Rabu, 01 Februari 2012

Proposal

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat mengembangkan semua kompetensi atau kecerdasan untuk memaknai semua pengalaman hidup secara kreatif (Daniel, 2007) dan Bimbingan dan konseli merupakan bagian integral dari sistim pendidikan solah dalam upaya membantiu siswa agar mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensinya. Secara khusus, layanan bimbingan dan konseling diadakan untuk membantu siswa agar dapat berkembang menjadi pribadi yang mnadiri, bertanggung jawab, kreatif, dan berprilaku jujur. Pada hakikatnya bantuan demikian itu dalam rangka memberikan dukungan terhadap tercapainya tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional yang dimaksud telah dicantum secara resmi di dalam suatu uu yang termasuknya untuk menjadi acuan bersama dalam mengarahkan segala upaya pendidikan. UU RI No 20/2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 menyatakan fungsi serta tujuan Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk kemampuan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupannya bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri san menjai warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003). Dan tujuan pendidikan nasional sejalan dengan tujuan bimbingan dan konseling, yaitu membnatu siswa mengenal potensi dirinya, mengenal lingkungan dan mampu merencanakan masa depan (Mulyadi, 2003) Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik sebuah makana bahwa konselor sekolah mempunyai peran penting dalam mendukung masa perkembangan anak sekolah SMP, mengingat anak pada masa itu mulai memasuki masa remaja awal. Menurut Andi Mapiare (1988) Pada saat ini anak sudah menuju kematangan fisik dan mental.ia mempunyai perasaan –perasaan dan kegiatan baru sebagai akibat perubahan – perubahan tubunya. Perasaan suka pada lawan jenis sudah lam tumbuh, percantik diri dan mengikuti gaya hidup idolanya. Masalah yang mungkin saja bisa timbul antara lain malas belajar karena berbagai penyebab, rendah diri dan masih banyak lagi permasalah-permasalah yang dialami oleh siswa pada masa kini. Merujuk dari pernyataan tersebut maka kompetensi siswa dapat terwujud dari proses pembelajaran yang baik. Selama ini seringkali sebagian dari masyarakat mengartikan bahwa seolah-olah satu-satunya tempat belajar hanyalah sosok yang disebut sekolah. Sehingga kesan formalitas itu menjadi semakin jelas dan membelenggu pola pikir kita bahwa apabila ingin menggali ilmu atau mengembangkan potensi diri haruslah berada atau melalui sebuah lembaga yang bernama sekolah. Dalam rangka mencapai pendidikan yang bermutu yang dimaksud maka sekolah harus mampu mengembangkan konsep-konsep terpadu dalam rangka membentuk sebuah sekolah dengan suasana dan budaya yang mendukung proses pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menjadikan sekolah sebagai wahana belajar yang efisien, efektif dan membuat seluruh komponen sekolah memberikan dukungan yang kuat. Berdasarkan studi pendahuluan selama masa PPL di SMP Negeri 1 Madapangga, didapati siswa yang mengalami masalah malas belajar. Malas belajar pada anak secara psikologis merupakan wujud dari melemahnya kondisi mental, intelektual, fisik, dan psikis anak. Hal ini akan dapat berdampak pada prestasi belajar. Perilaku belajar siswa akan sangat dipengaruhi ketercapaian prestasi belajar siswa secara optimal. Perilaku belajar yang baik akan membawa pada prestasi belajar yang baik demikian sebaliknya, dan hal ini memungkinkan kehadiran dari seorang konselor sekolah yang mampu memberikan sebuah layanan konseling dengan pendekatan yang bisa menangani masalah siswa, sehingga siswa tersebut tidak lagi malas untuk belajar. Namun demikian, yang jelas bahwa pemberian bantuan tersebut haruslah dilaksanakan orang-orang yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Maka disinilah perlunya bimbingan dan Konseling dengan berbagai pendekatannya yang diharapkan mampu memecahkan masalah siswa yang dimaksud. Bimbingan dan Konseling merupakan suatu wadah yang bisa digunakan dalam rangka memecahkan masalah siswa yang ada di sekolah, melalui proses konseling individual tidak dapat berjalan dengan efektif apabila tidak didukung dengan profesionalismenya guru Bimbingan dan Konseling tersebut dalam melayani siswanya dengan terprogram secara efektif apabila kurang atau tidak didukung faktor lain, misalnya faktor pengalaman bekerja, proses belajar mengajar yang terjadi di SMP Negeri 1 Madapangga tidak selamanya berjalan seperti apa yang diharapkan terjadi. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapi agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self aceptance), kemampuan-kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self understanding), kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat (Djumhur, 1975:28). Menurut Krumboltz dan Thoresen (Shertzer & Stone, 1980, 190) konseling behavior merupakan suatu proses membantu orang untuk memecahkan masalah interpersonal, emosional dan keputusan tertentu. Dengan adanya konseling behavior ini diharpakan masalah yang ada pada diri siswa dapat diselesaikan sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan lancar. Dengan adanya pendekatan behavioral ini, konselor memanfaatkannya dalam rangka memecahkan masalah siswa yang mana masalah pada diri siswa merupakan suatu perilaku hasil belajar sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya. Manusia dalam hal ini siswa bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar (DYP Sugiharto,2008) sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku. Dalam konteks ini pendekatan behavioral memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku klien. Berdasarkan kondisi rill yang diamati peneliti maka peneliti tertarik untuk menganalisa dan menelusuri lebih jauh permasalah di atas melalui sebuah penelitian yang berjudul: Implementasi Pendekatan Behavioral dalam Memecahkan Masalah Malas Belajar Pada siswa SMP Negeri 1 Madapangga. Tahun Pelajaran 2010/2011. B.Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: ingin mengetahui Implementasi Pendekatan Behavioral Dalam Menangani Masalah Malas Belajar di SMP Negeri 1 Madapangga Tahun Pelajaran 2010/ 2011 ? C.Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui Implementasi Pendekatan Behavioral Dalam Menangani Masalah Malas Belajar di SMP Negeri 1 Madapangga Tahun Pelajaran 2010/ 2011. D.Manfaat Penelitian Kegunaan atau manfaat pada penelitian yang dilaksanakan ini adalah dapat berguna secara teoritis maupun secara praktis. Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah : 1.Kegunaan secara teoritis a.Memberikan sumbangan yang berguna dalam memperkaya khasanah ilmu, dalam bidang bimbingan belajar khususnya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah b.Diharapkan juga dalam penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan konsep tentang penggunaan pendekatan Behavioral untuk menangani masalah siswa. 2.Kegunaan secara praktis Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan layanan bimbingan dan konseling serta mengembangkan mutu pendidikan di SMP Negeri 1 Madapangga. E.Metode Penelitian 1.Pengamatan Menurut Moleong (2001) mengemukakan ada beberapaalasan metodologis bagai penggunaan pengamatan, yaitu (1) pengamatan mengoptimlakan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar kebiasaan dan sebagainya;pengamatan memungkinkan pengamatan untuk melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh subyek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subyek, memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek sehingga memungkinkan pula peneliti sebagai sumber data. Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati secara langsung implementasi pendekatan behavioral dalam menangani masalah malas belajar siswa. pengamatan ini akan dilakukan ketika konselor sekolahmelakukan penanganan konseling terhadap siswa dengan setting penelitian di lingkungan sekolah, tempat tinggal siswa, dan lingkungan tempat bermain siswa yang mengalami masalah malas belajar. Data-data yang dikumpulkan bukan saja data yang dilakukan melalui indera penglihatan (hal yang diamati), akan tetapi data-data yang diperoleh melalui apa yang dieasakan dan didengar oleh peneliti melalui alat penginderaan. 2.Wawancara Moleong Lexy J. (2001) mengartikan wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviwee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Teknik ini adalah Kegiatan pengumpulan data untuk mendukung serta melengkapi data yang telah diamati. Dalam melakukan teknik ini peneliti akan menyusun pedoman wawancara, sehingga data yang dikumpulkan dapat digali secara total dan lengkap. 3.Studi Dokumentasi. Teknik ini mempelajaridan memperoleh data tertulis yang akan mendukung data dari kedua teknik dan memperoleh data tertulis yang akan mendukung data dari kedua teknik pengumpulan data di atas. Data-data yang dimaksud adalah tentang gambaran umum sekolah, keadaan siswa, guru mata pelajaran dan pegawai. F.Ruang Lingkup Penelitian Agar penelitian ini terarah dan sesuai dengan tujuan pendidikan, maka dipandang perlu diberikan batasan ataupun ruang lingkup penelitian sebagai berikut: 1.Variabel dalam penelitian ini adalah pengaruh pemberian layanan bimbingan belajar terhadap perilaku belajar siswa. 2.Subyek penelitian adalah siswa kelas SMP Negeri 1 Madapangga tahun pelajaran 2009/2010. 3.Waktu penelitian direncanakan berlangsung selama dua bulan dimulai sejak Mei 2010 sampai Juni 2010. 4.Lokasi penelitian adalah bertempat di SMP Negeri 1 Madapangga. G.Devinisi Operasional Variabel Untuk memperjelas tentang rumusan masalah penelitian tersebut di atas, maka dipandang perlu diberikan definisi operasional variabel penelitian sebagai berikut: 1.Pendekatan Behavioral adalah suatu teknik konseling. konsseling behavior merupakan suatu proses membantu orang untuk memecahkan masalah.interpersonal, emosional dan keputusan tertentu (Krumboltz dan Thoresen dalam shertzer & Stone, 1980, 190). 2.Malas belajar berarti tidak mau, enggan, tak suka, tak bernafsu untuk belajar (Muhammad Ali, Kamus Bahasa Indonesia). Malas belajar pada anak secara psikologis merupakan wujud dari melemahnya kondisi mental, intelektual, fisik, dan psikis anak BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Konseling Behavioral 1.Konsep utama 2.Pandangan tentang manusia 3.Metode yang digunakan 4.Strategi mengubah perilaku 5.Proses konseling B.Malas Belajar 1.Pengertian malas belajar 2.Indikator malas belajar 3.Faktor-faktor yang mempengaruhi malas belajar 4.Solusi mengatasi masalah belajar C.Implementasi Pendekatan Behavioral Dalam Mengatasi Malas Belajar BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Desain Penelitian Berdasarkan uraian fokus dan tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penelitian menggunakan rancangan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaskud menggmbarkan keadaan atau fenomena yang terjadi sebagaimana arah pencapaian fokus penelitian. Pendekatan kualitatif cenderung menggunakan analisis induktif, dimana proses penelitian dan pemberian makna terhadap data dan informasi lebih ditonjolkan dengan ciri utama pendekatan, penelitian ini adalah bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta naturalistik. Menurut Bogdan dan Taylor dalam bukunya “Metodologi penelitian kualitatif mendevisikan sebagai berikut: metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif merupakan kata-kata tertulis dan lisan dari orang –orang yang berprilaku yang diamati. Menurut mereka diarahkan pada individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian suatu keutuhan. Menurut mereka diarahkan pada dari individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan” (Moleong, 1990). Sedangkan menurut Muhammad Ali (1997) “Penelitian kualitatif adalah merupakan salah satu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat alamiah. Karena orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistik dan mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidak dilakukan di laboratorium melainkan di lapangan” Kedua pendapat di atas mengambarkan dengan jelas bahwa pendekatan kualitatif berusaha menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dengan pendekatan kualitatif akan berusaha menggali informasi sebanyak-banyaknya dari subyek penelitian, disini biasa berarti organisasi kelompok atau individu. B.Kehadiran Penelitian Sebagai Penelitian Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti dilapangan merupakan hal yang sangat penting, karna peneliti bertindak sebagai instrumen utama dan sekaligus sebagai pengumpul data penelitian yang diperlukan. Menurut Bokdan dan Biklek (dalam muleong, 2001) menyatakan bahwa sebagai instrumen kunci peneliti, yang harus dapat menangkap makna dan berinteraksi terhadap nilai-nilai lokal, karena tidak dapat dilakukan jika hanya melakukan kuesioner. Dalam pengumpulan data, penulis walaupun bertindak sebagai penentu agar tercapainya kelengkapan data, penulis akan di bantu oleh beberapa instrumen atau alat yang mendukung pengantaran penulis yaitu melalui: (1) pedoman pengamatan, yaitu instrumen yang berisi tentang daftar tempat atau obyek yang akan dipengamatan, (2) pedoman wawancara, yaitu berisi tentang sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang akan menggali data dari seluruh informan bagi kelengkapan data penelitian. Sedangkan data yang berupa dokementasi, didapatkan langsung pada data buku induk siswa, raport, serta data-data kasus siswa yang telah tersedia di SMP Negeri 1 Madapangga. C.Waktu Penelitian Peneliti akan berada di lapangan penelitian selama tiga bulan yaitu dimulai pada tanggal Mei sampai dengan Juli 2011 D.Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Madapangga Jln. Lintas Woro-Campa No 1 Desa Dena Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima. E.Prosedur Pengumpulan Data 1.Jenis Data Data-data tersebut dapat berupa dokumen tentang cacatam kasus siswa, perilaku maupun kalimat (pernyataan) yang menggambarkan tentang pendapat, ide atau pemikiran serta pengalaman yang dialami oleh para informan dalam mengamati upaya konselor dalam menangani masalah siswa tersebut. Data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan yang diterima oleh peneliti, sedagkan data sekunder adalah data yang berupa catatan masalah siswa yang mendukung kelengkapan data primer. 2.Sumber Data Dalam mengumpulkan data sebagaimana yang diharapkan oleh peneliti , maka yang menjadi sumber datanya dapat dikategorikan berupa data dokemen dan sumber data individu yang menjadi subyek penelitian, yaitu konselor sekolah, guru-guru, orangtua siswa, teman siswa, serta siswa yang mengalami masalah malas belajar sebagai obyek penelitian ini. F.Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.Pengamatan Pengamatan adalah pencacatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian (Sutrisno Hadi, 1987). Dalam penelitian ini pengamatan yang digunakan adalah pengamatan partisipan dimana peneliti ikut terlibat dalam hal yang akan diteliti (Andi Praswoto, 2010). Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya, hal ini didasari oleh pendapat yang dikemukakan oleh Moleong (2001) sebagai berikut: (1) teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung, (2) dengan tekik pengamatan memugkinkan mellihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana pada keadaan yang sebenarnya, (3) pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data, (4) menghindari adanya keraguan peneliti tentang adanya data yang bias atau adanya jarak penelitian dan yang akan diwawancarai, dalam hal ini untuk mengecek kepercayaan data tersebut harus melalui pengamatan, (5)teknik ini memungkinkan peneliti mampu memahami stuasi-situasi yang rumit. 2.Wawancara Wawancara atau interview adalah metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek atau responden (Yatim Riyanto, 2001), selanjutnya I Djumhur dan Moh. Surya (1975) mengartikan wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut bisa dilakukan dengan dialog (tanya-jawab) secara lisan,baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat lainnya menyatakan, wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan cara bercakap-cakap secara tatap muka (Prabowo, 1996) 3.Dokumentasi Menurut Moleong (2001) mengemukakan metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Selanjutnya menurut Kartini Kartono, (1980) mendevinisikan metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mendapatkan barang-barang tertulis. Ditambahkan pula oleh Usman dan Akbar (1996) bahwa data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan data sekunder. Pada penggunaan metode ini, peneliti akan mencatat data-data tertulis yang ada pada SMP Negeri 1 Madapangga yang secara langsung mendukung kelengkapan data-data yang dibutuhkan pada penelitian ini. Dalam hal ini berupa data permasalahan siswa dan prestasi belajar siswa. G.Analisa data Adapun rangkaian proses analisis dalam data penelitian ini mengikuti prosedur sebagai berikut: 1.Reduksi data Data yang sudah dikumpulkan kemudian dicermati, diedit, dipilih, anatara data yang diperlukan dengan data yang tidak diperlukan. Data yang berkaitan dengan penelitian, kemudian diklarifikasi dan diberi pengkodean sesuai dengan tujuan penelitian, mengenai data yang tidak berhubungan dengan penelitian untuk semetara diabaikan atau direduksi. 2.Penyajian data Data yang sudah diedit, diklarifikasi, diseri kode, kemudian diorganisir secara keseluruhan., secara rinci reduksi data yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah proses pemilahan, pemusatan perhatian untuk menyederhanakan pengabstrakan dan transformasi data kasar yang diperoleh dilapangan. Kegiatan redukasi data ini dilakukan secara berkesinambungan mulai dari awal Kegiatan hingga akhir pengumpulan data. Data yang direduksi kemudian dilanjutkan dengan pemberian singkatan, pengelompokan, pemusatan tema, penentuan data yang sifatnya kuantitaif disajikan dalam bentuk tabel, sedangkan data yang sifatnya deskriptif seperti seperti perilaku, makna, konsep, alasan dan pernyataan disajikan dalam bentuk naratif deskriptif. 3.Penarikan Kesimpulan Langkah ini adalah langkah terakhir dalam Kegiatan analisa data dalam penelitian ini. Data yang telah direduksi dan diorganisir dalam bentuk sajian data, kemudian disimpulkan sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. H.Teknik Pemeriksaan Keabsahan data Dalam pemeriksaan keabsahan data ini, peneliti menggunkan langkah-langkah pemeriksaansebagaimana yang dikembangkan oleh Moleong (2001) sebagai berikut: 1.Perpanjangan Keikutsertaan Sebagai mana ciri kualitatif adalah peneliti merupakan instrumen dalm penelitian itu sendiri. Keikutsertaan peneliti dalam hal ini sangat menentukan dalam pengumpulan data, hal ini sesuai dengan fokus yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu mengamati atau memotret perlakuan konselor sekolah dalam menangani siswa yang mengalami masalah malas belajar melkalui pendekatan behavioral yang dilakukan dalam berbagai latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan ini peneliti secara jelas akan memungkinkan adanya derajat kepercayaan terhadap data yang dikumpulkan. Hal ini disebabkan: (1) peneliti dapat melihat secara langsung peran konselor sekolah dalam proses konseling, sehingga dapat menguji ketidak benaran setiap informasi dan ketetapan penggunaan teori konseling yang ideal, (2) peneliti seperti terjun ke latar penelitian dalam waktu yang cukup lama sampai proses konseling dilakukan Termination (pengakhiran). Hal ini juga dapat dilakukan secara sistematis setelah tercapainya hasil yang optimal terhadap adanya indikasi perubahan pada kasus yang dialami oleh siswa. 2.Ketekunan Pengamatan Untuk itu dalam melakukan pengamatan, peneliti akan melakukan dengan teliti dan rinci secara berkesinambugan terhadap hal-hal yang dilakukan oleh konselor sekolah. Kemudian menelaah setiap data yang didapat dan dipahami dengan jelas, sehingga pada pemeriksaan tahap awal peneliti mampu menguraikan secara rinci terhadap data yang masih bersifat tentatif dan ketekunan pengamatan dapat diambil sehingga penelahan secara rinci pada pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan. 3.Trianggulasi Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain doiluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Penelitian ini dilakukan pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzim dalam Moleong (2001) membedakan empat macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sebagai berikut: Sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metoide kualitatif. Patton dalam Moleong (2001) menjelaskan hal ini dt tercapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang depan umum dan yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan dengan yang dikatakan orang –orang tentang situasi dan yang dikatakan sepanjang waktu, (4) membandingkan yang dikatakan orang –orang atau rakyat biasa dengan orang yang berpendidikan tinggi, dan (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. 4.Diskusi Teman Sejawat Teknik ini telah dilakukan oleh peneliti dengan cara mengesposkan kembali hasil sementara atau hasil akhir yang dperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu: (1) dalam hal ini peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. 5.Kecukupan Referensial Kecukupan referensial adalah sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi. Teknik ini dapat dipenuhi dengan menggunakan alat bantu format pengamatan, format wawancara yang berisi pertanyaan kunci (key quetion). I.Tahap-Tahap penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahap-tahap yang dikembangkan oleh Moleong (2001) yaitu sanduran dari tahapan penelitian yang dikembangkan oleh baogdan, Kirk dan Miller, adapun tahap-tahap yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1.Tahap Pralapangan 1)Menyusun rancangan penelitian atau yang disebut dengan usulan penelitian yang berisi (1) latar belakang masalah dan alasan pelaksanaan penelitian, (2) kajian kepustakaan, (3) pemilihan lapangan, (4) penentuan jadwal penelitian, (5) rancangan pengumpulan dat, (6) rancangan prosedur pengumpulan data dan, (7) rancangan pengecekan kebenaran data. 2)Memilih lapangan penelitian. Berdasarkan studi pendahuluan maka kasus yang dipilih peneliti dalah hal ini adalah di SMP Negeri 1 Madapangga 3)Mengurus perijinan. Kegiatan ini dilakukan setelah diadakan seminar, perijinan disampaikan kepada sekolah sebagai lokasi penelitian, dengan tembusan bapak Bupati Bima, Kepala Kantor Pendidikan Pemuda dan Olahraga 4)Menjajaki dan menilai keadaan lapangan, yaitu memahami pemahaman dan peraturan di SMP Negeri 1 Madapangga, visi dan misi sekolah dan penyesuaian diri terhadap tempat tinggal konselisituasi serta teman dekat konseli 5)Memilih dan memanfaatkan informan. Dalam mengumpulkan data peneliti melakukan pemanfaatan orangtua, wali kelas, teman dan orang yang dianggap kompeten dalam memahami permasalahan konseli 6)Mempersiapkan perlengkapan penelitian, perlengkapanberupa buku cacatan lapangan, alat tulis menulis, kertsa, map dan persiapan dalam melakukan kunjungan runah dan jalan menuju setiap latar penelitian. 2.Tahap Pekerja lapangan 1)Memahami latar penelitian dan persiapan diri. Untuk memasuki pekerjaan di SMP Negeri 1 Madapangga, penelitian memahami latar penelitian terlebih dahulu , baik yang menyangkut persoalan etika, penampilan ketika penelitian, dan waktu atau kesepakatan kapan dilakukan pengamatan 2)Memasuki lapangan, dalam tahap ini peneliti membia hubungan keakraban dengan seluruh guru disekolah beserta pegawai dan siswa–siswanya, mengenal karakteristik yang dilakukan dan menjelaskan peranan peneliti dan tujuan terhadap orang-orang yang dianggap perlu dan memungkinkan untuk dilakukan semasih tetap menjaga naturalnya data-data penelitian. 3)Berperan serta sambil mengumpulkan data, peneliti terus mengarahkan data penelitian berdasarkan batasan penelitian dengan mencatat data, menganalisis datasambil mengkonsultasikan ke dosen-dosen pembimbing sampai data penelitian dianggap lengkap dan layak dijadikan hasil karya ilmiah yang nanti berupa skripsi. DAFTAR PUSTAKA Agus Haryanto. 2008. Peraan Konselor Sekolah Dalam Menangani Inferiority. Bima: STKIP Bima Akhmad Sudratajat. 2008. Pendekatan Konseling Behavioral. Jakarta:Usaha Nasional Andi Praswoto, 2010. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Diva Press. Andi Mapiare. 1988. Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya: Usaha nasional. Arikunto Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bogdan. 1993. Dasar-Dasar Penelitian kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional. ______dan Taylor. 1993. Metodologi Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional Daniel. 2007. Makalah Pengantar Pendidikan. Depdiknas RI 2002. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Depdiknas RI, Jakarta. Djumhur dan Muh. Surya, 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV. Ilmu Bandung D.Y.P. Sugiharto Dr , M.Pd. 2008 .Makalah Pendekatan-Pendekatan Konseling. Juanda Mansyur. 1999. Konselor sekolah di indonesia. Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. ____________. 2005. Teori Behavioral. Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Gerald Corey. 2009. Teory dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama Hadi, Soetrisno. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi ofset http:// Daniel.wordpress.com.pendekatan-konseling-behavioral/ http://akhmadsudrajat.wordpress.com.pendekatan-konseling-behavioral/ http://www.e-psikologi.com./anak/ I.B. Netra. 1979. Methodologi Research Jilid III. Yogyakarta: Penerbit Fakultas IKIP Malang. Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rodaskarya Muhammad Ali. 1997. Penelitian kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional Nasution. 2002. Makalah Seminar Bimbingan dan Konseling dalam Perpektif Global. Prabowo. 1996. Memahami Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Andi ofset Poerwadarminta. W.S.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka Universitas Negeri Malang. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UNM Usman dan Akbar. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rodaskarya Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir). Yogyakarta: Media Abadi W. S Winkle dan Sri Hastuti. 2001. Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi Yatim Riyanto. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya. Usaha Nasional.

Tidak ada komentar: