Kamis, 24 Maret 2011

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF
TIPE TEAM ACCELARATED INSTRUCSION (TAI) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
SISWA SMPN 5 SERANG

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana (S1)
pada Program Studi Pendidikan Matematika














FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BIMa
2007

JUDUL
Pengaruh penerapan pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe Team Accelarated Instrucsion (TAI) terhadap prestasi belajar matematika siswa SMPN 5 Serang.


















BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang membangun. Dengan pembangunan, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju untuk melakukan suatu pembangunan sangatlah diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang cerdas dan terampil di bidangnya masing-masing. Kecerdasan dan keterampilan tersebut dapat dikembangkan dengan adanya pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memacu pengelola pendidikan untuk melakukan usaha guna meningkatkan mutu pendidikan. Ketika pendidikan ingin dikatakan bermutu atau maju prestasinya dapat dilihat secara objektif dan jelas. Basis pendidikan yang mengarah pada perkembangan teknologi salah satunya adalah matematika. Seperti yang dikatakan oleh Morris Kline (Simanjuntak L, 1993: 64) bahwa jatuh bangunnya suatu negara dewasa ini bergantung dari kemajuan di bidang matematika. Karena pentingnya hal tersebut maka banyak negara yang telah maju, menjadikan matematika sebagai suatu basis dalam pembangunan negaranya. Namun apabila melihat kondisi pendidikan di Indonesia dari dahulu sampai pada saat ini masih sangat memprihatinkan, hal ini dapat dilahat dari rendahnya prestasi belajar matematika pada setiap jenjang pendidikan. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan banyaknya siswa yang memperoleh nilai pada Ujian Akhir Nasional (UAN). Khususnya mata pelajaran matematika, nilai siswa SMP pada tahun ajaran 2005/2006 di bawah standar nilai kelulusan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 4,25 sehingga sangat dibutuhkan suatu upaya dari seorang pendidik agar masalah tersebut dapat diatasi dan juga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
Dalam upaya meningkatkan prestasi siswa terhadap matematika sangat dibutuhkan trik atau metode yang harus dikuasai dan dilakukan oleh setiap pendidik, khususnya pendidik pelajaran matematika. Hal ini perlu dilakukan karena sebagian besar siswa menganggap bahwa matematika adalah suatu pelajaran yang sulit untuk dipahami dan membosankan sehingga dapat menyebabkan banyak sekali siswa tidak menyukai pelajaran matematika pada akhirnya dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar siswa. Seperti yang dikatakan oleh Suyatno (Asmin, 2003:1) bahwa hal yang banyak dapat menyebabkan siswa tidak menyukai pelajaran matematika adalah penyampaian guru yang cenderung bersifat monoton, hampir tanpa variasi kreatif.
Sejauh ini dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia yang semakin lama semakin terpuruk ini, dengan adanya kelulusan yang kurang qualified, dalam hal ini pemerintah telah merumuskan kurikulum baru, yaitu yang di kenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini telah di revisi lagi oleh pemerintah dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kurikulum ini telah diberlakukan oleh pemerintah pada bulan juni tahun 2006. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) kurikulum baru ini akan memberikan kesempatan untuk berkreasi, yakni berkreasi mengembangkan kurikulum berdasarkan standar isi dan kompetensi kurikulum inti yang diatur oleh pemerintah. (Nugroho Hendy ; 2006 : 1).
Kurikulum 2006 yang disusn oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) secara substansial sama dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang ditetapkan 2004 lalu. Perbedaannya, kurikulum 2006 tidak mengatur secara rinci kegiatan belajar mengajar dikelas, guru dan sekolah bebas mengembangkannya sendiri sesuai dengan kondisi murid dan daerahnya.
Menurut Djaali (Zatnika; Media Indonesia : 1) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sendiri belum terlaksana secara optimal. Pemberlakuan kurikulum 2006 diharapkan makin mengukuhkan eksistensi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Menurut Kepala Dinas P&K Jawa Timur, Dr. Rasiyo.Msi. (Surya Online :1) Dibuatnya kurikulum 2006 ini merupakan suatu bentuk implementasi peraturan pemerintah N0. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Rasiyo juga menegaskan bahwa kurikulum 2006 ini memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk dapat menentukan materi sendiri, kegiatan pembelajaran dan indikator yang harus dicapai oleh murid.
Pembelajaran kooperatif atau yang sering disebut dengan belajar secara berkelompok ini memiliki berbagai macam tipe, namun yang ingin diterapkan dalam penelitian ini adalah tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) yang dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengefektifkan implementasi kurikulum 2004.
Ruang kelas merupakan suatu tempat yang sangat baik untuk kegiatan kooperatif Learning (Suherman, 2003:259). Metode kooperatif ini tampaknya akan dapat melatih para siswa untuk mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan temuan-temuan dalam bentuk tulisan. Di dalam ruang kelas para siswa dapat diberi kesempatan berkarya dalam kelompok-kelompok kecil, untuk menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah secara bersama.
Kooperatif dalam matematika juga akan dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif siswa dalam metematika (Suherman, 2003:259) para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya, untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika (math a xietiy), yang banyak dialami para siswa .dengan menonjolkan interaksi dalam kelompok. Model belajar kooperatif learning tipe Team Asccelerated Intriction (TAI) dapat membuat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan berlatar belakang yang berbeda. Metode ini juga telah terbukti dapat meningkatkan berfikir kritis serta meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
Untuk menjamin heterogenitas keanggotaan kelompok, maka gurulah yang membentuk kelompok-kelompok tersebut. Jika siswa dibebaskan membuat kelompok sendiri maka biasanya siswa akan memilih teman-teman yang sangat disukainya. Ukuran besar kecilnya kelompok akan mempengaruhi kemampuan produktifitas kelompoknya. Ukuran kelompok ideal pada tipe TAI ini adalah 3 sampai 5 orang.
Dengan menggunakan metode Kooperatif Learning tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) ini, diharapkan dalam proses pembelajaran siswa tidak merasa jenuh dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa. Prestasi belajar juga dapat dicapai dengan perjuangan yang tidak mengenal lelah dan putus asa yang sesuai dengan ungkapan “tidak ada sesuatu yang dapat dicapai tanpa kerja keras”.
Sebelumnya, sudah banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menguji keefektifan dari penerapan kooperatif learning tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) dalam pembelajaran matematika di sekolah-sekolah. Namun masih sedikitnya yang menguji tentang ada tidaknya pengaruh kooperatif learning tipe Team Accelerated Instrucsion (TAI) ini terhadap prestasi belajar siswa. Maka penelitian akan dilakukan untuk dapat menguji sejauh mana “pengaruh penerapan pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) terhadap prestasi belajar matematika SMP”.

2. Identifikasi Masalah
3. Pembatasan dan Rumusan Masalah
3.1 Pembatasan Masalah
Masalah yang timbul dalam penelitian ini cukup banyak, tetapi tidak semua masalah akan dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya dibatasi pada pengajaran di tingkat Sekolah Menengah Pertama dalam hal ini SMPN 5 Serang kelas VIII, semester ganjil tahun ajaran 2006/2007 untuk materi Sistem Persamaan Linear dengan Dua Variabel, menggunakan pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI).
3.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan klasifisikasi masalah dan pembatasan masalah yang ada, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh pendekatan kooperatif tipe TAI (Team Accelerated Intrucsion) terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP?”

4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Ikut serta dalam usaha menciptakan suatu pembelajaran yang menyenangkan dan dapat bermakna bagi siswa guna peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
2. Untuk memperoleh alternatif pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk siswa SMPN 5 Serang kelas VIII dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami materi pelajaran, serta menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan materi Sistem Persamaan Linear dengan Dua Variabel.
3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) terhadap prestasi belajar matematika siswa.


5. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi guru matematika, dapat memberikan alternatif pengajaran untuk diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
2. Bagi siswa, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) ini dapat merangsang kemampuan berfikir kritis, kreatif, inovatif dan membantu meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
3. Bagi peneliti sejenis, dapat menjadi salah satu dasar dan masukan dalam upaya mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya.
6. Sistematika Penulisan











BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
1. Deskripsi Teori
1.1 Hakekat Belajar
Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar, terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. Belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi termasuk oleh ahli psikologi pendidikan.
Menurut pengertian secara psikologis (Slameto, 2003:2) belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku yaitu sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, atau dengan kata lain belajar (Hamalik, 36:2001) adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
Menurut pengertian di atas, belajar adalah merupakan suatu proses di mana seseorang mendapatkan suatu pengetahuan dan pemahaman yang diiringi dengan latihan sebagai penguatan yang akan membawa seseorang kepada sebuah prilaku berbeda dari sebelumnya, dan prilaku tersebut bersifat tetap dan berlaku lama dan melekat pada dirinya sehingga pada akhirnya akan menjadi sifat dan pola prilakunya.
Perubahan terjadi karena sikap seorang siswa yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan tempat siswa terdiri dari lingkungan sekolah dan lingkungan luar sekolah, di mana siswa mendapatkan pengaruh yang dapat menjadi suatu pengalaman bagi dirinya dan hasilnya nanti didapat sebagai hasil belajar.
Belajar merupakan prilaku yang kompleks (Dimyati, 2002:38). Skinner misalnya memandang prilaku belajar dari segi prilaku teramati. Oleh karena itu, ia mengemukakan pentingnya program pembelajaran. Gagne memandang kondisi internal belajar dan kondisi eksternal belajar yang bersifat interaktif. Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dalam belajar, dimana pelajar memiliki kekuatan menjadi manusia, belajar hal yang bermakna, menjadikan bagian yang bermakna bagi diri, bersikap terbuka, berpartisipasi dan bertanggung jawab, belajar mengalami kesinambungan dengan penuh kesungguhan.
Belajar juga merupakan tindak interaksi antara pelajar dan pembelajaran yang memiliki tujuan. Oleh karena itu, berupa akibat interaksi, maka belajar di dinamiskan (Dimyati, 2002: 39). Pendinamisan belajar terjadi oleh prilaku belajar dan lingkungan pelajar. Dinamika pelajar yang bersifat internal, terkait dengan peningkatan hierarki ranah-ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Kesemuanya itu terkait dengan tujuan pembelajaran.
Di dalam belajar terdapat tiga masalah pokok, yaitu:
a. Masalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya belajar
b. Masalah bagaimana belajar itu berlangsung dan prinsip mana yang dilaksanakan
c. Masalah mengenai prestasi belajar.
Dua masalah pokok yang pertama tersebut berkenaan dengan proses belajar yang sangat berpengaruh kepada masalah pokok yang ketiga. Dengan demikian, bagaimana peristiwa terjadinya proses belajar akan menentukan prestasi belajar seseorang.

1.2 Hakekat Prestasi Belajar
Dalam proses belajar mengajar, siswa mengalami suatu perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap. Adanya perubahan ini dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang dihasilkan dari kegiatan mengerjakan soal ulangan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Kata prestasi belajar mengandung dua kata yaitu prestasi dan belajar yang mempunyai arti berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi belaja dibicarakan, ada baiknya kedua kata itu dijelaskan satu-persatu.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (PR. Cybermedia, 2002:1) prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Sedangkan belajar merupakan perubahan tingkah laku untuk mencapai tujuan dan tidak tahu menjadi tahu atau dapat dikatakan sebagai proses yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku dan kecakapan seseorang.
Selanjunya menurut Abdurrahman Saleh (PR.Cybermedia, 2002:1) memberikan prestasi belajar adalah yang dicapai siswa dari mempelajari tingkat ilmu penguasaan tertentu dengan alat ukur berupa evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk angka huruf atau angka simbol-prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai indikator kualitas dan kwantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam memahami mata pelajaran di sekolah.
Prestasi belajar bukan hanya semata-mata karena faktor kecerdasan (intelegensia) siswa saja, tetapi ada faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa tersebut. Faktor-faktor yang dimaksud tersebut dibagi menjadi dua yakni faktor intern dan faktor ekstern faktor-faktor yang dimaksud adalah seperti yang dikemukakan oleh Hana Sujadna (PR.Cybermedia, 2002: 1)
a. Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam diri individu itu sendiri, antara lain adalah kemampuan yang dimiliki, minat dan motivasi serta faktor-faktor lainnya.
b. Faktor ekstern, yaitu faktor yang berada diluar individu diantaranya lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, agar siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang seoptimal mungkin maka siswa perlu meningkatkan kemampuan minat dan motivasi yang ada dalam dirinya.demikian pula halnya dengan faktor yang ada diluar diri siswa. Faktor ini dapat mendorong dan menghambat siswa dalam proses belajar. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dapat memberikan dukungan kepada siswa didalam belajar. Di antara ketiga lingkungan tersebut lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang terpenting yang berfungsi sebagai lingkungan kedua yang sangat mendukung dalam mendidik anak atau siswa setelah lingkungan utama yaitu lingkungan keluarga. Minat siswa terdapat suatu pelajaran bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan prestasi belajar siswa. Minat siswa menurut Winkel (Pr. Cybermedia, 2002: 2) termasuk faktor yang berpengaruh pada prestasi belajar yang termasuk faktor ekstern.

1.3 Pembelajaran Kooperatif
1.3.1 Pengertian pembelajaran kooperatif dan ciri-ciri pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif diambil dari bahasa inggris “Cooperate” yang artinya bekerja bersama-sama (Echols, 2003:147), dengan demikian pembelajaran kooperatif pola adalah belajar siswa yang saling bekerja sama dengan teman sebaya.
Menurut Slavin ( Bennett, 2003:5 ) bahwa pembelajaran kooperatif adalah sebagai salah satu metode pengajaran dimana siswa bekerja pada kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya dalam memahami suatu pokok pembahasan. Siswapun diharapkan saling membantu, berdiskusi dan berargumen dengan yang lainnya, sehingga dapat menekan perbedaan pemahaman dan pengetahuan dalam mempelajari suatu pokok bahasan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan kembali bahwa, pembelajaran kooperatif adalah suatu variasi metode pelajaran yang membimbing siswa dalam sebuah kelompok kecil di dalam kelompok tersebut siswa saling berdiskusi dan berargumen serta membantu teman sekelompok yang mengalami kesulitan dalam memahami materi. Target dari hasil diskusi dan argumentasi tersebut, akan dapat membawa siswa kepada sebuah pemahaman dan pengetahuan tentang materi yang diajarkan. Kegiatan tersebut akan membantu siswa yang lemah memahami materi dan memberikan penguatan kepada siswa yang pintar untuk dapat memahami materi.
Seperti yang telah ditelaah oleh Slavin pada tahun (Ibrahim, 2000:16) bahwa pembelajaran kooperatif dapat digunakan secara efektif pada setiap level untuk mengajar setiap sains pokok bahasan pelajaran, seperti pada bidang studi matematika, membaca, menulis hingga sains yang bersifat kemampuan dasar sampai masalah yang kompleks. Kunci utama dalam pembelajaran kooperatif adalah peran guru dalam pengorganisasian kelas, menggunakan interaksi. Adapun unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah:
a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “Sehidup sepenanggungan bersama “.
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu dikelompoknya, seperti milik mereka sendiri
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompok nya memiliki tujuan yang sama.
d. Siswa haruslah membagai tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah / penghargaan yang juga akan diberikan untuk semua anggota kelompok.
f. Siswa membagi kepemimpinann dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif (Ibarahim, 2000:6).

Mengamati uraian di atas sangat penting bagi seorang guru untuk menerapkan strategi pembelajaran kooperatif, yang dapat memungkinkan siswa dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan untuk dapat berhasil belajar dalam suatu kelompok, dengan mengembangkan penghargaan akan betapa pentingnya bekerja sama dalam suatu kelompok, dan mampu mempriotaskan tujuan-tujuan kepentingan kelompok di atas tujuan-tujuan dan kepentingan individual. Selain itu, kelompok juga akan terbiasa dan mampu memahami apa saja yang harus mereka lakukan dan bagaimana mereka harus menyelesaikan secara bersama-sama guna peningkatan prestasi belajar mereka secara individu dan kelompok.

1.3.2 Student Team Learning (STL)
Beberapa jenis Student Team Learning (STL) yang telah dikembangkan (Asroni, 2002:1) adalah:
a. Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
b. Team-Games-Tournament (TGT)
c. Team Accelerated Instruction (TAI)
d. Jigsaw: (jenis kumpulan yang dibentuk sama dengan kumpulan STAD dan TGT)
1.3.3 Landasan Teori Pembelajaran Kooperatif
Landasan teori pembelajaran kooperatif ada pada 3 teori, (Ibrahim, 2000: 17) yaitu:
a. Teori Motivasi
Motivasi merupakan motor penggerak manusia untuk berusaha dan bekerja dalam mencapai tujuan yang diinginkan istilah ini sebenarnya sama dengan kata motif yang berarti dorongan. Banyak pakar yang sudah memberikan pendapatnya mengenai pengertian ataupun definisi kata tersebut. Walaupun definisi yang diberikan itu bermacam-macam tetapi pada dasarnya arti dan hakekatnya sama.
Eysenck (Dadang, 2000: 13) berpendapat bahwa “Motivasi dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain.”
Motivasi siswa pada pembelajaran kooperatif terutama terletak pada bagaimana bentuk kaidah atau struktur pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan kegiatan. Pada pembelajaran kooperatif siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika dan hanya jika siswa yang lain juga akan mencapai tujan tersebut.
Dilihat dari alasan timbulnya motivasi, terdapat dua macam motivasi, yaitu motivasi ekstrinsik timbul karena adanya stimulasi dari luar dan motivasi instrinsik timbul dari dalam diri individual umumnya karena kesadaran akan pentinnya sesuatu (Dalyono, 57:2005)
Dalam pembelajaran kooperatif kedua hal tersebut sangat penting dan sangat dibutuhkan. Motivasi ekstrinsik dapat muncul karena adalanya rasa tanggung jawab individu dan kesempatan yagn sama dalam meraih kesuksesan. Motivasi dalam pembelajaran kooperatif bertujuan untuk membangkitkan semangat siswa melakukan kerja yagn berhubungan dengan akademik, guna untuk mencapai tujuan akhir dari kesuksesan kelompok dapat tercapai secara optimal.
b. Teori Perkembangan
Teori perkembangnan ini mengsumsikan bahwa interaksi antara siswa disekitar tugas-tugas yang sesuai, dapat meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit.

c. Teori Kolaborasi Kognitif
Teori ini memiliki pandangan yang berbeda. Penelitian dalam psikologi kognitif telah menemukan bahwa supaya informasi dapat disimpan didalam memori dan terkait dengan informasi yang sudah ada di dalam memori itu, maka siswa harus terlibat dalam beberapa macam kegiatan terstruktur atau kolaborasi kognitif atas suatu materi (kemampuan mengajar guru, 2000:1)
Sebagai contoh siswa diperintah membuat suatu ikhtisar dari suatu mata pelajaran atau bidang studi merupakan suatu kegiatan yang lebih baik dari pada sekedar membuat catatan. Karena dalam pembuatan suatu ikhtisar dapat membuat siswa mengorganisasikan materi dan dapat pula memilih materi yang penting , salah satu cara kolaborasi kognitif yang paling efektif yaitu dengan cara merealisasikan materi itu kepada orang lain.

1.3.4 Metode Teams Accelarated Instrucsion (TAI)
Pembelajaran kooperatif metode Teams Accecrated Instrucsion (TAI) merupakan gabungan dari belajar kooperatif dan belajar individual , metode ini digunakan atau dirancang untuk pengajaran metode matematika (Kooperatif pro kontra, 2000:1).
Adapun tahap-tahap dalam metode Team Accelerated Instruction (TAI) ini adalah sebagai berikut :
a. Penyajian kelas
Pengajaran yang dilakukan dengan posisi siswa duduk pada kelompoknya masing-masing.
b. Kelompok ( Team)
Kelompok dibuat beragam, berdasarkan kemampuan akademik, jenis kelamin, ras dan etnik, yang tediri dari 4-5 orang pada setiap kelompoknya.
c. Kelompok Belajar (Teams Study)
Di dalam kelompok belajar ini memungkinkan siswa untuk saling berdiskusi, berargumen dan membuat antara satu dengan yang lainnya untuk dapat memahami suatu pelajaran. Pada saat guru memberikan soal latihan maka masing-masing anggota kelompok mengerjakannya secara individual, lalu mengecek hasil pekerjaannya dengan anggota lainnya di dalam kelompok. Jawaban yang benar akan diberitahukan oleh guru melalui kunci jawaban yang telah ada. Jika soal dalam satu tahap telah terselesaikan, maka ketahap selanjutnya, tetapi jika siswa mengalami kesulitan dan kekeliruan dalam penyelesaiannya maka ia harus menyelesaikan soal lainya di tahap yang sama.
d. Test (test)
Adapun test yang dilakukan berupa pretest dan postes. Pretes dilakukan untuk dapat melihat kemampuan awal siswa sebelum materi diberikan oleh guru. Sedangkan pretest diberikan setelah menyelesaikan beberapa subpokok bahasan, atau pada akhir materi yang telah diajarakan. Dalam tes siswa mengerjakan secara individu tanpa bantuan rekan kelompok.
e. Penilaian Kelompok Dan Pengakuan Kelompok
Penilaian kelompok dilakukan di table score, masing-masing individu mempunyai kontribusi untuk nilai kelompok yang didapat dari hasil kuis. Tim yang memenuhi kriteria penilaian akan mendapatkan pengakuan kelompok.
Setiap metode pelajaran sudah pasti ada kekurangan ada pula kelebihannya. Begitu pula pada pembelajaran kooperatif metode TAI (Team accelerated Instrasion), kekurangan terjadi ketika pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru kurang baik maka jalan proses pembelajarannya juga kurang baik. Dan ketika dilihat dari factor siswa adanya anggota kelompok yang pasif dan tidak mau berusaha serta hanya mengandalkan diri teman sekelompoknya. Hal tersebut dapat terjadi, dan oleh karena itu instruksi dari guru dengan pengawasan ketika dalam proses kelompok belajar harus lebih ditingkatkan dan tentunya dapat meminimalisasi efek kepasifan siswa.

2. Kerangka Berfikir
3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah “Penerapan pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe ‘Team accelerated intrucsion’ (TAI) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP “










BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Di mana prestasi belajar yang merupakan data dari penelitian dikelompokan menjadi dua, yaitu prestasi belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelompok kelas eksperimen adalah kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) dan kelompok kelas kontrol adalah kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran biasa ( pembelajaran konvensional ).
Disain penelitiannya sebagai berikut :
A : O1 X1 O2
A : O1 X2 O2
Keterangan :
A = sampel acak
O1 = pretes
O2 = postes
X1 = perlakuan 1, yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan
Pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI)
X2 = perlakuan 2, yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan
pembelajaran biasa ( pembeljaaran konvensional ).
2. Instrumen Penelitian
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang berupa angka tentang prestasi belajar, peningkatan prestasi belajar untuk mendapatkan data yang baik diperlukan instrument penelitian yang baik pula. Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1) Tes awal ( pretes )
Pretes digunakan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan .
2) Tes akhir ( postes )
Tes akhir digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan akhir siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sesudah diberi perlakuan.
Untuk instrumen tes terlebih dahulu diuji cobakan agar dapat diketahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran.
a. Validitas
Dalam penelitian ini, validitas dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari pearson ( Surapranata, 2005 : 58 ) , yaitu :
r11 =

Nilai koefisien yang diperoleh diinterpretasikan untuk mengetahui criteria klasifikasi validitas instrumen.
Klasifikasi koefisien korelasi
Korelasi Klasifikasi
0,80 < r11 =" R11" k =" Banyak" si2 =" Jumlah" st2 =" Varians" pi =" Pi" i =" Banyaknya" sm =" Skor" n =" Jumlah"> 0,7 Mudah
Sumber: Surapranata,2005:21
d. Daya Pembeda
Daya pembeda menurut indeks daya pembeda dapat dicari dengan menggunakan rumus :
D = PA - PB PA = Indeks kesukaran kelompok atas
D = Daya pembeda PB = Indeks kesukaran kelompok bawah

Kalisifikasi interpretasi daya pembeda tiap butir soal, adalah sebagai berikut:
Klasifikasi daya pembeda
D Klasifikasi
D ≤ 0,00 Sangat jelek
0,00 < D ≤ 0,20 Jelek
0,20 < D ≤ 0,40 Cukup
0,40 < D ≤ 0,70 Baik
0,70 < D ≤ 1 Sangat baik
Sumber: Suherman,2001:17

3. Teknik pengambilan sempel
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dengan baik, maka perlu dipilih populasi yang sesuai dengan tujuan yang akan diharapkan.
3.1 Populasi
Seluruh siswa kelas VIII ( Delapan ) pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Serang yang terdaftar pada semester genap tahun pelajaran 2006 / 2007

3.2 Sampel
a. Prosedur pengambilan sempel
Dari 6 kelas yang ada yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, dan VIII F akan dambil secara acak dengan jumlah sampel 74 siswa. Di mana I kelas sebagai eksperimen dan I kelas sebagai kelas kontrol.
b. Besarnya sampel
Dari banyaknya kelas VIII yang ada akan diambil 2 kelas secara acak. Dimana 1 kelas sebagai kelas eksperimen dan 1 kelas sebagai kelas kontrol.
4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4.1 Teknik Pengolahan Data
4.1.1 Variabel penelitian
Variabel bebas : Pembelajaran kooeperatip tipe Team Accelerated
Intrucsion (TAI) .
Variabel terikat : Prestasi belajar matematika
4.1.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diambil dari instrumen yaitu aspek kognitif yang dapat mengukur pencapaian prestasi belajar.
Instumen ini terdiri dari pretes dan postes yang di buat untuk menguji prestasi belajar matematika siswa, pada materi Sistem Persamaan Linear dengan Dua Variabel yang dibuat dalam bentuk tes uraian. Di mana semua butir soal tersebut sudah mencerminkan indicator yang hendak dicapai pada materi tersebut.

4.2 Analisis Data
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari skor tes awal ( pretes ), skor tes akhir ( postes ). Setelah memperoleh data yang diperlukan, kemudian dilakukan pengolahan data dengan rincian sebagai berikut :
1. Pengolahan data tes awal ( pretes )
1) Uji Normalitas
Untuk uji normalitas menggunakan uji Chi kuadrat ( ) berdasarkan Sudjana ( 2002 : 273 ) dengan taraf signifikasi α = 0,05.
=
= Uji Chi kuadrat
Oi = Nilai dari hasil pengamatan ( frekuensi observasi )
Ei = Nilai yang diharapkan ( frekuensi ekspektasi )
K = Banyak kelas interval
Hipotesis statistik :
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujian :
Terima H0 jika < tabeltable
2) Uji Homogenitas
Untuk uji homogenitas dua varians menggunakan uji F ( Sugiyono ,2005:136 ) dengan taraf signifikasi α = 0,05.
F =
Keterangan :
Vb = varians besar ( kel eksperimen )
Vk = varians kecil ( kelompok kontrol )
Hipotesis statistik :
H0 : varians populasi kel eksperimen dan kel kontrol homogen
H1 : Varians populasi kel eksperimen dan kel kontrol tidak homogen
Kriteria pengujian :
Terima H0 jika F < Ftable
2. Pengolahan data tes akhir ( postes )
1) Uji Normalitas
Untuk uji normalitas menggunakan uji Chi kuadrat ( ) berdasarkan Sudjana ( 2002 : 273 ) dengan taraf signifikasi α = 0,05.
=
= Uji Chi kuadrat
Oi = Nilai dari hasil pengamatan ( frekuensi observasi )
Ei = Nilai yang diharapkan ( frekuensi ekspektasi )
K = Banyak kelas interval
Hipotesis statistik :
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujian :
Terima H0 jika < tabel
2) Uji Homogenitas
Untuk uji homogenitas dua varians menggunakan uji F ( Sugiyono ,2005 : 136 ) dengan taraf signifikasi α = 0,05.
F =
Keterangan :
Vb = varians besar ( kelompok eksperimen )
Vk = varians kecil ( kelompok kontrol )
Hipotesis statistik :
H0 : varians populasi kel eksperimen dan kel kontrol homogen
H1 : Varians populasi kel eksperimen dan kel kontrol tidak homogen
Kriteria pengujian :
Terima H0 jika F < Ftabel
3) Uji hipotesis penelitian
Untuk menguji hipotesis menggunakan uji – t ( Arikunto , 2002 :280 ) dengan taraf signifikasi α = 0,05. Rumus uji – t yang digunakan adalah :
t =
Mx = Nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
My = Nilai rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
Nx = Banyaknya data kelompok eksperimen
Ny = Banyaknya data kelompok kontrol
X = Deviasi setiap nilai pretes dan postes kelompok eksperimen
Y = Deviasi setiap nilai pretes dan postes kelompok kontro

5. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sekolah menengah pertama Negeri 5 Serang. Adapun penelitian ini akan dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2006 / 2007
















6. Prosedur Penelitian
Gambar dibawah ini merupakan prosedur yang ditempuh untuk melakukan penelitian.





















K. JADWAL PENELITIAN
Penelitian dilakukan selama 1 bulan dengan perincian sebagai berikut :
No Kegiatan Bulan
Peb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Jan
1 Pengajuan Judul Proposal
2 Pembuatan Proposal
3 Pembuatan Instrumen Penelitian
4 Uji Coba Instrumen & Analisis
5 Pelaksanaan Penelitian
6 Analisis Data Penelitian
7 Pembuatan Laporan Penelitian

makalah evolusi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian orang yang pernah mendengar”teori evolusi” atau “ dawinisme” munkin beranggapan bahwa konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi dan berpengaruh sedikitpun terhadap kehidupn sehari-hari. Anggapa ni sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekedar konsep biologi.Teori evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia.

Filsafat tersebut adalah “materialisme”, yang mengandung sejumlah pemikiran penuh kepalsuan tentang mengapa dan bagaimana manusia muncul di muka bumi.Materialisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatupun selain materi dan materi adalah esensi dari segala sesuatu, baik yang hidup maupun tak hidup. Berawal dari pemikiran ini, materialisme mengingkari keberadaan Sang Maha Pencipta, yaitu Allah. Dengan mereduksi segala sesuatu ke tingkat materi, teori ini mengubah manusia menjadi makhluk yang hanya berorientasi kepada materi dan b erpaling dari nilai-nilai moral. Ini adalah awal dari bencana besar yang akan menimpa hidup manusia.

Hal tersebutlah yang melatarbelakangi kami untuk mengambil tema “Runtuhnya Teori Evolusi Darwin”.Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

B. Rumusan Masalah

1. Awal mula teori evolusi muncul

2. Berkembangan teori evolusi.

3. Runtuhnya teori evolusi.

C. Tujuan

1. Bagaimana Awal mula teori evolusi muncul

2. Bagaimana Berkembangan teori evolusi.

3. Bagaimana Runtuhnya teori evolusi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal-Mula Munculnya Teori Evolusi Darwin

Orang yang mengemukakan teori evolusi sebagaimana yang dipertahankan dewasa ini, adalah seorang naturalis amatir dari Inggris, Charles Robert Darwin.

Darwin tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang biologi. Ia hanya memiliki ketertarikan amatir pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut mendorongnya bergabung secara suka rela dalam ekspedisi pelayaran dengan sebuah kapal H.M.S.Beagle, yang berangkat dari Inggris tahun 1832 dan mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun. Darwin muda sangat takjub melihat beragam spesies makhluk hidup, terutama jenis burung fienc tertentu di kepulauan Galapagos. Ia mengira bahwa variasi pada burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitat Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal-usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep “adaptasi terhadap lingkungan”. Menurut Darwin aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam.

Hipotesa Darwin tidak berdasarkan penemuan atau penelitian ilmiah apapun, tetapi kemudian ia menjadikan sebuah teori monumental berkat dukungan dan dorongan para ahli biologi materialis terkenal pada masanya.

Sebelum melangkah ke bagian terperinci dari mitos evolusi manusia, perlu disebutkan metode propaganda yang telah meyakinkan masyarakat umum tentang gagasan bahwa dimasa lampau pernah hidup makhluk separo manusia-separo kera. Metode propaganda ini menggunakan “rekontruksi” yang dibuat berdasarkan fosil-fosil. Rekontruksi yang dimaksud adalah pembuatan gambar atau model makhluk hidup sepotong tulang- kadangkala hanya berupa fragmen- yang berhasil digali. “Manusia kera” yang kita lihat dalam surat kabar, majalah, atau film semuanya adalah hasil rekontruksi.

Fosil-fosil biasanya tidak tersusun dan tidak lengkap . Karenanya, rekaan apapun yang didasarkan padanya cenderung sangat spekulatif. Kenyataannya, rekontruksi (gambar atau model) yang dibuat evolusionis berdasarkan peninggalan-peninggalan fosil itu telah dipersiapkan secara spekulatif namun cermat untuk mendukun pernyatan evolusi.Seorang ahli antropologi dari Hardvard, David R.Pilbeam. Menegaskan fakta ini ketika mengatakan “Setidaknya dalam paleoantropologi, data masih sangat jarang sehingga teori masih sangat mempengaruhi penafsiran. Teori-teori, di masa lampau, dengan jelas mencerminkan ideologi-ideologi kita bukannya mewakili data sesungguhnya”.

Sampai disini, kita perlu menggaris bawahi satu hal, rekontruksi berdasarkan sisa-sisa tulang yang hanya dapat mengungkapkan karakteristik sangat umum dari obyek tersebut, karena penjelasan terperinci sesungguhnya terletak pada jaringan lunak, gambar atau model rekontruksi menjadi sangat tergantung pada imajinasi pembuatnya.

Tidak ada bukti fosil yang nyata untuk mendukung gambaran “manusia kera” yang tidak putus-putusnya di indoktrinasikan media massa dan akademisi evolusionis. Dengan kuas di tangan, evolusionis membuat makhluk-makhluk khayalan. Namun mereka memiliki masalah serius karena tidak ada fosil-fosil yang cocok dengan gambar-gambar itu. Salah satu metode menarik yang mereka gunakan untuk masalah ini adalah “membuat” fosil-fosil yang tidak dapat mereka temukan.

Sepanjang sejarah, telah hidup lebih dari 6.000 spesies kera dan kebanyakan dari mereka telah punah. Kini hanya 120 species kera ini, mayoritas telah punah, menjadi sumber yang kaya bagi evolusionis.

B. Perkembangan Teori Evolusi

Darwin menyatakan bahwa manusia modern saat ini berevolusi dari dari makhluk serupa kera. Menurut mereka, selama proses evolusi yang diperkirakan berawal 4-5 juta tahun lalu, terdapat beberapa “bentuk transisi” antara manusia modern dan nenek moyangnya. Menurutnya sekenario yang sepenuhnya rekaan ini, terdapat 4 kategori dasar:

· Australopithecus (kera dari selatan), evolusionis menyatakan bahwa Australopithecus memiliki anatomi kera. Akan tetapi mereka berjalan dengan tegap seperti manusia

- Homo habilis (kera yang dinyatakan sebagai manusia)

- Homo erectus (susunan wajah yang salah)

- Homo sapiens (mendekati bentuk manusia)

Pada tahun 1842, Darwin telah menyusun kerangka teorinya dan esai setebal 250 halaman yang selesai tahun 1844, kemudian baru di terbitkan bukunya berjudul The origin of species dan On the origin of the species by mean of natural selection tahun 1859 dan The Origin of man tahun 1871 yang kemudian terkenal dengan teori evolusi Darwin.

Berkaitan dengan asal-usul kehidupan, Darwin secara ringks memaparkan,1

Kehidupan berasal dari zat-zat organic yang secara bertahap mengalami perubahan menjadi makromelekul organik dan di perkirakan dimulai dari lautan.

Evolusi kimia dimulai dari atmosfir purba yang dengan bereaksinya bahan-bahan anorganik dengan energi dari halilintar membentuk senyawa organic secara bertahap di samudra, kemudian membentuk senyawa makro molekul sebagai komponen-kompunen pembentuk sel.

Makromolekul-mekromelekul terkonsentrasi di cekungan secara progresif, akibat kondisi yang relative kering dengan bantuan ATP dan enzim-enzim terjadi percepatan reaksi sehingga terbentuk membrane structural serta firbril internal sebagian bagian sel primitive yang merupakan kemungkinan terbentuknya kehidupan pada tahap pertama kali.

Kemungkinan dimulainya evolusi dari laut ke ke darat denagn menggunakan analogi perkembangan invretebrata dari air ke darat.

Perkemabngan makhluk hidup secara bertahapdalam jangka waktu lama dari bentuk sederhana yang menuju bentuk yang kompleks.

Mekanisme evolusi dilaksanakan melalui seleksi alam oleh peristiwa mutasi gen yang terjadi secara acak dan tidak terduga pada suatu tingkatan populasi

Menurut Darwin tentang kemunculan spesies baru ada dua kemungkinan , yaitu: Secara khusus diciptakan spesies baru pengganti spesies yang punah.

Spesies-spesies tersebut berevolusi dari pendahuluannya yang tidak tersingkir bahwa spesies yang hidup sekarang ini berasal dari spesies-spesies yang hidup di masa-masa silam yang mengalami evolusi melalui seleksi alam.

C. Penolakan Terhadap Teori Darwin

Dalam tulisan harun yahya (2003) berjudul “Runtuhnya Teori Evolusi darwin dalam 20 Pertanyaan” menjelaskan berbagai penemuan atau pendapatn ilmiah yang akurat merobohkan bangunan teori darwinisme sampai ke akarnya dengan berlandasan sains yang bersesuaian denagn nilai-nilai agama. Secara ringkas, berbagai kritik penting atau penolakan teori evolusi Darwin dalam tulisan itu, diantaranya,

Penolakan terhadap teori evolusi Darwin yang menyebutkan bahwa makhluk hidup di muka bumi ada sebagai akibat dari peristiwa kebetulan dan muncul dengan sendirinya dari kondisi alamiah,

Sel hidup adalah struktur paling kompleks yang di temukan manusia. Sains mengungkapkan bahwa satu sel hidup saja memiliki struktur dan berbagai sistem rumit yang paling terkait. Struktur yang kompleks ini dapat berfungsi apabila masing-masing bagian penyusunan muncul secara bersamaan dan dalam keadaan sudah berfungsi sepenuhnya

Francis crik, seorang evolusionis molekuler, pemenagng hadiah nobel mengakuai bahwa molekul yang begitu rumit tidak mungkin muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba karena kebetulan sebagai hasil dari proses evolusi.

Penolakan terhadap teori evolusi yang menyatakan bahwa kehidupan dimulai dari sel yang pertama muncul karena factor kebetulan terbentuknya secara mandiri lalu sel ini berkembang dan berevolusi, dan denagn mengambil bentuk-bentuk yang berbeda, menghasilkan berjuta-berjuta spesies makhluk hidup di bumi,

semua hasil penggalian dan penelitian selama ratusan tahun lebih dari para paleontology menunjukan hasil yang bertentangan dengan pendapat kaum evolusionis yaitu makhluk hidup muncul secara tiba-tiba dalam wujud sempurna tanpa cacat,berarti makhluk hidup telah diciptakan

Pendapat Robert Canoll, paleontology vertebrata dan evolusionis, bahwa catatan fosil belum menghasilkan gambaran mata rantai transisi yang tidak terhingga jumlahnya.

Nana suhan mengatakan, menurut teori evolusi semua spesies berasal dari sebuah sel atau bberapa sel tunggal yang sederhana (prokariota) yang terbentuk didalam “kolam purba” (primordial pond), dan bahwa terbentuknya berbagai jenis kehidupan yang sangat bervariasi di bumi kita ini merupakan hasil seleksi alam. Dan karena genom tidak mudah berubah, tidak mudah berutasi, hasil seleksi alam hanya akan menghasilakan variasi yang sangat sedikit sehingga berbagai jenis hewan dan tumbuhan yang sangat banyak dan bervariasi tersebut, mestinya telah terbentuk di dalam kolam purba.

Dan masih banyak lagi yang menentang teori Darwin. Hal tersebut terjadi karena banyaknya peneliti yang ingin mebuktikan tentang kebenaran evolusi Darwin. Dari sekian banyak pembuktian sehingga banyak pula faktor-faktor yang membuat teori evolusi Darwin tersebut lemah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dua kesimpulan yang dapat kita cermati dari pembahasan tersebut, yaitu: Tidak ada fosil yang ditemukan sebagai bukti adanya evolusi, teori Darwin gugur Semua fosil yang ditemukan itu tidak ada bentuk yang lengkap dan sempurna, misalnya berupa potonagn tulang, potongan gigi, bentuk tulang dan potongan tulang rahang atau tungkai, dan puncak tengkorak kemudian direkayasa/ direkonstrusi bentuknya dan dianggap sebagai bentuk peralihan dari bentuk kera ke manusia.

Terjadi pemalsuan fosil-fosil yang di temulkan untuk direkayasa secara serius denagn penuh imajinatif menjadi bentuk makhluk peralihan (missing link) antara kera dengan manusia.

Fosil-fosil yang di temukan masih dalam periode (umur bumi) yang sama, bukan menunjukan evolusi bahkan memperkuat penciptaan.

Teori Darwin bertentangan denagn ajaran agama Sealain ditolak oleh masyarakat ilmuan, terlebih lagi teori evolusi Darwin memasuki wilayah religius yang menyesatkan umat beragama. Teori asal-usul makhluk hidup yang jumlahnya jutaan jenis (spesies) di muka bumi ini hanya berasal dari satu sel organisme sungguh bertentangan dengan ajaran agama tentang penciptaan setiap makhluk oleh Tuhan. Agam islam denagn tegas menyatakan kebenaran secara mutlak bahwa stiap makhluk yang di ciptakan oleh Allah SWT. Mmpercayai kebenaran teori evolusi itu dan mengingkari proses penciptaan, bagi umat islam adalah kesesatan, tidak beriman, atau murtad

B. Kritik dan Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan, maka kami sangat mengharapkan kritik dari pembaca dan saran yang membangun demi perbaikan makalah kami kedepan.

DAFTAR PUSTAKA

Harun Yahya, Runtuhnya Teori Evolusi dalam 20 Pertanyaan, Risalah Gusti, Jakarta, 2003.

Drs. Rosman Yunus, M.A. Ed, Ir. Bambang Haryanto, M. Si, Choirul Abadi, S.H.I, Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam, Prestasi, Jakarta, 2006.

http: //id.wikipedia.org/wiki/Charles Darwin

makalah sosiologi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedinamisan merupakan salah satu ciri kehidupan masyarakat manusia. Kehidupan masyarakat manusia yang dinamis ditandai dengan perubahan-perubahan sosial dan budaya yang secara jelas dapat terlihat melalui berbagai benda hasil budaya dan aktivitas-aktivitas kehidupannya. Perubahan sosial budaya yang dialami manusia dapat dijelaskan sebagai proses penyesuaian hidup manusia dengan konstelasi yang ada, seperti yang ditegaskan oleh Gillin dan Gillin (Soekanto, 1994), perubahan sosial dapat dipandang sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebutuhan materil, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penumuan baru dalam masyarakat tersebut.

Perubahan yang dialami manusia bukanlah suatu penyimpangan, karena pandangan tersebut adalah suatu mitos yang perlu dihilangkan dari pandangan mengenai perubahan (Lauer, 1993).

Setiap perubahan sosial selalu mencakup pula perubahan budaya, dan perubahan budaya akanmencakup juga perubahan sosial. Sosiatri merupakan ilmu sosial terapan (applied science), yang dalam pengembangannya mengandalkan realita yang terjadi di dalam masyarakat, berkaitan dengan masalah sosial yang perlu diselesaikan (pandangan awal perkembangan) dan penyesuaian kebutuhan dengan sumber daya yang ada (pandangan hasil perkembangan). Realita dalam masyarakat yang terus mengalami perubahan memiliki dimensi perubahan sosial. Sementara itu, secara keilmuan, pengembangan kajian, penelitian, dan teori-teori baru juga dituntut dari sosiatri, baik melalui hasil kerja lapangan (penelitian dan proyek sosiatri), maupun melalui berbagai kegiatan seminar dan diskusi.

Aktivitas ilmiah mempermudah perubahan budaya. Inovasi baru di bidang keilmuan memperoleh ruang dan kesempatan formal. Kajian perubahan dalam sosiatri dapat dipadukan dengan konsep paradigma dari Khun (Ritzer, 1991).

B. Permasalahan

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana hubungan antropologi dan sosiologi dalam perkembangan kehidupan manusia.

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hubungan antropologi dan sosiologi dalam perkembangan kehidupan manusia.


BAB II

KERANGKA TEORI

A. Definisi Antropologi

Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut: Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an), sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa. Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.

Fase Kedua (tahun 1800-an), Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya. Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

Fase Ketiga (awal abad ke-20), pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial. Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa. Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung. Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun. Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.

B. Definisi Sosiologi

Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang Ilmu Sosial yang mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Sebagai cabang Ilmu, Sosiologi dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte. Comte kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Namun demikian, sejarah mencatat bahwa Émile Durkheim ilmuwan sosial Perancis yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa.


BAB III

PEMBAHASAN

Antropologi bukanlah satu satunya ilmu yang mempelajari manusia. Ilmu-ilmu lain seperti ilmu Politik yang mempelajari kehidupan politik manusia, ilmu Ekonomi yang mempelajari ekonomi manusia atau ilmu Fisiologi yang mempelajari tubuh manusia dan masih banyak lagi ilmuilmu lain, juga mempelajari manusia. Tetapi ilmu-ilmu ini tidak mempelajari atau melihat manusia secara menyeluruh atau dalam ilmu Antropologi disebut dengan Holistik, seperti yang dilakukan oleh Antropologi. Antropologi berusaha untuk melihat segala aspek dari diri mahluk manusia pada semua waktu dan di semua tempat, seperti: Apa yang secara umum dimiliki oleh semua manusia? Dalam hal apa saja mereka itu berbeda? Mengapa mereka bertingkah-laku seperti itu? Ini semua adalah beberapa contoh pertanyaan mendasar dalam studi-studi Antropologi.

A. Hubungan Antropologi Dengan Ilmu Lain

Seperti ilmu-ilmu lain, Antropologi juga mempunyai spesialisasi atau pengkhususan. Secara umum ada 3 bidang spesialisasi dari Antropologi, yaitu Antropologi Fisik atau sering disebut juga dengan istilah Antropologi Ragawi. Arkeologi dan Antropologi Sosial-Budaya.

1. Antropologi Fisik

Antropologi Fisik tertarik pada sisi fisik dari manusia. Termasuk didalamnya mempelajari gen-gen yang menentukan struktur dari tubuh manusia. Mereka melihat perkembangan mahluk manusia sejak manusia itu mulai ada di bumi sampai manusia yang ada sekarang ini. Beberapa ahli Antropologi Fisik menjadi terkenal dengan penemuan-penemuan fosil yang membantu memberikan keterangan mengenai perkembangan manusia. Ahli Antropologi Fisik yang lain menjadi terkenal karena keahlian forensiknya; mereka membantu dengan menyampaikan pendapat mereka pada sidang-sidang pengadilan dan membantu pihak berwenang dalam penyelidikan kasus-kasus pembunuhan.

2. Arkeologi

Ahli Arkeologi bekerja mencari benda-benda peninggalan manusia dari masa lampau. Mereka akhirnya banyak melakukan penggalian untuk menemukan sisa-sisa peralatan hidup atau senjata. Benda –benda ini adalah barang tambang mereka. Tujuannya adalah menggunakan bukti-bukti yang mereka dapatkan untuk merekonstruksi atau membentuk kembali model-model kehidupan pada masa lampau. Dengan melihat pada bentuk kehidupan yang direnkonstruksi tersebut dapat dibuat dugaan-dugaan bagaimana masyarakat yang sisa-sisanya diteliti itu hidup atau bagaimana mereka datang ketempat itu atau bahkan dengan siapa saja mereka itu dulu berinteraksi.

3. Antropologi Sosial-Budaya

Antropologi Sosial-Budaya atau lebih sering disebut Antropologi Budaya berhubungan dengan apa yang sering disebut dengan Etnologi. Ilmu ini mempelajari tingkah-laku manusia, baik itu tingkah-laku individu atau tingkah laku kelompok. Tingkah-laku yang dipelajari disini bukan hanya kegiatan yang bisa diamati dengan mata saja, tetapi juga apa yang ada dalam pikiran mereka. Pada manusia, tingkah-laku ini tergantung pada proses pembelajaran. Apa yang mereka lakukan adalah hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya disadari atau tidak. Mereka mempelajari bagaimana bertingkah-laku ini dengan cara mencontoh atau belajar dari generasi diatasnya dan juga dari lingkungan alam dan sosial yang ada disekelilingnya. Inilah yang oleh para ahli Antropologi disebut dengan kebudayaan.

Kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia, baik itu kelompok kecil maupun kelompok yang sangat besar inilah yang menjadi objek spesial dari penelitian-penelitian Antropologi Sosial Budaya. Dalam perkembangannya Antropologi Sosial-Budaya ini memecah lagi kedalam bentuk-bentuk spesialisasi atau pengkhususan disesuaikan dengan bidang kajian yang dipelajari atau diteliti. Antroplogi Hukum yang mempelajari bentuk-bentuk hukum pada kelompok-kelompok masyarakat atau Antropologi Ekonomi yang mempelajari gejala-gejala serta bentuk-bentuk perekonomian pada kelompok-kelompok masyarakat adalah dua contoh dari sekian banyak bentuk spesialasi dalam Antropologi Sosial-Budaya.

Perkembangan antropologi dan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, sebagian tergantung pada data yang diperoleh dari dan mengenai informan atau responden, dan sebagian lainnya dari metode ilmiah dan imajinasi ilmiah yang telah dikembangkannya. Data yang diperoleh digunakan untuk pengembangan teori-teori dan pendekatan-pendekatan serta metodologi; dan juga untuk dapat digunakan untuk kepentingan-kepentingan praktis bagi kebijaksanaan untuk merubah cara-cara hidup tertentu dari para informan atau responden agar sesuai dengan dan mendukung program-program pembangunan yang telah digariskan oleh pemerintah atau untuk kepentingan praktis lainnya yang dikelola oleh badan-badan atau yayasan-yayasan swasta domestik maupun luar negeri.

B. Hubungan Antropologi dan Sosiologi

Seorang manusia akan memiliki perilaku yang berbeda dengan manusia lainnya walaupun orang tersebut kembar siam. Ada yang baik hati suka menolong serta rajin menabung dan ada pula yang prilakunya jahat yang suka berbuat kriminal menyakitkan hati. Manusia juga saling berhubungan satu sama lainnya dengan melakukan interaksi dan membuat kelompok dalam masyarakat. Hal-hal tersebut dapat dikaji dengan pendekatan antropologi dan sosiologi.

Sosiologi berasal dari bahasa yunani yaitu kata socius dan logos, di mana socius memiliki arti kawan / teman dan logos berarti kata atau berbicara. Menurut Bapak Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Menurut ahli sosiologi lain yakni Emile Durkheim, sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.

Objek dari sosiologi adalah masyarakat dalam berhubungan dan juga proses yang dihasilkan dari hubungan tersebut. Tujuan dari ilmu sosiologi adalah untuk meningkatkan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Pokok bahasan dari ilmu sosiologi adalah seperti kenyataan atau fakta sosial, tindakan sosial, khayalan sosiologis serta pengungkapan realitas sosial.

Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/ perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitan pada pendudukyang merupakan masyarakat tunggal.


BAB III

KESIMPULAN

Sosiologi dan antropologi adalah objek ilmu manusia. Antropologi mempelajari budaya pada suatu kelompok masyarakat tertentu; ciri fisiknya, adat istiadat dan kebudayaannya sedangkan sosiologi lebih menitik beratkan pada manusia dan hubungan sosialnya. Antropologi lebih cenderung ideografik, srtinya cenderung deskriptif, grounded, induktif. Teori dalam antropologi lebih cenderung tebatas pada satu komunitas. Fokus studi antropologi lebih banyak pada nilai-nilai dan perilaku khas sebuah komunitas.

Oleh karenanya, banyak yang mengkritik antropologi bukan kategori sains. Para founding father ilmu sosial semisal Comte, Durkheim, terobsesi agar ilmu sosial bisa diakui sebagai sains. Karenanya mereka menyusun semacam "general principles" di mana pada dasarnya ada teori universal tentang gejala sosial sebagaimana ada teori unversal tentang alam. Muncullah istilah sosiologi untuk menunjukkan bahwa ilmu sosial adalah sebagai sebuah sains.


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas hubungan antropologi dan sosiologi.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Kendari, Januari 2009

i

Penulis



i


DAFTAR ISI


Halaman

KAKAT PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... .... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................. 2

C. Tujuan ............................................................................................... 2

BAB II KERANGKA TEORI

A. Definisi Antropologi ........................................................................ 3

B. Definisi Sosiologi ............................................................................. 5

BAB III PEMBAHASAN

A. Hubungan Antropologi Dengan Ilmu Lain ...................................... 7

B. Hubungan Antropologi dan Sosiologi .............................................. 10

BAB III KESIMPULAN ............................................................................... .... 11

DAFTAR PUSTAKA



ii


DAFTAR PUSTAKA


Koentjaraningrat. (1993). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Lauer, Robert H. (1993). Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Ritzer, George, dan Douglas J. Goodman. (2003). Teori-teori Sosiologi Modern. Jakarta: Predana Media.

Soekanto, Soerjono. (1994). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Soemardjan, Selo, dan Soelaiman Soemardi. (1974). Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Soetomo. (1987). Ilmu Sosiatri: Lahir dan berkembang dalam Keluarga Besar Ilmu Sosial. Dalam Sosiatri, Ilmu, dan Metode. Ed. Agnes Sunartiningsih. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Sosiatri Fisipol UGM.

Sugiyanto. (2002). Lembaga Sosial. Yogyakarta: Global Pustaka Utama. Wirjosumarto. Sartono. (1978). Pengantar Ilmu Sosiatri. Yogyakarta: Fisipol UGM.