Rabu, 01 Februari 2012

Media Pembelajaran

A. Media Pembelajaran ImagePengertian media mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi (AECT Task Force,1977:162) ( dalam Latuheru,1988:11). Robert Heinich dkk (1985:6) mengemukakan definisi medium sebagai sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dari sudut pandang yang sama, Kemp dan Dayton (1985:3), mengemukakan bahwa peran media dalam proses komunikasi adalah sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sander) kepada penerima pesan atau informasi (receiver). Jerold Kemp (1986) dalam Pribadi (2004:1.4) mengemukakan beberapa faktor yang merupakan karakteristik dari media, antara lain : a. kemampuan dalam menyajikan gambar (presentation) b. faktor ukuran (size); besar atau kecil c. faktor warna (color): hitam putih atau berwarna d. faktor gerak: diam atau bergerak e. faktor bahasa: tertulis atau lisan f. faktor keterkaitan antara gambar dan suara: gambar saja, suara saja, atau gabungan antara gambar dan suara. Selain itu, Jerold Kemp dan Diane K. Dayton (dalam Pribadi,2004:1.5) mengemukakan klasifikasi jenis media sebagai berikut : a. media cetak b. media yang dipamerkan (displayed media) c. overhead transparancy d. rekaman suara e. slide suara dan film strip f. presentasi multi gambar g. video dan film h. pembelajaran berbasis komputer (computer based learning) Istilah media disini dilihat dari segi penggunaan, serta faedah dan fungsi khusus dalam kegiatan/proses belajar mengajar, maka yang digunakan adalah media pembelajaran. Media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik ataupun warga belajar). Pesan (informasi) yang disampaikan melalui media, dalam bentuk isi atau materi pengajaran itu harus dapat diterima oleh penerima pesan (anak didik), dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberapa alat indera mereka. Bahkan lebih baik lagi bila seluruh alat indera yang dimiliki mampu dapat menerima isi pesan yang disampaikan (Latuheru,1988:13). Pada umumnya keberadaan media muncul karena keterbatasan kata-kata, waktu, ruang, dan ukuran. Ditambahkan juga bahwa media pembelajaran berfungsi sebagai sarana yang mampu menyampaikan pesan sekaligus mempermudah penerima pesan dalam memahami isi pesan. Dari beberapa penjelasan media pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat, bahan ataupun berbagai macam komponen yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk menyampaikan pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan untuk memudahkan penerima pesan menerima suatu konsep. B. Fungsi dan Peranan Media Pembelajaran Kehadiran media pembelajaran sebagai media antara guru sebagai pengirim informasi dan penerima informasi harus komunikatif, khususnya untuk obyek secara visualisasi. Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam, khusunya konsep yang berkaitan dengan alam semesta lebih banyak menonjol visualnya, sehingga apabila seseorang hanya mengetahui kata yang mewakili suatu obyek, tetapi tidak mengetahui obyeknya disebut verbalisme. Masing-masing media mempunyai keistimewaan menurut karakteristik siswa. Pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik siswa akan lebih membantu keberhasilan pengajar dalam pembelajaran. Secara rinci fungsi media memungkinkan siswa menyaksikan obyek yang ada tetapi sulit untuk dilihat dengan kasat mata melalui perantaraan gambar, potret, slide, dan sejenisnya mengakibatkan siswa memperoleh gambaran yang nyata (Degeng,1999:19). Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad,2002:11) ciri media pendidikan yang layak digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut : 1. Fiksatif (fixative property) Media pembelajaran mempunyai kemampuan untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa/objek. 2. Manipulatif (manipulatif property) Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. 3. Distributif (distributive property) Memungkinkan berbagai objek ditransportasikan melalui suatu tampilan yang terintegrasi dan secara bersamaan objek dapat menggambarkan kondisi yang sama pada siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama tentang kejadian itu. Dari penjelasan diatas, disimpulkan bahwa fungsi dari media pembelajaran yaitu media yang mampu menampilkan serangkaian peristiwa secara nyata terjadi dalam waktu lama dan dapat disajikan dalam waktu singkat dan suatu peristiwa yang digambarkan harus mampu mentransfer keadaan sebenarnya, sehingga tidak menimbulkan adanya verbalisme. Proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik jika siswa berinteraksi dengan semua alat inderanya. Guru berupaya menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi, semakin besar pula kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan siswa. Siswa diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan. Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena seperti yang dikemukakan oleh Edgar Dale (dalam Sadiman, dkk,2003:7-8) dalam klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkrit ke yang paling abstrak, dimana partisipasi, observasi, dan pengalaman langsung memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pengalaman belajar yang diterima siswa. Penyampaian suatu konsep pada siswa akan tersampaikan dengan baik jika konsep tersebut mengharuskan siswa terlibat langsung didalamnya bila dibandingkan dengan konsep yang hanya melibatkan siswa untuk mengamati saja. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dengan penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret kepada siswa, dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagai contoh yaitu media pembelajaran komputer interaktif. C. Teori Pengembangan Media Berkembangnya komunikasi elektronik, membawa perubahan-perubahan besar dalam dunia pendidikan. Satu hal yang harus dihindari yaitu anggapan bahwa kedudukan guru akan digantikan oleh alat elektronik. Dengan keberadaan komunikasi elektronik, menambah pentingnya kehadiran guru. Berubahnya fungsi guru dan peranan guru dikaitkan dengan upaya untuk memecahkan salah satu masalah pendidikan yaitu, (1) dengan membebaskan guru kelas dari kegiatan rutin yang banyak, (2) melengkapi guru dengan teknik-teknik keterampilan kualitas yang paling tinggi, (3) pengembangan penyajian kelas dengan tekanan pada pelayanan perorangan semaksimal mungkin dalam setiap mata pelajaran, (4) mengembangkan pengajaran yang terpilih didasarkan pada kemampuan individual siswa. Dari penjelasan diatas tentang peran baru guru dalam dunia pendidikan diharapkan dapat memperbaiki kualitas pendidikan, sehingga penggunaan berbagai macam media pembelajaran akan menggantikan berberapa fungsi instruksional dari guru (Sulaeman, 1988:24-25). Pengembangan media pembelajaran didasarkan pada 3 model pengembangan yaitu model prosedural, model konseptual, dan model teoritik. Model prosedural merupakan model yang bersifat deskriptif, yaitu menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Model konseptual yaitu model yang bersifat analitis yang memerikan komponen-komponen produk yang akan dikembangkan serta keterkaitan antarkomponen. Sedangkan model teoritik adalah model yang menunjukkan hubungan perubahan antar peristiwa. Berdasarkan hal yang dikemukan diatas, pengembangan media berbantuan komputer interaktif yang dikembangkan mengikuti model prosedural dari The ASSURE, dimana langkah yang harus diikuti bersifat deskriptif yang terdiri dari 6 langkah yaitu analisis karakteristik siswa, penetapan tujuan, pemilihan media dan materi, pemanfaatan materi, pengikutsertaan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, evaluasi/revisi. Sedangkan model konseptual dari pengembangan media berbantuan komputer ini mengikuti teori belajar behavior yang dikemukakan oleh Gagne yaitu belajar yang dilakukan manusia dapat diatur dan diubah untuk mengembangkan bentuk kelakuan tertentu pada seseorang, atau mempertinggi kemampuan, atau mengubah kelakuannya (Nasution, 1988: 131), sehingga media pembelajaran yang dikembangkan berdasar pada “Programmed Instruction”. Sehubungan dengan penggunaan “Programmed Instruction”sebagai konsep media yang dikembangkan, maka teori belajar yang sesuai dengan karakter dari “Programmed Instruction” adalah teori belajar asosiasi, menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respon. Hubungan tersebut akan semakin kuat apabila sering diulangi dan respon yang benar diberi pujian atau cara lain yang memberikan rasa puas dan senang (Nasution, 1988: 132).

Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak Presentasi

Sampai saat ini media pembelajaran interaktif BIPA belum berkembang dengan optimal di Indonesia. Salah satu kendala pengembangan media pembelajaran interaktif adalah kurang dikuasainya teknologi pengembangan media interaktif oleh para pengajar dan pengelola BIPA di Indonesia. Piranti lunak pengembangan materi pembelajaran yang ada saat ini seperti Course Builder, Visual Basic, atau Dream weaver cukup rumit sehingga hanya dikuasai oleh para pemrogram komputer sedangkan pengelola BIPA pada umumnya hanya menguasai pembelajaran bahasa. Jadi pengembangan materi pembelajaran interaktif dengan komputer kurang optimal. Pengembangan media pembelajaran BIPA interaktif bisa optimal dengan kerjasama antara programer komputer dengan pengelola program BIPA. Yang lebih ideal adalah seorang pengelaloa BIPA menguasai program komputer. Tujuan dari lokakarya ini adalah membuat media pembelajaran BIPA secara mudah, bahkan untuk orang yang buta program komputer sekalipun. Pembuatan media pembelajaran BIPA interaktif ini akan menggunakan piranti lunak presentasi Microsoft Powerpoint 2000, sebuah piranti lunak yang memberikan banyak sekali manfaat bagi pembelajaran bahasa. Dua keuntungan pokok dari piranti lunak ini adalah: (a) tersedia di semua komputer berprogram Microsoft Office; (b) dapat dikembangkan oleh orang yang buta program komputer. Meskipun piranti lunak ini mudah dan sederhana namun dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembelajaran bahasa. Piranti lunak ini dapat menampilkan teks, gambar, suara, dan video. Dengan demikian, piranti lunak ini bisa mengakomodasi semua kegiatan pembelajaran bahasa interaktif seperti mendengarkan, membaca, menulis dan juga bermain language games. Tampilan yang dihasilkan dari piranti lunak ini bisa semenarik program yang dibangun dengan piranti lunak yang canggih. A. Pembelajaran Bahasa Pembelajaran bahasa asing adalah sebuah proses yang kompleks dengan berbagai fenomena yang pelik sehingga tidak mengherankan kalau hal ini bisa mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang (Ellis, 1994). Pembelajaran ini dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor utama yang berkaitan erat dengan pemerolehan bahasa asing adalah bahasa pembelajar, faktor eksternal pembelajar, faktor internal pembelajar, dan pembelajar sebagai individu. Bahasa pembelajar adalah salah satu gejala yang banyak diamati para peneliti untuk melihat pemerolehan bahasa asing. Salah satu gejala dari bahasa pembelajar ini misalnya adalah kesalahan. Dengan mengamati kesalahan yang ada dapat dilihat proses pemerolehan bahasa seseorang yang pada gilirannya pendekatan pembelajaran atau pengajaran tertentu dapat diterapkan. Faktor di luar ataupun di dalam pembelajr sendiri adalah aspek yang tidak kalah pentingnya untuk dapat memahami pemerolehan bahasa. Faktor di luar pembelajar misalnya adalah lingkungan dan interaksi. Dua faktor ini sangat mempengaruhi perkembangan pemerolehan bahasa asing. Sedangkan faktor internal dari pembelajar diantaranya adalah pengaruh dari bahasa pertama atau bahasa lain. Faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah pembelajar sendiri sebagai seorang individu. Setiap pembelajar tentu mempunyai perbedaan dengan pembelajar lain. Mereka mempunyai strategi pembelajaran yang berbeda. Media pembelajaran interaktif adalah sebuah media yang dibuat guna memenuhi berbagai kebutuhan pembelajar bahasa asing pada waktu salah satu atau semua faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa kedua ini sulit didapatkan. B. Media Pembelajaran Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Bentuk-bentuk stimulus bisa dipergunakan sebagai media diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia; realia; gambar bergerak atau tidak; tulisan dan suara yang direkam. Kelima bentuk stimulus ini akan membantu pembelajar mempelajari bahasa asing. Namun demikian tidaklah mudah mendapatkan kelima bentuk itu dalam satu waktu atau tempat. Tehnologi komputer adalah sebuah penemuan yang memungkinkan menghadirkan beberapa atau semua bentuk stimulus di atas sehingga pembelajaran bahasa asing akan lebih optimal. Namun demikian masalah yang timbul tidak semudah yang dibayangkan. Pengajar adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk merealisasikan kelima bentuk stimulus tersebut dalam bentuk pembelajaran. Namun kebanyakan pengajar tidak mempunyai kemampuan untuk menghadirkan kelima stimulus itu dengan program komputer sedangkan pemrogram komputer tidak menguasai pembelajaran bahasa. Jalan keluarnya adalah merealisasikan stimulus-stimulus itu dalam program komputer dengan menggunakan piranti lunak yang mudah dipelajari sehingga dengan demikian para pengajar akan dengan mudah merealisasikan ide-ide pengajarannya. Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi pembelajar. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada pembelajar. Selain itu media juga harus merangsang pembelajar mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong mahasiswa untuk melakukan praktek-praktek dengan benar. Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Hubbard mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya (Hubbard, 1983). Kreteria pertamanya adalah biaya. Biaya memang harus dinilai dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media itu. Kriteria lainnya adalah ketersedian fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak tujuan pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin baiklah media itu. Kriteria di atas lebih diperuntukkan bagi media konvensional. Thorn mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif (Thorn, 1995). Kriteria penilaian yang pertama adalah kemudahan navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin sehingga pembelajar bahasa tidak perlu belajar komputer lebih dahulu. Kriteria yang kedua adalah kandungan kognisi, kriteria yang lainnya adalah pengetahuan dan presentasi informasi. Kedua kriteria ini adalah untuk menilai isi dari program itu sendiri, apakah program telah memenuhi kebutuhan pembelajaran si pembelajar atau belum. Kriteria keempat adalah integrasi media di mana media harus mengintegrasikan aspek dan ketrampilan bahasa yang harus dipelajari. Untuk menarik minat pembelajar program harus mempunyai tampilan yang artistik maka estetika juga merupakan sebuah kriteria. Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar. Sehingga pada waktu seorang selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah belajar sesuatu. C. Pembelajaran Bahasa dengan Komputer Komputer telah mulai diterapkan dalam pembelajaran bahasa mulai 1960 (Lee, 1996). Dalam 40 tahun pemakaian komputer ini ada berbagai periode kecenderungan yang didasarkan pada teori pembelajaran yang ada. Periode yang pertama adalah pembelajaran dengan komputer dengan pendekatan behaviorist. Periode ini ditandai dengan pembelajaran yang menekankan pengulangan dengan metode drill dan praktek. Periode yang berikutnya adalah periode pembelajaran komukatif sebagai reaksi terhadap behaviorist. Penekanan pembelajaran adalah lebih pada pemakaian bentuk-bentuk tidak pada bentuk itu sendiri seperti pada pendekatan behaviorist. Periode atau kecenderungan yang terakhir adalah pembelajaran dengan komputer yang integratif. Pembelajaran integratif memberi penekan pada pengintegrasian berbagai ketrampilan berbahasa, mendengarkan, berbicara, menulis dan membaca dan mengintegrasikan tehnologi secara lebih penuh pada pembelajaran. Lee merumuskan paling sedikit ada delapan alasan pemakaian komputer sebagai media pembelajaran (Lee, 1996) Alasan-alasan itu adalah: pengalaman, motivasi, meningkatkan pembelajaran, materi yang otentik, interaksi yang lebih luas, lebih pribadi, tidak terpaku pada sumber tunggal, dan pemahaman global. Dengan tersambungnya komputer pada jaringan internet maka pembelajar akan mendapat pengalaman yang lebih luas. Pembelajar tidak hanya menjadi penerima yang pasif melainkan juga menjadi penentu pembelajaran bagi dirinya sendiri. Pembelajaran dengan komputer akan memberikan motivasi yang lebih tinggi karena komputer selalu dikaitkan dengan kesenangan, permainan dan kreativitas. Dengan demikian pembelajaran itu sendiri akan meningkat. Pembelajaran dengan komputer akan memberi kesempatan pada pembelajar untuk mendapat materi pembelajaran yang otentik dan dapat berinteraksi secara lebih luas. Pembelajaran pun menjadi lebih bersifat pribadi yang akan memenuhi kebutuhan strategi pembelajaran yang berbeda-beda. Di samping kelebihan dan keuntungan dari pembelajaran dengan komputer tentu saja ada kekurangan dan kelemahannaya. Hambatan pemakaian komputer sebagai media pembelajaran antara lain adalah: hambatan dana, ketersediaan piranti lunak dan keras komputer, keterbatasan pengetahuan tehnis dan teoris dan penerimaan terhadap tehnologi. Dana bagi penyediaan komputer dengan jaringannya cukup mahal demikian untuk piranti lunak dan kerasnya. Media pembelajaranpun kurang berkembang karena keterbatasan pengetahuan tehnis dari pengajar atau ahli pengajaran dan keterbatasan pengetahuan teoritis pembelajaran bahasa dari para pemrogram. D. Microsoft Powerpoint 2000 Microsoft Powerpoint 2000 adalah program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di bawah Microsoft Office. Keuntungan terbesar dari program ini adalah tidak perlunya pembelian piranti lunak karena sudah berada di dalam Microsoft Office. Jadi pada waktu penginstalan program Microsoft Office dengan sendirinya program ini akan terinstal. Hal ini akan mengurangi beban hambatan pengembangan pembelajaran dengan komputer seperti dikemukakan oleh Lee. Keuntungan lain dari program ini adalah sederhananya tampilan ikon-ikon. Ikon-ikon pembuatan presentasi kurang lebih sama dengan ikon-ikon Microsoft Word yang sudah dikenal oleh kebanyakan pemakai komputer. Pemakai tidak harus mempelajari bahasa pemrograman. Dengan ikon yang dikenal dan pengoprasian tanpa bahasa program maka hambatan lain dari pembelajaran dengan komputer dapat dikurangi yaitu hanbatan pengetahuan tehnis dan teori. Pengajar atau ahli bahasa dapat membuat sebuah program pembelajaran bahasa tanpa harus belajar bahasa komputer terlebih dahulu. Meskipun program aplikasi ini sebenarnya merupakan program untuk membuat presentasi namun fasilitas yang ada dapat dipergunakan untuk membuat program pembelajaran bahasa. Program yang dihasilkanpun akan cukup menarik. Keuntungan lainnya adalah bahwa program ini bisa disambungkan ke jaringan internet. 1. Memasukkan Teks, Gambar, Suara dan Video Fasilitas yang penting dari program apliokasi ini adalah fasilitas untuk menampilkan teks. Dengan fasilitas ini pembuat program bisa menampilkan berbagai teks untuk berbagai keperluan misalnya untuk pembelajaran menulis, membaca atau pembelajaran yang lain. Cara memasukan teks ke dalam program aplikasi ini cukuip sederhana. Sesudah pemakai menghidupkan komputer dan masuk program Power point 2000 dan sesudah memilih jenis tampilan layar maka pemakai dapat menekan menu insert sesudah itu akan muncul berbagai pilihan. Salah satu pilihan itu adalah insert textbox. Tekan menu ini dan akan muncul kotak teks di dalam tampilan presentasi. Langkah berikutnya adalah mengkopi teks yang ingin dimasukkan dan kemudian menempelkannya (paste) pada kotak yang tersedia. Apabila tidak ingin mengkopi bisa juga menulis langsung dalan kotak teks yang sudah tersedia. Untuk memasukan gambar langkahnyapun sama dengan cara memasukkan teks. Pertama tekan menu insert sesudah itu pilih menu insert picture. Sesudah menu ini dipilih akan muncul dua pilihan from file ... dan from clip art... Apabila pemrogram ingin memasukkan gambar dari file maka tekan pilihan pertama dan apabila ingin memakai gambar dari clip art yang sudah ada di komputer maka tekan pilihan yang kedua. Suara dan video merupakan dua fasilitas yang disediakan oleh Microsoft Powerpoint 2000 yang sangat mendukung pemrograman pembelajaran bahasa. Untuk memasukkan video tekan menu insert dan selanjutnya tekan menu movies and sounds. Maka akan muncul dua pilihan untuk masing-masing. Untuk suara (sounds) akan muncul sounds from file dan sounds from Gallery demikian pula untuk movies akan muncul pilihan Movies from file atau Movies from Gallery. Pemrogram tinggal memilih jenis file yang akan dimasukkan. 2. Membuat tampilan menarik Tampilan yang manarik akan meningkatkan minat dan motivasi pembelajar untuk menjalankan program. Ada beberapa fasilitas yang disediakan untuk membuat tampilan menarik. Fasilitas yang pertama adalah background. Background akan memperindah tampilan program. Ada beberapa jenis background yang ditawarkan, yang pertama adalah dengan memberi warna, yang kedua dengan memberi tekstur dan yang ketiga adalah memasang gambar dari file sendiri. Langkah pemasangan background adalah dengan menekan menu format dan kemudian menekan menu background. Sesudah itu akan muncul pilihan background fill, more color dan fill effects. Apabila pemrogram ingin memilih warna yang sudah ada maka tekan apply, apabila ingin memilih warna sendiri tekan more color, pilih warna dan tekan apply, dan apabila ingin memberi tekstur atau gambar sendiri maka tekan fill effects, pilih tekstur atau gambar dan tekan apply. Fasilitas lain yang akan membuat tampilan lebih menarik adalah fasilitas animasi. Dengan fasilitas ini gambar-gambar dan teks akan muncul ke layar dengan cara tampil yang bervariasi. Fasilitas animasi ini memungkinkan gambar atau objek lain tampil dari arah yang berbeda atau dengan cara yang berbeda. Objek bisa melayang dari atas, bawah, kanan, kiri, atau dari sudut. Objek juga bisa muncul dari tengah atau dari pinggir. Dengan sedikit kreatifitas fasilitas ini bisa menghasilkan language games yang menarik. Pembuatan animasi dimulai dengan memilih objek yang akan dibuat animasi dengan cara mengklik objek itu. Sesudah itu pilih menu Slide Show dan kemudian memilih menu Custom Animation. Sesudah menekan menu itu akan muncul berbagai pilihan diantaranya order and timing untuk mengatur urutan dan waktu tampil ke layar dan juga pilihan effects untuk mengatur efek yang diinginkan. 3. Membuat Hyperlink Fasilitas ini sangat penting dan sangat mendukung pembelajaran bahasa karena dengan hyperlink program bisa terhubung ke program lain atau ke jaringan internet. Hyperlink atau hubungan dalam satu program akan memungkinkan programer memberikan umpan balik secara langsung terhadap proses pembelajaran. Hubungan dengan program lain akan memperkaya fasilitas yang mendukung pembelajaran dan hubungan dengan internet akan membuka berbagai kemungkinan pembelajaran yang lebih luas, pribadi dan otentik. Langkah pembuatan hyuperlink adalah dengan memilih objek yang akan kita link ke program lain atau internet. Sesudah kita memilih objek kita mengklik menu insert dan kemudian mengklik menu hyperlink maka akan muncul dialog box dan kemudian kita menuliskan alamat yang dituju misalnya sebuah file atau sebuah situs web dan kemudian mengklik OK maka objek itu akan tersambung ke alamat yang ditulis. Cara yang kedua adalah melalui menu slide show dan kemudian menekan action settings, sesudah itu akan muncul dialog box. Dengan mengisikan alamat dan mengklik OK maka objek akan tersambung ke alamat yang diinginkan. Fasilitas-fasilitas diatas adalah fasilitas utama dalam pengembangan materi pembelajaran bahasa dengan Microsoft Powerpoint 2000. Fasilitas yang lain adalah fasilitas tambahan untuk membuat tampilan program lebih menarik dan mudah digunakan. E. Mengembangkan Pembelajaran Ketrampilan Berbahasa dengan Microsoft Powerpoint 2000 Pengembangan materi pembelajaran khususnya mendengarkan dan membaca dapat dikembangkan secara mudah dengan program ini. Materi pembelajaran bahasa yang dihasilkan oleh program aplikasi inipun cukup menarik, khususnya materi pembelajaran yang berupa permainan. 1. Membaca Fasilitas menampilkan teks dalam program aplikasi ini memungkinkan pembuatan materi pembelajaran ketrampilan membaca dengan mudah. Pembuat program bisa memasukan teks dalam slide pertama, kemudian memasukan latihan dlam slide kedua dan umpan balik latihan dalam slide berikutnya. Untuk memperindah tampilan teks-teks bacaan juga bisa dilengkapi dengan berbagai gambar. Apabila pembuat ingin memberikan materi pembelajaran yang lebih otentik maka bisa diberikan satu alamat situs web. Pembelajar akan membaca teks di situs itu kemudian kembali ke program dan mengerjakan latihan yang ada dan kemudian melihat slide umpan balik. 2. Mendengarkan Dengan adanya fasilitas memasukkan suara dan video maka pembelajaran ketrampilan mendengarkan mempunyai lebih banyak pilihan variasi. Pemrogram bisa membuat bahan pembelajaran dengan video ataupun audio. Seperti halnya pada membaca materi pembelajaran, latihan-latihan dan umpan balik dapat diberikan di slide-slide yang berbeda. Fasilitas hyperlink yang memungkinkan program dihubungkan dengan jaringan internet akan memperkaya penyediaan bahan pembelajaran. 3. Menulis dan Berbicara Keterbatasan program aplikasi ini adalah pada umpan balik yang berupa tulisan. Program ini tidak mempunyai fasilitas yang memungkinkan pembelajar memberikan umpan balik dalam bentuk tulisan atau suara. Namun demikian keterbatasan program dalam menyediakan fasilitas untuk umpan balik suara ini bisa diatasi dengan strategi pembelajaran gabungan, yaitu menggabungkan pembelajaran mandiri dan berpasangan. Sesudah menjalankan program komputer pembelajar diberi tugas untuk berinteraksi dengan pembelajar yang lain. Sedangkan untuk mengatasi keterbatasan dalam memberika umpan balik berupa tulisan dapat diatasi dengan mempergunakan fasilitas hyperlink. Pada waktu ada tugas menulis pembelajar dihubungan dengan program yang mempunyai fasilitas menulis seperti Microsoft Word misalnya. F. Membuat Permainan Fasilitas-fasilitas yang ada diatas juga sangat mendukung pengembangan bahan pembelajaran yang berupa permainan. Permainan yang ketrampilan yang menyerupai hangman atau mine sweep dapat dikembangkan dengan program aplikasi ini demikian pula permainan yang mengandalkan kecepatan. Tiap-tiap permainan yang dibuat tentu saja harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Permainan penyapu ranjau (mine sweep) misalnya dapat dipakai untuk memfasilitasi pembelajaran kosa kata, sistem verba bahasa Indonesia atau pembelajaran kata depan. G. Keterbatasan Program Selain keunggulan yang telah dikemukakan program aplikasi ini mempunyai beberapa keterbatasan. Keterbatasan utamanya ialah pembelajar tidak bisa berinteraksi langsung untuk menuliskan komentar ataupun menjawab pertanyaan yang ada. Fasilitas yang ada hanya memfasilitasi tanggapan dalam bentuk pilihan. Namun dengan keterbatasan ini program ini tetap menawarkan fasilitas yang cukup untuk membuat sebuah program pembelajaran bahasa dengan mudah dengan hasil yang menarik. Selamat mencoba. References Bovee, Courland. 1997. Business Communication Today, Prentice Hall: New York. Brown, H. Douglas. 1994. Principles of Language Learning and Teaching, Prentice Hall Regents: New Jersey. Davis, Ben. 1991. Teaching with Media, a paper presented at Technology and Education Conference in Athens, Greece. Elliot, Stephen N et al,. 1996. Educational Psychology, Brown and Benchmark: Dubuque, Iowa. Hubbard, Peter et al. 1983. A Training Course for TEFL, Oxford University Press: Oxford. Hunter, Lawrence. 1996. CALL: Its Scope and Limits, The Internet TESL Journal, Vol. II, No.6, June 1996, http:/www.aitech.ac.jp/~iteslj/ Idris, Nuny S. 1999. Ragam Media Dalam Pembelajaran BIPA. A Paper presented at KIPBIPA III, Bandung. Jonassen, David H. 1996. Computer as a Mindtools for Schools. Prentice Hall. New Jersey. Kemp, Ferrod E. 1980. Planning and Producing Audiovisual Materials. Harper and Row: New York. Lee, Kwuang-wu. 2000. English Teachers’ Barriers to the Use of Computer-assisted Language Learning. The Internet TESL Journal, Vol. VI, No. 12, December 2000. http:/www.aitech.ac.jp/~iteslj/ Schocolnik, Miriam. 1999. Using Presentation Software to Enhance Language Learning. The Internet TESL Journal, Vol. V, No.3, March 1999, http:/www.aitech.ac.jp/~iteslj/

Proposal

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat mengembangkan semua kompetensi atau kecerdasan untuk memaknai semua pengalaman hidup secara kreatif (Daniel, 2007) dan Bimbingan dan konseli merupakan bagian integral dari sistim pendidikan solah dalam upaya membantiu siswa agar mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensinya. Secara khusus, layanan bimbingan dan konseling diadakan untuk membantu siswa agar dapat berkembang menjadi pribadi yang mnadiri, bertanggung jawab, kreatif, dan berprilaku jujur. Pada hakikatnya bantuan demikian itu dalam rangka memberikan dukungan terhadap tercapainya tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional yang dimaksud telah dicantum secara resmi di dalam suatu uu yang termasuknya untuk menjadi acuan bersama dalam mengarahkan segala upaya pendidikan. UU RI No 20/2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 menyatakan fungsi serta tujuan Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk kemampuan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupannya bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri san menjai warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003). Dan tujuan pendidikan nasional sejalan dengan tujuan bimbingan dan konseling, yaitu membnatu siswa mengenal potensi dirinya, mengenal lingkungan dan mampu merencanakan masa depan (Mulyadi, 2003) Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik sebuah makana bahwa konselor sekolah mempunyai peran penting dalam mendukung masa perkembangan anak sekolah SMP, mengingat anak pada masa itu mulai memasuki masa remaja awal. Menurut Andi Mapiare (1988) Pada saat ini anak sudah menuju kematangan fisik dan mental.ia mempunyai perasaan –perasaan dan kegiatan baru sebagai akibat perubahan – perubahan tubunya. Perasaan suka pada lawan jenis sudah lam tumbuh, percantik diri dan mengikuti gaya hidup idolanya. Masalah yang mungkin saja bisa timbul antara lain malas belajar karena berbagai penyebab, rendah diri dan masih banyak lagi permasalah-permasalah yang dialami oleh siswa pada masa kini. Merujuk dari pernyataan tersebut maka kompetensi siswa dapat terwujud dari proses pembelajaran yang baik. Selama ini seringkali sebagian dari masyarakat mengartikan bahwa seolah-olah satu-satunya tempat belajar hanyalah sosok yang disebut sekolah. Sehingga kesan formalitas itu menjadi semakin jelas dan membelenggu pola pikir kita bahwa apabila ingin menggali ilmu atau mengembangkan potensi diri haruslah berada atau melalui sebuah lembaga yang bernama sekolah. Dalam rangka mencapai pendidikan yang bermutu yang dimaksud maka sekolah harus mampu mengembangkan konsep-konsep terpadu dalam rangka membentuk sebuah sekolah dengan suasana dan budaya yang mendukung proses pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menjadikan sekolah sebagai wahana belajar yang efisien, efektif dan membuat seluruh komponen sekolah memberikan dukungan yang kuat. Berdasarkan studi pendahuluan selama masa PPL di SMP Negeri 1 Madapangga, didapati siswa yang mengalami masalah malas belajar. Malas belajar pada anak secara psikologis merupakan wujud dari melemahnya kondisi mental, intelektual, fisik, dan psikis anak. Hal ini akan dapat berdampak pada prestasi belajar. Perilaku belajar siswa akan sangat dipengaruhi ketercapaian prestasi belajar siswa secara optimal. Perilaku belajar yang baik akan membawa pada prestasi belajar yang baik demikian sebaliknya, dan hal ini memungkinkan kehadiran dari seorang konselor sekolah yang mampu memberikan sebuah layanan konseling dengan pendekatan yang bisa menangani masalah siswa, sehingga siswa tersebut tidak lagi malas untuk belajar. Namun demikian, yang jelas bahwa pemberian bantuan tersebut haruslah dilaksanakan orang-orang yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Maka disinilah perlunya bimbingan dan Konseling dengan berbagai pendekatannya yang diharapkan mampu memecahkan masalah siswa yang dimaksud. Bimbingan dan Konseling merupakan suatu wadah yang bisa digunakan dalam rangka memecahkan masalah siswa yang ada di sekolah, melalui proses konseling individual tidak dapat berjalan dengan efektif apabila tidak didukung dengan profesionalismenya guru Bimbingan dan Konseling tersebut dalam melayani siswanya dengan terprogram secara efektif apabila kurang atau tidak didukung faktor lain, misalnya faktor pengalaman bekerja, proses belajar mengajar yang terjadi di SMP Negeri 1 Madapangga tidak selamanya berjalan seperti apa yang diharapkan terjadi. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapi agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self aceptance), kemampuan-kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self understanding), kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat (Djumhur, 1975:28). Menurut Krumboltz dan Thoresen (Shertzer & Stone, 1980, 190) konseling behavior merupakan suatu proses membantu orang untuk memecahkan masalah interpersonal, emosional dan keputusan tertentu. Dengan adanya konseling behavior ini diharpakan masalah yang ada pada diri siswa dapat diselesaikan sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan lancar. Dengan adanya pendekatan behavioral ini, konselor memanfaatkannya dalam rangka memecahkan masalah siswa yang mana masalah pada diri siswa merupakan suatu perilaku hasil belajar sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya. Manusia dalam hal ini siswa bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar (DYP Sugiharto,2008) sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku. Dalam konteks ini pendekatan behavioral memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku klien. Berdasarkan kondisi rill yang diamati peneliti maka peneliti tertarik untuk menganalisa dan menelusuri lebih jauh permasalah di atas melalui sebuah penelitian yang berjudul: Implementasi Pendekatan Behavioral dalam Memecahkan Masalah Malas Belajar Pada siswa SMP Negeri 1 Madapangga. Tahun Pelajaran 2010/2011. B.Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: ingin mengetahui Implementasi Pendekatan Behavioral Dalam Menangani Masalah Malas Belajar di SMP Negeri 1 Madapangga Tahun Pelajaran 2010/ 2011 ? C.Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui Implementasi Pendekatan Behavioral Dalam Menangani Masalah Malas Belajar di SMP Negeri 1 Madapangga Tahun Pelajaran 2010/ 2011. D.Manfaat Penelitian Kegunaan atau manfaat pada penelitian yang dilaksanakan ini adalah dapat berguna secara teoritis maupun secara praktis. Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah : 1.Kegunaan secara teoritis a.Memberikan sumbangan yang berguna dalam memperkaya khasanah ilmu, dalam bidang bimbingan belajar khususnya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah b.Diharapkan juga dalam penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan konsep tentang penggunaan pendekatan Behavioral untuk menangani masalah siswa. 2.Kegunaan secara praktis Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan layanan bimbingan dan konseling serta mengembangkan mutu pendidikan di SMP Negeri 1 Madapangga. E.Metode Penelitian 1.Pengamatan Menurut Moleong (2001) mengemukakan ada beberapaalasan metodologis bagai penggunaan pengamatan, yaitu (1) pengamatan mengoptimlakan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar kebiasaan dan sebagainya;pengamatan memungkinkan pengamatan untuk melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh subyek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subyek, memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek sehingga memungkinkan pula peneliti sebagai sumber data. Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati secara langsung implementasi pendekatan behavioral dalam menangani masalah malas belajar siswa. pengamatan ini akan dilakukan ketika konselor sekolahmelakukan penanganan konseling terhadap siswa dengan setting penelitian di lingkungan sekolah, tempat tinggal siswa, dan lingkungan tempat bermain siswa yang mengalami masalah malas belajar. Data-data yang dikumpulkan bukan saja data yang dilakukan melalui indera penglihatan (hal yang diamati), akan tetapi data-data yang diperoleh melalui apa yang dieasakan dan didengar oleh peneliti melalui alat penginderaan. 2.Wawancara Moleong Lexy J. (2001) mengartikan wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviwee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Teknik ini adalah Kegiatan pengumpulan data untuk mendukung serta melengkapi data yang telah diamati. Dalam melakukan teknik ini peneliti akan menyusun pedoman wawancara, sehingga data yang dikumpulkan dapat digali secara total dan lengkap. 3.Studi Dokumentasi. Teknik ini mempelajaridan memperoleh data tertulis yang akan mendukung data dari kedua teknik dan memperoleh data tertulis yang akan mendukung data dari kedua teknik pengumpulan data di atas. Data-data yang dimaksud adalah tentang gambaran umum sekolah, keadaan siswa, guru mata pelajaran dan pegawai. F.Ruang Lingkup Penelitian Agar penelitian ini terarah dan sesuai dengan tujuan pendidikan, maka dipandang perlu diberikan batasan ataupun ruang lingkup penelitian sebagai berikut: 1.Variabel dalam penelitian ini adalah pengaruh pemberian layanan bimbingan belajar terhadap perilaku belajar siswa. 2.Subyek penelitian adalah siswa kelas SMP Negeri 1 Madapangga tahun pelajaran 2009/2010. 3.Waktu penelitian direncanakan berlangsung selama dua bulan dimulai sejak Mei 2010 sampai Juni 2010. 4.Lokasi penelitian adalah bertempat di SMP Negeri 1 Madapangga. G.Devinisi Operasional Variabel Untuk memperjelas tentang rumusan masalah penelitian tersebut di atas, maka dipandang perlu diberikan definisi operasional variabel penelitian sebagai berikut: 1.Pendekatan Behavioral adalah suatu teknik konseling. konsseling behavior merupakan suatu proses membantu orang untuk memecahkan masalah.interpersonal, emosional dan keputusan tertentu (Krumboltz dan Thoresen dalam shertzer & Stone, 1980, 190). 2.Malas belajar berarti tidak mau, enggan, tak suka, tak bernafsu untuk belajar (Muhammad Ali, Kamus Bahasa Indonesia). Malas belajar pada anak secara psikologis merupakan wujud dari melemahnya kondisi mental, intelektual, fisik, dan psikis anak BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Konseling Behavioral 1.Konsep utama 2.Pandangan tentang manusia 3.Metode yang digunakan 4.Strategi mengubah perilaku 5.Proses konseling B.Malas Belajar 1.Pengertian malas belajar 2.Indikator malas belajar 3.Faktor-faktor yang mempengaruhi malas belajar 4.Solusi mengatasi masalah belajar C.Implementasi Pendekatan Behavioral Dalam Mengatasi Malas Belajar BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Desain Penelitian Berdasarkan uraian fokus dan tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penelitian menggunakan rancangan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaskud menggmbarkan keadaan atau fenomena yang terjadi sebagaimana arah pencapaian fokus penelitian. Pendekatan kualitatif cenderung menggunakan analisis induktif, dimana proses penelitian dan pemberian makna terhadap data dan informasi lebih ditonjolkan dengan ciri utama pendekatan, penelitian ini adalah bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta naturalistik. Menurut Bogdan dan Taylor dalam bukunya “Metodologi penelitian kualitatif mendevisikan sebagai berikut: metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif merupakan kata-kata tertulis dan lisan dari orang –orang yang berprilaku yang diamati. Menurut mereka diarahkan pada individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian suatu keutuhan. Menurut mereka diarahkan pada dari individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan” (Moleong, 1990). Sedangkan menurut Muhammad Ali (1997) “Penelitian kualitatif adalah merupakan salah satu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat alamiah. Karena orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistik dan mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidak dilakukan di laboratorium melainkan di lapangan” Kedua pendapat di atas mengambarkan dengan jelas bahwa pendekatan kualitatif berusaha menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dengan pendekatan kualitatif akan berusaha menggali informasi sebanyak-banyaknya dari subyek penelitian, disini biasa berarti organisasi kelompok atau individu. B.Kehadiran Penelitian Sebagai Penelitian Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti dilapangan merupakan hal yang sangat penting, karna peneliti bertindak sebagai instrumen utama dan sekaligus sebagai pengumpul data penelitian yang diperlukan. Menurut Bokdan dan Biklek (dalam muleong, 2001) menyatakan bahwa sebagai instrumen kunci peneliti, yang harus dapat menangkap makna dan berinteraksi terhadap nilai-nilai lokal, karena tidak dapat dilakukan jika hanya melakukan kuesioner. Dalam pengumpulan data, penulis walaupun bertindak sebagai penentu agar tercapainya kelengkapan data, penulis akan di bantu oleh beberapa instrumen atau alat yang mendukung pengantaran penulis yaitu melalui: (1) pedoman pengamatan, yaitu instrumen yang berisi tentang daftar tempat atau obyek yang akan dipengamatan, (2) pedoman wawancara, yaitu berisi tentang sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang akan menggali data dari seluruh informan bagi kelengkapan data penelitian. Sedangkan data yang berupa dokementasi, didapatkan langsung pada data buku induk siswa, raport, serta data-data kasus siswa yang telah tersedia di SMP Negeri 1 Madapangga. C.Waktu Penelitian Peneliti akan berada di lapangan penelitian selama tiga bulan yaitu dimulai pada tanggal Mei sampai dengan Juli 2011 D.Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Madapangga Jln. Lintas Woro-Campa No 1 Desa Dena Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima. E.Prosedur Pengumpulan Data 1.Jenis Data Data-data tersebut dapat berupa dokumen tentang cacatam kasus siswa, perilaku maupun kalimat (pernyataan) yang menggambarkan tentang pendapat, ide atau pemikiran serta pengalaman yang dialami oleh para informan dalam mengamati upaya konselor dalam menangani masalah siswa tersebut. Data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan yang diterima oleh peneliti, sedagkan data sekunder adalah data yang berupa catatan masalah siswa yang mendukung kelengkapan data primer. 2.Sumber Data Dalam mengumpulkan data sebagaimana yang diharapkan oleh peneliti , maka yang menjadi sumber datanya dapat dikategorikan berupa data dokemen dan sumber data individu yang menjadi subyek penelitian, yaitu konselor sekolah, guru-guru, orangtua siswa, teman siswa, serta siswa yang mengalami masalah malas belajar sebagai obyek penelitian ini. F.Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.Pengamatan Pengamatan adalah pencacatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian (Sutrisno Hadi, 1987). Dalam penelitian ini pengamatan yang digunakan adalah pengamatan partisipan dimana peneliti ikut terlibat dalam hal yang akan diteliti (Andi Praswoto, 2010). Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya, hal ini didasari oleh pendapat yang dikemukakan oleh Moleong (2001) sebagai berikut: (1) teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung, (2) dengan tekik pengamatan memugkinkan mellihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana pada keadaan yang sebenarnya, (3) pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data, (4) menghindari adanya keraguan peneliti tentang adanya data yang bias atau adanya jarak penelitian dan yang akan diwawancarai, dalam hal ini untuk mengecek kepercayaan data tersebut harus melalui pengamatan, (5)teknik ini memungkinkan peneliti mampu memahami stuasi-situasi yang rumit. 2.Wawancara Wawancara atau interview adalah metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek atau responden (Yatim Riyanto, 2001), selanjutnya I Djumhur dan Moh. Surya (1975) mengartikan wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut bisa dilakukan dengan dialog (tanya-jawab) secara lisan,baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat lainnya menyatakan, wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan cara bercakap-cakap secara tatap muka (Prabowo, 1996) 3.Dokumentasi Menurut Moleong (2001) mengemukakan metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Selanjutnya menurut Kartini Kartono, (1980) mendevinisikan metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mendapatkan barang-barang tertulis. Ditambahkan pula oleh Usman dan Akbar (1996) bahwa data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan data sekunder. Pada penggunaan metode ini, peneliti akan mencatat data-data tertulis yang ada pada SMP Negeri 1 Madapangga yang secara langsung mendukung kelengkapan data-data yang dibutuhkan pada penelitian ini. Dalam hal ini berupa data permasalahan siswa dan prestasi belajar siswa. G.Analisa data Adapun rangkaian proses analisis dalam data penelitian ini mengikuti prosedur sebagai berikut: 1.Reduksi data Data yang sudah dikumpulkan kemudian dicermati, diedit, dipilih, anatara data yang diperlukan dengan data yang tidak diperlukan. Data yang berkaitan dengan penelitian, kemudian diklarifikasi dan diberi pengkodean sesuai dengan tujuan penelitian, mengenai data yang tidak berhubungan dengan penelitian untuk semetara diabaikan atau direduksi. 2.Penyajian data Data yang sudah diedit, diklarifikasi, diseri kode, kemudian diorganisir secara keseluruhan., secara rinci reduksi data yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah proses pemilahan, pemusatan perhatian untuk menyederhanakan pengabstrakan dan transformasi data kasar yang diperoleh dilapangan. Kegiatan redukasi data ini dilakukan secara berkesinambungan mulai dari awal Kegiatan hingga akhir pengumpulan data. Data yang direduksi kemudian dilanjutkan dengan pemberian singkatan, pengelompokan, pemusatan tema, penentuan data yang sifatnya kuantitaif disajikan dalam bentuk tabel, sedangkan data yang sifatnya deskriptif seperti seperti perilaku, makna, konsep, alasan dan pernyataan disajikan dalam bentuk naratif deskriptif. 3.Penarikan Kesimpulan Langkah ini adalah langkah terakhir dalam Kegiatan analisa data dalam penelitian ini. Data yang telah direduksi dan diorganisir dalam bentuk sajian data, kemudian disimpulkan sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. H.Teknik Pemeriksaan Keabsahan data Dalam pemeriksaan keabsahan data ini, peneliti menggunkan langkah-langkah pemeriksaansebagaimana yang dikembangkan oleh Moleong (2001) sebagai berikut: 1.Perpanjangan Keikutsertaan Sebagai mana ciri kualitatif adalah peneliti merupakan instrumen dalm penelitian itu sendiri. Keikutsertaan peneliti dalam hal ini sangat menentukan dalam pengumpulan data, hal ini sesuai dengan fokus yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu mengamati atau memotret perlakuan konselor sekolah dalam menangani siswa yang mengalami masalah malas belajar melkalui pendekatan behavioral yang dilakukan dalam berbagai latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan ini peneliti secara jelas akan memungkinkan adanya derajat kepercayaan terhadap data yang dikumpulkan. Hal ini disebabkan: (1) peneliti dapat melihat secara langsung peran konselor sekolah dalam proses konseling, sehingga dapat menguji ketidak benaran setiap informasi dan ketetapan penggunaan teori konseling yang ideal, (2) peneliti seperti terjun ke latar penelitian dalam waktu yang cukup lama sampai proses konseling dilakukan Termination (pengakhiran). Hal ini juga dapat dilakukan secara sistematis setelah tercapainya hasil yang optimal terhadap adanya indikasi perubahan pada kasus yang dialami oleh siswa. 2.Ketekunan Pengamatan Untuk itu dalam melakukan pengamatan, peneliti akan melakukan dengan teliti dan rinci secara berkesinambugan terhadap hal-hal yang dilakukan oleh konselor sekolah. Kemudian menelaah setiap data yang didapat dan dipahami dengan jelas, sehingga pada pemeriksaan tahap awal peneliti mampu menguraikan secara rinci terhadap data yang masih bersifat tentatif dan ketekunan pengamatan dapat diambil sehingga penelahan secara rinci pada pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan. 3.Trianggulasi Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain doiluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Penelitian ini dilakukan pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzim dalam Moleong (2001) membedakan empat macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sebagai berikut: Sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metoide kualitatif. Patton dalam Moleong (2001) menjelaskan hal ini dt tercapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang depan umum dan yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan dengan yang dikatakan orang –orang tentang situasi dan yang dikatakan sepanjang waktu, (4) membandingkan yang dikatakan orang –orang atau rakyat biasa dengan orang yang berpendidikan tinggi, dan (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. 4.Diskusi Teman Sejawat Teknik ini telah dilakukan oleh peneliti dengan cara mengesposkan kembali hasil sementara atau hasil akhir yang dperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu: (1) dalam hal ini peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. 5.Kecukupan Referensial Kecukupan referensial adalah sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi. Teknik ini dapat dipenuhi dengan menggunakan alat bantu format pengamatan, format wawancara yang berisi pertanyaan kunci (key quetion). I.Tahap-Tahap penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahap-tahap yang dikembangkan oleh Moleong (2001) yaitu sanduran dari tahapan penelitian yang dikembangkan oleh baogdan, Kirk dan Miller, adapun tahap-tahap yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1.Tahap Pralapangan 1)Menyusun rancangan penelitian atau yang disebut dengan usulan penelitian yang berisi (1) latar belakang masalah dan alasan pelaksanaan penelitian, (2) kajian kepustakaan, (3) pemilihan lapangan, (4) penentuan jadwal penelitian, (5) rancangan pengumpulan dat, (6) rancangan prosedur pengumpulan data dan, (7) rancangan pengecekan kebenaran data. 2)Memilih lapangan penelitian. Berdasarkan studi pendahuluan maka kasus yang dipilih peneliti dalah hal ini adalah di SMP Negeri 1 Madapangga 3)Mengurus perijinan. Kegiatan ini dilakukan setelah diadakan seminar, perijinan disampaikan kepada sekolah sebagai lokasi penelitian, dengan tembusan bapak Bupati Bima, Kepala Kantor Pendidikan Pemuda dan Olahraga 4)Menjajaki dan menilai keadaan lapangan, yaitu memahami pemahaman dan peraturan di SMP Negeri 1 Madapangga, visi dan misi sekolah dan penyesuaian diri terhadap tempat tinggal konselisituasi serta teman dekat konseli 5)Memilih dan memanfaatkan informan. Dalam mengumpulkan data peneliti melakukan pemanfaatan orangtua, wali kelas, teman dan orang yang dianggap kompeten dalam memahami permasalahan konseli 6)Mempersiapkan perlengkapan penelitian, perlengkapanberupa buku cacatan lapangan, alat tulis menulis, kertsa, map dan persiapan dalam melakukan kunjungan runah dan jalan menuju setiap latar penelitian. 2.Tahap Pekerja lapangan 1)Memahami latar penelitian dan persiapan diri. Untuk memasuki pekerjaan di SMP Negeri 1 Madapangga, penelitian memahami latar penelitian terlebih dahulu , baik yang menyangkut persoalan etika, penampilan ketika penelitian, dan waktu atau kesepakatan kapan dilakukan pengamatan 2)Memasuki lapangan, dalam tahap ini peneliti membia hubungan keakraban dengan seluruh guru disekolah beserta pegawai dan siswa–siswanya, mengenal karakteristik yang dilakukan dan menjelaskan peranan peneliti dan tujuan terhadap orang-orang yang dianggap perlu dan memungkinkan untuk dilakukan semasih tetap menjaga naturalnya data-data penelitian. 3)Berperan serta sambil mengumpulkan data, peneliti terus mengarahkan data penelitian berdasarkan batasan penelitian dengan mencatat data, menganalisis datasambil mengkonsultasikan ke dosen-dosen pembimbing sampai data penelitian dianggap lengkap dan layak dijadikan hasil karya ilmiah yang nanti berupa skripsi. DAFTAR PUSTAKA Agus Haryanto. 2008. Peraan Konselor Sekolah Dalam Menangani Inferiority. Bima: STKIP Bima Akhmad Sudratajat. 2008. Pendekatan Konseling Behavioral. Jakarta:Usaha Nasional Andi Praswoto, 2010. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Diva Press. Andi Mapiare. 1988. Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya: Usaha nasional. Arikunto Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bogdan. 1993. Dasar-Dasar Penelitian kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional. ______dan Taylor. 1993. Metodologi Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional Daniel. 2007. Makalah Pengantar Pendidikan. Depdiknas RI 2002. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Depdiknas RI, Jakarta. Djumhur dan Muh. Surya, 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV. Ilmu Bandung D.Y.P. Sugiharto Dr , M.Pd. 2008 .Makalah Pendekatan-Pendekatan Konseling. Juanda Mansyur. 1999. Konselor sekolah di indonesia. Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. ____________. 2005. Teori Behavioral. Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Gerald Corey. 2009. Teory dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama Hadi, Soetrisno. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi ofset http:// Daniel.wordpress.com.pendekatan-konseling-behavioral/ http://akhmadsudrajat.wordpress.com.pendekatan-konseling-behavioral/ http://www.e-psikologi.com./anak/ I.B. Netra. 1979. Methodologi Research Jilid III. Yogyakarta: Penerbit Fakultas IKIP Malang. Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rodaskarya Muhammad Ali. 1997. Penelitian kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional Nasution. 2002. Makalah Seminar Bimbingan dan Konseling dalam Perpektif Global. Prabowo. 1996. Memahami Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Andi ofset Poerwadarminta. W.S.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka Universitas Negeri Malang. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UNM Usman dan Akbar. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rodaskarya Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir). Yogyakarta: Media Abadi W. S Winkle dan Sri Hastuti. 2001. Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi Yatim Riyanto. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya. Usaha Nasional.