (Scotopic), yaitu adaptasi sinar lemah (gelap) pada serangga nokturnal.
B.2. Thorax
Bagian ini terdiri dari tiga segmen yang disebut segmen toraks depan (prothorax), segemn toraks tengah (mesothorax) dan segmen toraks belakang (metathorax). Pada serangga bersayap, sayap timbul pada seg,en meso dan metatoraks, dan secara kolektif dua segmen ini disebut sebagai pterotoraks. Protoraks dihubungkan dengan kepala oleh leher atau serviks.
B.3. Sayap
Sayap merupakan pertumbuhan daerah tergum dan pleura. Sayap terdiri dari dua lapis tipis kutikula yang dihasilkan oleh sel epidermis yang segera hilang. Di antara kedua lipatan tersebut terdapat berbagai cabang tabung pernafasan (trakea). Tabung ini mengalami penebalan sehingga dari luar tampak seperti jari-jari sayap. Selain berfungsi sebagai pembawa oksigen ke jaringan, juga sebagai penguat sayap. Jari-jari utama disebut jari-jari membujur yang juga dihubungkan dengan jari-jari melintang (cross-vein). Jari-jari sayap ini mempunyai pola yang tetap dan khas untuk setiap kelompok dan jenis tertentu dengan adanya sifat ini akan mempermudah dalam mendeterminasi serangga.
Rangka sayap longitudinal yang utama terdiri atas kosta (C), subkosta (Sc) yang dapat bercabang satu kali dan ditandai Sc1 dan Sc2, Radius (R) yang terdiri dari cabang posterior yaitu sektoral radial (Rs) yang dapat bercabang dua kali dengan empat ranting cabang yang mencapai batas sayap dan cabang anterior radius adalah R1, media (M) dapat bercabang dua kali dengan empat ranting cabang mencapai batas sayap, kubitus (Cu) bercabang sekali dan ranting cabangnya adalah Cu1 dan Cu2. pada Cu1 di bagian distalnya dengan dua ranting cabang yaitu Cu1a dan Cu1b dan rangka sayap anal (A) secara khas tidak bercabang dan biasanya ditandai dari anterior ke posterior sebagai rangka sayap anal pertama (1A), rangka sayap anal ke kedua (2A) dan seterusnya. Rangka-rangka sayap melintang menghubungkan rangka-rangka sayap longitudinal yang utama dan biasanya diberi nama sesuai dengan yang bersangkutan misalnya (rangka sayap melintang mediokubital, yaitu m-cu). Beberapa rangka sayap mempunyai nama-nama khusus: dua contoh yang umum adalah rangka sayap humerus (h) dan rangka sayap sektorial (s).
Penerbangan. Pada kebanyakan serangga, urat-urat daging penerbangan primer adalah tidak langsung: otot-otot longitudinal dorsal, menyebabkan notum membungkuk, sehingga meninggikan tonjolan notum sayap dalam kaitannya dengan tonjolan pleura sayap, yang mengakibatkan penekanan sayap. Gerakan antagonistik dihasilkan oleh kontraksi urat-urat daging tergo-sternal (=dorsoventral atau tergopleural); ini menarik ke bawah pada notum, menarik ke bawah tonjolan notum sayap dalam kaitannya dengan tonjolan pleura sayap, karena itu menyebabkan peninggian sayap. Kecuali itu, otot-otot yang diselipkan pada basalarem basalare dapat tercakup dalam penekanan langsung sayap atau karena kepentingannya untuk mengontrol sudut di mana sayap bergerak melalui udara.
Tungkai / kaki. Tungkai-tungkai toraks serangga berslerotisasi dan selanjutnya terbagi dalam sejumlah ruas. Secara khas terdapat enam ruas yang terdiri dari : koksa (cx) sebagai ruas dasar; trokanter (tr) terdiri dari ruas kecil (biasanya dua ruas) sesudah koksa; femur (fm), basanya ruas pertama yang panjang dari tungkai; tibia (tb), ruas kedua yang panjang; tarsus(tr), biasanya sederet ruas-ruas yang kecil dibelakang tibia; dan pretarsus (ptar) terdiri dari kuku-kuku dan berbagai struktur serupa bantalan atau serupa seta pada ujung tarsus. Sebuah banta;anm atau gelambir antara kuku-kuku biasanya disebut arolium, dan bantalan-bantalan yang terletak pada dasar kuku-kuku disebut pulvili.

B.4. Abdomen
Pada umumnya, abdomen pada serangga terdiri dari 11 segmen. Tiap segmen dorsal yang disebut tergum dan skleritnya disebut tergit, sklerit ventral atau sternum adalah sternit dan sklerit pada daerah lateral atau pleuron disebut pleurit. Lubang-lubang pernafasan disebut spirakel dan terletak di pleuron. Alat kelamin serangga terletak pada segmen abdomen ke 8 dan 9, dimana segmen-segmen ini mempunyai kekhususan sebagai alat untuk kopulasi dan peletakan sel telur.
Alat kopulasi pada serangga jantan dipergunakan untuk menyalurkan spermatozoa dari testes ke spermateka serangga betina. Bagian ini disebut aedeagus. Pada serangga betina, bagian yang menerima spermatozoa disebut spermateka. Di tempat ini, sperma dapat hidup sampai lama dan dikeluarkan sewaktu-waktu untuk pembuahan.
Alat pelengkap pada serangga jantan berupa klasper atau alat pemegang. Klasper berasal dari bagian yang disebut paramer dan bukan dari stilus. Pada serangga betina, suatu alat yang disebut dengan ovipositor berasal dari paramer. Paramer adlah sepasang penonjolan yang berasal dari sternum 10. penonjolan ini merupakan pertumbuhan baru yang tidak sama dengan stilus atau anggota abdomen lainnya.
Sepasang tonjolan di tengah saling mendekati dan kemudian bersatu membentuk saluran aedeagus. Pada kelompok serangga tingkat rendah, pasangan ini masih belum bersatu (Dermapetra dan Dictyoptera). Bagian tepi kemudian terpisah dengan adanya persendian yang memungkinkan adanya pergerakan di antara kedua bagian baru tersebut. Pada serangga betina, lubang kelamin bermuara di belakang sternum ke-8. Lubang ini berjumlah satu kecuali pada Ephemeroptera dan Dermaptera berjumlah dua. Jika lubang ini berada dibelakang sternum ke-9 biasanya serangga tidak mempunya ovipositor. Telur diletakan dengan ujung abdomennya dan terdapat pada Diptera, Lepidoptera dan Coleoptera. Ovipositor terdapat pada serangga betina yang mempunyai lubang genitalia di belakang sternum ke-8.
Sistem Pencernaan Serangga.
Bentuk morfologi saluran pencernaan makanan berbeda-beda pada berbagai jenis serangga, sesuai dengan cara makan dan cara hidup serangga. Serangga pengunyah misalnya, mempunyai saluran pencernaan makanan yang lebih sederhana daripada serangga penghisap cairan.
Saluran pencernaan pada serangga dibagi dalam tigadaerah utama, yaitu usus depan (foregut) ataus stomadenum yang berasal dari endodermal, dan usus belakang (hindgut), yang berasal dari ectodermal. Pada kebanyakan serangga, foregut dibagi lagidalam beberapa bagian fungsi yang terdiri dari pharinx, esophagus, crop dan proventriulus; midgut terbagi atas ceca ventriculus, sedangkan pylurus, illium, rectum terdapat pada bagian hindgut. Biasanya usus terdapat disepanjang tubuh dan dihubungkan dari bagian mulut sampai pada bagian anus, tapi dalam beberapa serangga yang makanannya berupa cairan yang mengandung sedikit atau tidak dijumpai sisa makanan padat, hubungan antara bagian midgut dan hindgut berhenti.

a. Foregut
Foregut adalah bagian yang berasal dari ectodermal yang pada permukaan dalamnya dilapisi oleh kutikula yang disebut dengan intima yangakan terlepas saat pergantian kulit serangga. Epithelium foregut tersusun atas sel-sel yang pipih dan pada bagian luarnya terdiri atas selapis sel otot longitudinal dan selapis otot melingkar, dan pada bagian terluar ditutupi oleh jaringan ikat yang lunak. Foregut selalu berhubungan dengan penyimpanan makanan dan kadang-kadang membantu pemecahan makanan menjadi bagian yang lebih kecil sebelum masuk ke mesenteron.
b. Pharynx
Pharynx adalah bagian pertama dari stomodaenum setelah buccal cavity. Pharynx mempunyai satu seri otot dilator yang muncul dari bagian ventral tentorium dan bagian dorsal frons. Pharynx berkembang sangat baik pada serangga penghisap pada Lepidoptera dan pada Hymnoptera yang disebut pharyngeal pump yang digunakan untuk menghisap cairan makanan.
c. Esophagus
Esophagus merupakan bagian yang tidak terdiferensiasi dari stomodaneum yang berfungsi untuk melewatkan makanan dari pharynx ke crop.
d. Crop
Crop adalah bagian yang mengalami pembesaran dari stomodaneum yang berfungsi untuk menyimpan makanan. Letaknya pada bagian posterior esophagus, tapi pada serangga yang makanannya cairan letaknya dibagian vertikulum lateral. Pada crop tidak terjadi sekresi dan absorbsi karena pada permukaan dalamnya dilapisi intima yang impermeable. Proses pencernaan pada crop dapat terjadi sebagai akibatmasuknya enzim-enzim saliva dari mulu bersama makanan dan masuknya enzim dari perut tengah akibat reguirtasi, walaupun proventrikulus bertindak sebagai katup yang membatasi pergerakan balik dari makanan tetapi tidak menghambat proses gerak reguitasi dari cairan.
e. Proventrikulus
Pada serangga-serangga yang makanannya berupa cairan, proventrikulus tidak ditemukan kecuali berupa katup yang simpel yang berasal dari midgut. Pada kecoa dan jangkrik, intima pada proventrikulus berkembang menjadi 6 gigi-gigi yang berfungsi untuk memecah makanan. Proventrikulus juga berfungsi untuk kontrol edaran makanan dari crop ke midgut.
f. Midgut
Midgut tidak dilapisi oleh kutikula pada permukaan dalamnya, tetapi dilapisi oleh perithropic membran. Sel-sel penyusunnya berbentuk kolumnar dengan mikrovili yang teratur. Sel-sel kolumnar selalu berhubungan dengan sekresi enzim dan absorbsi hasil-hasil dari proses pencernaan makanan.
Perithropic membran berupa lapisan lembut pada dinding dalam midgut yangdiketemukan pada kebanyakan serangga baik pada serangga yang makanannya padat atau berupa cairan tanaman khususnya pada Homoptera dan Heteroptera. Perithropic membran hampir selalu mengandung kitin dan protein. Perithropic membran pada serangga yang makan makanan padat berfungsi untuk melindungi sel-sel midgut dari abrasi, juga berfungsi sebagai penghambatn mikroorganisme sehingga mengurangi infeksi dari serangga.
g. Hindgut
Hindgut atau proctodaeum dilapisi oleh lapisan kutikula tipis dan lebih permeabel daripada kutikula yang melapisi foregut dan terdiri dari :
 Pylorus
Pylorus merupakan bagian pertama dari hindgut. Pylorus berpangkal pada tubul malphigi. Pada beberapa serangga, pylorus membentuk katup antara midgut dan hindgut.
 Illum
Pada kebanyakan serangga, illium merupakan suatu tabung yang tidak terdiferensiasi yang menuju ke rektum. Pada beberapa jenis rayap, illum membentuk suatu kantung yang didalamnya hidup flagelata yang berhubungan dengan pencernaan selulose.
 Rectum
Rectum merupakan pembesaran kantung dengan dinding tipis kecuali pada rectal pad yang mempunyai sel-sel epithelium kolumnar. Biasanya terdapat enam rectal pada sepanjang rectum. Rectal pad berhubungan dengan sistem trakhea. Hal ini menunjukan bahwa pada rectum terjadi metabolisme yang tinggi. Rectum, terutama pada rectal pad penting untuk reabsorpsi air, garam dan asam amino dari urine.
Sistem Syaraf Serangga.
Setiap sel hidup mampu menghantarkan rangsang dari satu sel ke sel lainnya. Suatu sel syaraf mempunyai kekhususan sebagai suatu sel yang dapat menghantarkan rangsangan dan dapat mengadakan perpaduan stimulus yang datang dari luar ataupun dari dalam tubuh. Sel syaraf (neuron) terdiri dari tubuh sel dan akson yang panjang. Sel syaraf berkumpul dan membentuk jaringan syaraf. Secara keseluruhan, jaringan syaraf mempunyai fungsi sebagai berikut : menerima informasi dari keadaan sekeliling dan dari tubuh serangga itu sendiri, dan mengumpulkan semua informasi yang didapat kemudian mengintegrasikannya. Kemudian hasil integrasi disampaikan ke otot yang merupakan hasil reaksi serangga terhadap keterangan dari sekitarnya.
Jaringan syaraf dapat dibagi ke dalam jaringan syaraf pusat dan syaraf tepi. Jaringan syaraf pusat terdiri sepasang rantai syaraf yang terdapat di sepanjang tubuh bagian ventral. Pada setiap segmen terjadi suatu pengumpulan sel syaraf tubuh yang disebut ganglion. Sedangkan saraf tepi terdiri dari tiga macam sel syaraf, yaitu : 1) sel syaraf indera yang berfungsi membawa impuls dari alat indera; 2) sel perantara yang membawa impuls antara sel syaraf; 3) sel syaraf motor membawa impuls dari pusat integrasi ke otot.
Sel syaraf pada syaraf tepi terdapat pada bagian tepi ganglion. Tiga kelompok ganglion yang terdapat di depan mulut (preoral) dapat dianggap sebaga otak.
Jumlah ganglion yang menjadi otak terdiri dari : Protoserebrum sebagai tempat integrasi dan juga mempunyai sel hormon; deuteroserebrum merupakan ganglion yang menginversi antena; dan tritoserebrum tidak mempunyai daerah intervensi khusus.
Sistem Otot Serangga.
Otot merupakan daerah sel hidup, bentuknya memanjang dan mempunyai fungsi khusus, yaitu menimbulkan ketegangan di antara dua bagian Protoplasma mempunyai fibril yaitu suatu elemen yang dapat berkontraksi dan menimbulkan ketegangan. Energi yang dipergunakan untuk kontraksi didapat dari pembakaran karbohidrat. Serangga mempunyai sistem otot yang terdiri dari otot bergaris, dan padanya tidak di dapatkan otot polos.
Hubungan syaraf dan otot pada serangga berbeda dengan vertebrata. Pada serangga syaraf akan menempel pada seluruh panjang sel otot, sehingga proses pengaktifan terdapat hampir diseluruh otot. Perubahan potensi tidak tampak bergerak sepanjang dinding otot seperti pada vertebrata. Dapat dibedakan dua proses kontraksi, yaitu kontraksi isomentri dimana panjang otot tidak berubah, dan hanya jadi suatu tegangan; sedangkan kontraksi isotonis di mana tegangan sama, tapi panjang otot yang berubah.
Biasanya satu impuls syaraf menyebabkan satu kontraksi, tetapi pada otot-otot khusus dapat berosilasi pada frekuensi tinggi, sehingga otot dapat berkontraksi beberapa kali sebagai akibat suatu impuls syaraf. Kecepatan otot untuk berosilasi sangat tergantung pada sifat mekanikanya dan struktur tempat otot melekat. Kontraksi otot membutuhkan energi metabolik, sehingga otot mempunyai sistem trakhea yang baik. Hal ini terutama terjadi pada otot-otot terbang di mana sistem respirasi traspesialisasi untuk mempertahankan suplai oksigen selama serangga terbang. Pada kebanyakan otot, trakheolus berhubungan rapat dengan bagian luar serabut otot.
Osilasi otot terbang : Otot Synchronous, setiap kontraksi otot terbang pada Odonata, Otrhoptera dan Lepidoptera dihasilkan satu impuls syaraf. Otot-otot ini disebut otot synchronous. Umumnya otot serangga termasuk tipe ini. Biasanya frekuensi kepakan sayap dari serangga dengan otot terbang synchronous adalah lambat, kira-kira tidak lebih dari 25 kepakan per detik; Otot Asychronous, pada serangga yang mempunyai otot fibrillar, frekuensi kepakan sayap melebihi 100 hz. Hal ini mencirikan kontraksi sel otot tersebut, bahwa beberapa kontraksi diakibatkan oleh tibanya suatu impuls syaraf. Otot-otot yang mempunyai ratio kontraksi terhadap stimuli yang berbeda dari normal ratio (1:1) disebut asynchronous.

C. FISIOLOGI DARI SERANGGA
Energi bebas diperlukan serangga untuk kelangsungan fungsi-fungsi hidup serangga, dan hal ini didapatkan sebagian besar dari oksidasi nutrien. Suplai oksigem untuk keperluan ini didapatan melalui respirasi. Respirasi meliputi pengambilan, transport, dan penggunaan oksigen oleh sel-sel dan jaringan dan pemindahan karbondioksida dari tubuh. Pada serangga, cara respirasi utamanya adalah melalui difusi gas-gas dari udara secara langsung melewati membran menuju sel-sel.

Respirasi.
Sistem trakhea. Sistem utama transport gas-gas pada serangga adalah sistem trakhea. Sistem ini terdiri dari suatu seri pembuluh bercabang yang dinamakan trakhea. Trakhea dibentuk menjadi kelompok-kelompok pada tiap-tiap segmen tubuh dan terbuka kebagian luar tubuh melalui spirakel. Spirakel terbuka ke bagian batang trakea. Pada serangga yang mampu terbang cepat seperti lalat rumah (Diptera), batang trakheanya mengalami pembesaran, yang dinamakan kantung udara (air sacs), berfungsi untuk meningkatkan ventilasi. Cabang trakhea keluar dari batang trakhea pada masing-masing segmen dan semakin banyak dan halus cabangnya. Akhirnya ujung-ujung hlus trakhea terbagi menjadi trakheoulus yang sangat halus (diameternya kurang dari 1 mikron). Pembuluh kapiler halus ini kemudian bercabang di sekitar sel-sel dan jaringan dan menembus ke dalam serat-serat otot.



Gambar spirakel yang terbuka keluar tubuh dikenal sebagai sistem terbuka. Sistem terbuka ini mempunyai modifikasi yang beragam pada serangga-serangga berbeda. Sistem tertutup terdapat pula pada serangga, dimana spirakel menjadi non-fungsional atau tidak ditemukan sama sekali. Banyak serangga akuatik yang belum dewasa memiliki sistem tertutup (contohnya mayflies, Ephemeroptera dan stonefliesm, Plecoptera), dan sistem aliran selain spirakel, yaitu jaring-jaring trakheolus halus yang terbentang di bawah kulit atau menuju insang bagian luar. Bentuk khusus respirasi lainnya yang ditemukan pada serangga akuatik termasuk penyimpan udara selam (contohnya, pada kumbang air pemakan bangkai dan kumbang penyelam predator, Coleoptera), dimana suatu selaput atau gelembung-gelembung air menempel pada beberapa bagian tubuh. Plastron memungkinkan serangga tetap tinggal dalam air untuk waktu yang tak terbatas. Sama halnya dengan gelembung pernafasan, pernafasan menggunakan plastron mengandalkan difusi oksigen dari air ke dalam gelembung. Plastron adalah suatu kerangka yang terdiri atas rambut-rambut kaku penolak air, atau jaring-jaring kutikula. Serangga akuatik lainnya memiliki pembuluh udara yag digunakan seperti snorkle untuk menghisap udara dari permukaan (contohnya, larva nyamuk dan kalajengking air).
Proses Respirasi. Respirasi terjadi dengan cara difusi oksigen dan karbondioksida melalui sistem trakhea, dibantu oleh ventilasi mekanis dari trakhea abdominal dan kantung udara. Difusi oksigen ke sistem trakhea terjadi karena turunnya tekanan oksigen pada ujung trakheoulus. Dengan cara yang sama, karbondioksida juga berdifusi keluar melalui sistem trakhea.

Makanan dan Pencernaan.
Berdasarkan tipe makanannya, serangga dikelompokan sebagai fitofagus, zoofagus dan saprofagus. Serangga fitofagus memakan tumbuhan, sebagian besar serangga termasuk dalam kelompok ini. Serangga tipe ini memakan berbagai bagian tumbuhan seperti jaringan daun, batang, akar ataupun struktur reproduksi. Serangga seperti halnya kupu-kupu yang memakan nektar atau produk tumbuhan lainnya juga dikategorikan sebagai fitofagus.
Serangga zoofagus memakan hewan lain, termasuk sebagian besar vertebrata dan invertebrata. Serangga yang memakan vertebrata umumnya berupa parasit seperti fleas (Siphonaptera) atau nyamuk (Diptera). Namun terdapat juga beberapa beberapa yang bersifat predator seperti kumbang selam (Coleoptera) yang memakan ikan-ikan kecil. Sebagian besar serangga zoofagus memakan atau memparasiti invertebrata lainnya, bahkan termasuk pula serangga.
Serangga saprofagus memakan materi-materi organik yang telah mati. Serangga tipe ini berperan penting dalam siklus nutrisi pada lingkungan, seperti pemakan bangkai yang umum (kecoa, Othoptera), pemakan kotoran (kumbang dung, Coleoptera), pemakan tumbuhan mati (rayap, Isoptera), dan pemakan humus (Collembola).
Beberapa serangga dapat berpindah kategori makan, seperti halnya pada beberapa kumbang berbau (Hemiptera) yang biasanya memakan serangga lainnya namun dapat berganti memakan jaringan tumbuhan jika tidak menemui mangsa. Perilaku makan serangga ini dikategorikan sebagai omnivora.
Sistem pencernaan. Saluran pencernaan (usus) serangga merupakan struktur dasar sistem pencernaan yang berupa pembuluh memanjang dari mulut sampai anus. Usus dapat dibedakan dalam tiga bagian : usus depan (stomodaeum), usus tengah (mesenteron), dan usus belakang (proctadeum). Bagian-bagian ini biasanya dipisahkan oleh katup. Katup kardiak dibagian depan dan katup pylorik dibagian belakang.
Usus depan memiliki bagian-bagian yang meliputi farings (kerongkongan), esofagus, crop dan proventrikulus yang menyerupai katup. Pada beberapa serangga seperti kecoa, proventrikulus dapat berotot yang menyerupai tembolok dan mempunyai gigi untuk menghaluskan makanan.
Usus tengah tidak memiliki bagian-bagian seperti halnya usus depan, namun sering berasosiasi dengan gastric caeca, yang dikenal sebagai kantung buntu. Bagian dalam usus tengah seringkali memiliki membran peritrofik yang berkitin dan bersifat semipermeabel. Membran ini membentuk lapisan pelindung antara materi makanan dan sel-sel epitel yang rapuh. Membran ini tidak dijumpai pada serangga-serangga pemakan cairan.

Usus belakang sangat bervariasi bergantung pada jenis serangga, tetapi umunya terbagi menjadi pembuluh intestin dan rektum yang terhubung ke anus.
Struktur lain yang berasosiasi dengan usus meliputi sepasang kelenjar saliva dengan pembuluh yang terhubung ke saluran pra oral, hipofarings, dan tubulus malphigi yang bergabung dengan intestin sebelum katup pyloric. Tubula ini membentuk organ utama ekskretori.
Pencernaan. Pencernaan dimulai ketika makanan bercampur dengan enzim yang terdapat pada saliva. Beberapa pencernaan dapat terjadi secara eksternal sebelum makanan dicerna dan ketika saliva disuntikkan ke jaringan inang (contohnya, leahoppers, Homoptera) atau dijilatkan ke makanan (contohnya, lalat rumah, Diptera).
Biasanya, makanan yang telah dicerna tahap awal akan bergerak sepanjang crop yang kemudian tersimpan atau terus bergerak ke proventrikulus. Ketika mencapai usus tengah, makanan akan bercampur dengan enzim-enzim utama pencernaan. Kebanyakan aktivitas enzim terjadi di area gastric area.
Serangga sebagian besar memiliki enzim-enzim utama yang terdapat pada hewan lainnya. Namun tidak semuanya dapat ditemukan pada satu spesies. Serangga yang makanannya cukup variatif memiliki enzim-enzim tertentu yaitu, amilase, maltase, lipase, invertase dan ekso- dan endopeptidase. Spesies pemakan darah utamanya memiliki enzim proteolitik. Pada serangga pengebor kayu dapat ditemukan selulase yang dapat menghancurkan jaringan kayu. Kebanyakan serangga ini, contohnya rayap (Isoptera), menghasilkan selulase yang dihasilkan mikroorganisme simbiotik yang hidup pada usus.
Setelah makanan dicerna, nutrien bergerak melalui membran peritrofik dan diabsorbsi oleh epithelium usus tengah. Membran ini dimungkinkan dilalui cairan dan larutan namun menghambat fragmen-fragmen yang lebih besar. Membran ini juga melindungi abrasi sel-sel epitel. Beberapa kelompok serangga yang hanya memakan makanan cair, seperti lalat penghisap darah dan kupu-kupu, tidak memiliki membran peritrofik.
Pada usus belakang, sisa makanan yang tidak dicerna dibuang melalui anus. Di sini rektum memainkan peranan penting dalam mengasorbsi kembali air dan pelet feses dan membantu mempertahankan keseimbangan air dan garam pada tubuh. Beberapa serangga akuatik seperti naiads capung (Odonata) juga memiliki insang trakhea pada rektum yang berfungsi dalam respirasi.

Sirkulasi darah.
Di banyak hewan, seperti vertebrata, sirkulasi darah berupa pergerakan melalui serangkaian pembuluh (vena, arteri, kapiler). Hal ini dinamakan sistem tertutup.
Sebaliknya, serangga memiliki sistem sirkulasi terbuka. Darah serangga mengalir langsung melalui rongga tubuh, dinamakan hemocoel, kemudian menyuplai organ-organ dan jaringan-jaringan.

Sistem Sirkulasi. Pembuluh dorsal merupakan organ sirkulasi utama pada serangga. Pembuluh ini terletak di bagian atas homocoel dan memanjang dari bagian belakang abdomen ke arah kepala. Pembuluh ini terdiri dari dua bagian, jantung pada bagian belakang dan aorta pada bagian depan. Jantung merupakan organ yang bersekat-sekat, menyedot darah melalui lubang pada tiap sekat yang dinamakan ostia. Kemudian jantung memompa darah kearah depan menuju aorta. Aorta membawa darah ke depan dan mengalirkannya ke kapsul kepala.
Jantung sebagian besar serangga bagian bawahnya dibatasi oleh otot-otot berbentuk sayap yang dinamakan otot alari. Otot-otot ini menghubungkan jantung ke bagian lateral terga. Otot-otot ini dapat membentuk hampir keseluruhan pemisah antara jantung dan rongga tubuh. Pemisah ini dinamakan diafragma dorsal dan sekat-sekat yang menjadi bagian dari jantung dinamakan sinus dorsal.
Pada beberapa serangga, organ pemompa terdapat pada toraks dan rongga tubuh bawah. Organ torasik pemompa, ditemukan pada sejenis ngegat (Lepidoptera), terdapat pada mesotoraks dan mengalirkan darah melewati sayap. Pada banyak seranggan terdapat juga diafragma ventral, sama bentuknya dengan diafragma dorsal, menghantarkan darah kembali ke bagian belakang dan ke arah samping.
Darah. Darah serangga, dinamakan hemolimf, merupakan cairan berwarna kuning atau hijau. Cairan itu mengandung plasma cair, dan sekitar 10 persennya terdiri dari sel-sel darah, atau hematosit.
Tidak seperti vertebrata, sebagian besar sel-sel darah serangga tidak mengandung hemoglobin yang merupakan pembawa oksigen. Darah serangga juga tidak berperan saat respirasi, kecuali pada kelompok tertentu seperti pada spesies muda Chironomus.
Fungsi utama darah pada serangga adalah menghantarkan nutrien, sisa metabolisme, dan hormon. Darah mengasorbsi nutrien dari sistem pencernaan dan membawanya melalui rongga tubuh dan mensuplai jaringan-jaringan dan organ-organ. Sisa-sisa dari metabolisme pada tempat-tempat sel juga diasorbsi oleh darah dan dibawa ke organ-organ ekskretori, untuk kemudian dibuang. Hormon-hormon dari kelenjar juga dihantarkan oleh darah ke tempat aktivitasnya. Lebih dari itu, darah mempunyai peran dalam sistem kekebalan serangga, mempunyai sel-sel terspesialisasi yang dapat membuang mikroorganisme berbahaya; dan juga berfungsi dalam penyembuhan luka. Hal lainnya, pada metabolisme tertentu darah menyimpan dan mengkonversi senyawa-senyawa (seperti, trehalosa disimpan dan dikonversikan menjadi glukosa) dan berperan sebagai sumber tekanan (hidrolik) untuk mengembangkan bagian-bagian tubuh selama proses ‘hatching’ dan pertumbuhan.
Keberadaan indera sangat penting bagi serangga untuk mengenali lingkungannya dan mengkoordinasikan aktivitas hidupnya, seperti; mencari makanan, mencari pasangan kawin, menghindari musuh, membuat sarang, dan melangsungkan fungsi-fungsi internal. Sejumlah organ-organ indera yang berbeda menghasilkan suatu persepsi. Gabungan informasi dan stimulasi yang dihasilkan oleh sistem syaraf pada akhirnya menciptakan perilaku.

Organ Indera.
Organ-organ indera bagi serangga meliputi organ penglihat, pembau, perasa dan pendengar. Para ahli terminologi biasanya membagi organ-organ tersebut ke dalam kategori yang paling mendasar yaitu fotoreseptor, kemoreseptor dan mekanoreseptor.
Fotoreseptor. Fotoreseptor adalah indera pengelihat. Seluruh sel-sel hewan sensitif terhadap cahaya, namun secara khusus pada serangga terspesialisasi pada indera pengenal keberadaan cahaya, panjang hari, intensitas cahaya, warna dan aspek-aspek lainnya.
Barangkali fotoreseptor yang paling kompleks pada serangga adalah yang berhubungan dengan pembentukan citra (image), yaitu mata. Mata majemuk dan mata sederhana (ocelli) adalah organ utama yang terdapat pada kepala sebagian besar serangga. Mata majemuk diperkirakan hasil evolusi pada serangga bersayap dan mata jenis ini tidak ditemukan pada serangga primitif tak bersayap. Mata majemuk juga tidak terdapat pada tahap muda serangga yang paling maju (Endopterygota). Hanya mata sederhana saja yang terdapat pada serangga-serangga tersebut, dan sebagian besar serangga yang bermata majemuk biasanya juga memiliki mata sederhana. Beberapa serangga tidak memiliki mata sama sekali, namun mampu menangkap sinyal cahaya melalui kutikulanya (dermal photoreception).
Kemoreseptor. Indera perasa (guastation) dan pembau (olfaction) bekerja berdasarkan pendeteksian molekul-molekul tertentu oleh organ reseptor yang kemudian menghasilkan impuls syaraf. Perbedaan antara indera perasa dan pembau hanya terletak pada masalah jarak dari sumber. Dengan kata lain, indera perasa dapat merasakan makanann ketika didalam mulut, namun ketika jauh dari mulut, makanan tersebut hanya dapat dirasakan baunya oleh indera pembau. Setelahnya mekanisme chemoreseption adalah sama.
Kemoreseptor biasanya terjadi pada bentuk-bentuk seperti paku atau rambut pada berbagai bagian tubuh. Reseptor perasa merasakan molekul-molekul dari bentuk cairan. Seringkali reseptor perasa berbentuk seperti rambut dan pada ujung rambut itu terdapat ujung syaraf halus yang terdedah pada lingkungan. Dibandingkan reseptor perasa, reseptor pembau kelihatannnya lebih menyerupai pakun dan memiliki sejumlah besar ujung syaraf pada permukaan. Seperti dapat diperkirakan, reseptor perasa terdapat banyak pada bagian mulut, walaupun reseptor ini juga menyebar pada tarsi kebanyakan serangga, sehingga berguna untuk mempermudah seranga dalam mendeteksi makanan. Reseptor pembau terletak paling banyak pada antena serangga namun juga melimpah pada organ tubuh (palpi) bagian mulut.
Mekanoreseptor. Mekanoreseptor, dinamakan sensila, meripakan struktur sensori yang paling banyak pada serangga, ditemukan cukup banyak pada permukaan tubuh. Sensila ini menyerupai bentuk rambut, pada kasus tertentu dinamakan trichoid, atau sensila ini dapat menyerupai tenda (campaniform) atau berbentuk keping (placoid).
Beberapa dari reseptor ini sensitif terhadap sentuhan dan berespon terhadap tekanan dengan cara mengirimkan aliran impuls ke sistem syaraf. Sensila ini dinamakan tonic. Reseptor lainnya berespon sebagian besar terhadap hal-hal seperti vibrasi udara ataupun air. Sensila jenis ini disebut phasic. Beberapa sensila yang terspesialisasi juga berfungsi dalam menerima informasi tentang posisi relatif satu bagian tubuh terhadap bagian lainnya. Sensila seperti ini dinamakan proprioreseptor.
Sebagian kecil mekanoreseptor tidak memiliki struktur eksternal yang berhubungan dengannya. Sensila chordotonal terdiri dari bundelan sel-sel syaraf bipolar yang melekat diantara dua permukaan pada integumen. Sensila ini mendeteksi tekanan pada dinding tubuh dan pergerakan serangga. Sekelompok sensila chordotonal yang terspesialisasi membentuk organ Johnston, yaitu suatu struktur pada segmen kedua antena serangga dewasa yang merespon pergerakan antena dan juga pendengaran. Organ pendengaran utama serangga dibentuk oleh membran tympanum dimana getaran dapat dideteksi oleh sekelompok sensila chordotonal. Organ tympanum ditemukan pada belakang (segmen pertama abdomen), jengkrik (tibiae), ngengat (abdomen atau methathorax), dan beberapa serangga lainnya.
Reseptor lainnya. Selain organ-organ indera yang telah dijelaskan diatas, serangga juga memiliki reseptor untuk menangkap kelembaban dan temperatur tertentu, walaupun sangat sedikit dan diketahui mengenai hal ini. Penangkapan kelembaban udara dinmakan hygroreeption; level tertentu kelembaban dirasakan beberapa serangga melalui rambut-rambut yang dapat mengasorbsi kelembaban. Serangga ini memiliki indera pengenal temperatur dan menggunakan indera ini untuk mencari lingkungan yang sesuai untuk melakukan aktivitas hidupnya. Sebagai contoh kumbang pengebor kayu, spesies Melanophila (Buprestidae), memiliki lubang sensori di bagian dalam mesothorax yang sensitif terhadap panas pohon-pohon yang telah rusak oleh api, dimana kumbang ini menyukai jenis pohon seperti itu. Reseptor geomagnetik dapat mendeteksi daerah bermagnet. Reseptor jenis ini terdapat pada serangga-serangga seperti lebah madu yang menggunakannya untuk berorientasi dan aktivitas lainnya. Namun, organ indera yang digunakan pada geomagnetic reception belum dapat diidentifikasi melalui electrophysiology.

Sistem Syaraf.
Sistem syaraf serangga berfungsi untuk menghasilkan dan mengalirkan impuls elektrik, mengintegrasikan informasi yang diterima dan menstimulasi otot untuk pergerakan. Sistem ini dibagi dua menjadi sistem syaraf dan sistem syaraf visceral.
Sistem syaraf pusat. Pada dasarnya sistem syaraf pusat dibentuk dari otak, terletak dikepala dan cord syaraf ventral yang memanjang dari otak ke abdomen sepanjang dasar rongga tubuh. Sistem syaraf pusat mensupervisi dan mengkoordinir aktivitas-aktivitas tubuh serangga.
Sistem syaraf visceral. Komponan utamanya adalah sistem syaraf stomodeal. Sistem syaraf stomodeal mengkoordinasi aktiviras gut (usus) anterior dan pembuluh dorsal. Sistem ini terdiri dari ganglion frontal yang terhubung ke otak dan ganglia-ganglia kecil lainnya.



D. CARA REPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP SERANGGA
Keunikan serangga dalam pertumbuhan, perkembangan dan bereproduksi adalah salah satu ciri terpenting serangga dan merupakan kunci kesuksesan evolusi serangga. Sebagian besar serangga bersifat diocious, yaitu memiliki individu jantan dan betina yang mampu kawin untuk menghasilkan zygot (telur yang telah difertilisasi). Namun dalam kasus yang tidak umum, terdapat juga beberapa serangga yang bereproduksi tanpa gamet jantan. Bentuk reproduksi aseksual ini dikenal sebagai partenogenesis.

Reproduksi.
Sistem Reproduksi Betina adalah sepasang ovari. Masing-masing ovari biasanya terdiri dari satu bundel kelompok ovariol yang merupakan tempat terbentuknya telur. Masing-masing ovariol melekat pada suatu benang yang dinamakan filamen terminal. Sel-sel germinal berkembang sepanjang sel-sel itu bergerak melalui pedisel (secara kolektif dinamakan kaliks) ke oviduct lateral dan dilanjutkan ke oviduct. Dari oviduct, telur bergerak ke vagina, dimana telur-telur itu dibuahi dan tertahan untuk tertanam. Organ-organ yang terlibat dalam fetilisasi tersebut adalah spermateka yang berfungsi menerima dan menyimpan sperma setelah kopulasi. Kelenjar spermateka yang melekat pada spermateka mensuplai nutrisi untuk pemeliharaan sperma sebelum melebur. Adapun sepasang kelenjar asesori mensekresikan zat adhesif dan penutup yang berfungsi melingungi telur setelah dibuahi. Terdapat banyak sekali modifikasi reproduksi betina ini tergantung pada kelompok serangga.
Organ utama sistem reproduksi jantan adalah sepasang testis, yang terdapat pada posisi yang hampir sama dengan ovari betina. Masing-masing testis terbentuk dari sejumlah saluran tubulus sperma. Sperma diproduksi pada tubulus sperma dan bergerak melalui vasa deferensia dan dilanjutkan ke vas deferens. Sperma bergerak berlanjut melalui vas deferens dan tertahan di suatu struktur penyimpnan, semivenal vesikel. Disinilah sperma bergabung dengan hasil sekresi sepanjang kelenjar asesori untuk membentuk semen. Pada beberapa serangga, sperma tersimpan pada kapsul yang dinamakan spermatofor. Pada saat kopulasi, semen dari versikel seminal bergerak melalui ejakulatori duct dan keluar melalui penis.


Siklus hidup.
Serangga dikenal sebagai organisme yang memiliki kelulus hidupan tinggi dan mampu bertahan dari segala kondisi lingkungan yang ekstrem seperti kekeringan, musim dingin, hujan, panas dan lain-lain. Hal ini dimungkinkan karena serangga memiliki pola-pola hidup bawaan yang khas meliputi pola reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan individu-individu dalam populasi. Pola-pola inilah yang dinamakan siklus hidup (life cycle).
Secara formal siklus hidup merupakan rantai atau serangkaian peristiwa biologi yang terjadi selama hidup individu serangga. Siklus hidup biasanya diawali oleh deposisi telur dan diakhiri dengan peletakkan sel telur oleh dewasa betina. Cakupan siklus hidup dibatasi dalam satu generasi.

Selain siklus hidup juga dikenal dengan siklus musim (seasonal cycle). Siklus musim merupakan serangkaian siklus hidup suatu spesies yang terjadi selama periode satu tahun.

Metamorfosis.
Seiring pertumbuhannya, serangga mengalami berbagai perubahan besar selama siklus hidunya. Proses perkembangan serangga sejak larva keluar dari telur yang dikenal sebagai eclosion sampai menjadi individu dewasa dinamakan metamorfosis.
Metamorfosis utamanya dipengaruhi oleh hormon yang dinamakan hormon juvenil (HJ). HJ diproduksi oleh kelenjar asesori pada darah berfungsi menekan karakteristik dewasa dengan cara mempertahankan struktur juvenil. Suatu serangga yang memiliki kandungan HJ tinggi dalam darahnya akan mengalami molting, namun akan tetap bertahan di tahap selanjutnya. Pada tahap krisis pertumbuhan, kandungan HJ terhenti atau menurun ke level sangat rendah, dan setelah molting berikutnya, serangga berkembang menjadi bentuk dewasa. Dari sini dapat dilihat bahwa pertumbuhan dan perkembangan berhubungan erat,n dengan pengendalian seluruh proses dilakukan oleh tiga enzim yang sangat penting: hormon otakm ecdyson, dan hormon juvenil.

Model Tidak Bermetamorfosis.
Model tidak bermetamorfosis ditemukan pada serangga primitif tidak bersayap (sub klas Apterygota), sebagai contoh. ‘springtail’, ‘silverfish’ dan ‘firebrats’, seperti halnya juga pada arthropoda non serangga lainnya. Dalam kelompok ini, siklus hidupnya berlangsung mulai dari telur, juvenil kemudian dewasa. Transisi dari juvenil pertama ke dewasa berlangsung secara berangsur-angsur (gradual). Selama berlangsungnya siklus hidup, juvenil tampak sangat mirip dengan dewasa, hanya saja berbeda terutama pada ukuran dan proporsi tubuh dan tidak adanya alat kelamin yang fungsional. Pada serangga ini, seluruh tahapan dapat ditemukan pada habitat yang sama, dan makanan jenis juvenil sama dengan dewasa. Berbeda dengan serangga lainnya, molting berlanjut pada tahap dewasa, dan karena betina kehilangan penutup spermateka mengakibarkan serangga betina ini dibuahi beberapa kali selama siklus hidupnya.

Model Metamorfosis Tidak Sempurna.
Model metamorfosis tidak sempurna adalah salah satu model di mana tahap mudanya dapat menyerupai ataupun tidak menyerupai dewasanya, memiliki ‘wing pad’ eksternal, dan kadang mempunyai ‘insang bertrakhea’ spesial yang memungkinkan respirasi dalam air. Terdapat beberapa variasi pada tipe siklus hidup ini, tapi secara umum telur ditemukan disekitar perairan dan tahap mudanya disebut dengan naiad, makan dan berkembang dalam air tahap dewasa serangga ini dapat ditemukan terbang diatas atau disekitar perairan, atau pada beberapa capung cukup jauh dari air.

Model Metamorfosis Sempurna.
Bentuk siklus hidup ini ditemukan pada serangga-serangga yang berevolusi paling maju. Dalam hal ini, terdapat empat tahapan hidup yang berbeda pada siklus hidup : telur, larva, pulpa dan dewasa. Keberadaan tahapan larva dan pupa pada siklus hidup tipe ini merupakan aspek yang paling mudah dibedakan dari tipe lainnya. Dengan beberapa kekecualian, larva sangat berbeda dengan dewasa. Larva memiliki bentuk berbeda, belum memiliki mata majemuk, mempunyai antena yang tereduksi, dan tidak memiliki bukti-bukti eksternal keberadaan formasi sayap. Pada umumnya, perkembangan sayap dimulai pada tahap larva awal tetapi terjadi secara internal dari bentuk rudimen yang dikenal sebagai keping imajinal (imaginal disks). Tahap pupa diwakili oleh suatu serangga yang biasanya dalam keadaan ‘berdiam diri’ / tidak aktif (sejumlah kecil spesies serangga memiliki pupa yang aktif). Sebagian besar pupa non-aktif ditemukan di tempat tersembunyi, habitat-habitat terlindung. Beberapa, seperti ngegat, ditemukan dalam kokon, yaitu suatu lapisan penutup terbuat dari sutera yang dibuat oleh larva instar terakhir (prapupa). Pupa Diptera yang lebih maju ditemukan dalam kulit larva instar yang mengeras untuk membentuk pupa sebagai pelindung. ‘Wing pads’ muncul pada pupa, dan proses aktif histolisis dan histogenesis secara fisiologi dilakukan secara internal selama tahap ini.

Evolusi pada tahap pupa telah memungkinkan perkembangan struktur larva yang terspesialisasi namun tidak berlanjut pada tahap dewasa. Melalui pengaturan ini, larva dan dewasa seiring berevolusi dalam arah yang berbeda, dimana larva terspesialisasi dalam pengumpulan makanan dan dewasa berkembang lebih jauh dalam arti bereproduksi dan melakukan penyebaran. Selain itu, larva mengkonsumsi makanan lebih banyak dibandingkan serangga dewasa, larva juga mengkonsumsi makanan yang berbeda sehingga dapa mengeliminasi kompetisi yang terjadi antar tahapan.

Mayoritas pada siklus hidup yang bermetamorfosis sempurna, larva pada seluruh tahapan memiliki perilaku yang serupa; mereka hidup pada habitat yang sama dan mengkonsumsi makanan yang sama.

SIMPULAN

Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti "berkaki enam"). Serangga ditemukan di hampir semua lingkungan kecuali di lautan.
Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Fosil-fosilnya dapat dirunut hingga ke masa Ordovicius. Fosil kecoa dan capung raksasa primitif telah ditemukan. Sejumlah anggota Diptera seperti lalat dan nyamuk yang terperangkap pada getah juga ditemukan.
Hewan ini juga merupakan contoh klasik metamorfosis. Setiap serangga mengalami proses perubahan bentuk dari telur hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi. Pergantian tahap bentuk tubuh ini seringkali sangat dramatis. Di dalam tiap tahap juga terjadi proses "pergantian kulit" yang biasa disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini disebut instar. Ordo-ordo serangga seringkali dicirikan oleh tipe metamorfosisnya.
Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas mirip cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen).

DAFTAR PUSTAKA

Djarubito Brotowidjoyo, Mukayat. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.
Engemann, Joseph G.. 1968. Invertebrate Zoology. New York : Macmillan Publishing co inc.
Harmadi. 1984. Zoologi untuk Sekolah Lanjutan dan Umum. Jakarta : CV Yasaguna.
Syamsuri, Istamat. 2001. Biologi SMU kelas 1. Jakarta : Erlangga.
Wahyu, Iwan. 2004. Biologi SMA kelas X. Bandung : Regina.
Radiopoetro. 1980. Zoologi. Jakarta : Erlangga.