Selasa, 15 Juni 2010

SISTEM GERAK PADA MANUSIA DAN HEWAN
LAPORAN













Disusun Oleh :
zulfitkiah



JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI /I / IV
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) BIMA
2010

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi, shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan pada Nabi Muhammad saw. Berkat karunia yang senantiasa diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini, terutama pada rekan-rekan yang senantiasa memberikan dorongan dan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini, semoga Allah SWT membalas dengan ganjaran yang berlipat ganda, ”Amiin”
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perencanaan Pendidikan Biologi, yang membahas tentang “Dasar-dasar Perencanaan Pembelajaran”. Penulis menyadari bahwa masih terdapat beberapa kelemahan atau kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, segala tegur sapa, kritik, koreksi dan saran yang diberikan akan penulis sambut dengan kelapangan hati guna perbaikan pada masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan motivasi bagi siapa saja yang membaca dan memanfaatkannya.

BIMA, Februari 2010

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PETA KONSEP iii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Pembahasan 1

BAB II PEMBAHASAN 2
A. Sistem Gerak Pasif 2
B. Sistem Gerak Aktif

BAB III SIMPULAN 12
DAFTAR PUSTAKA 14


PETA KONSEP :




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tulang merupakan alat gerak pasif dan otot merupakan alat gerak aktif. Gerakan tubuh terjadi karena adanya kerjasama antara tulang dan otot. Otot dikatakan alat gerak aktif karena mampu berkontraksi untuk menggerakkan tulang.
Rangka manusia terdiri dari tulang rawan (kartilago) dan tulang (osteon). Kartilago bersifat bingkas dan lentur yang terdiri atas sel-sel rawan yang dapat menghasilkan matriks berupa kondrin.
Otot yang merupakan alat gerak aktif, berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi 3, yaitu otot rangka, otot polos dan otot jantung. Berdasarkan sifat kerja, otot dapat dibedakan menjadi otot antagonis dan sinergis. Mekanisme gerak otot, didasarkan pada dua set filamen di dalam sel otot kontraktil yang berupa filamen aktin dan filamen miosin.

B. Rumusan Masalah
Mempelajari latar belakang masalah maka penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah itu sistem gerak pasif?
2. Apakah itu sistem gerak aktif?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Sistem gerak pasif
2. Sistem gerak aktif


BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem gerak pasif
Sistem rangka manusia merupakan rangka dalam atau endosketeleton.Sistem rangka yang tersusun dari beragam jenis tulang tidak dapat bergerak secara aktif. Akan tetapi, aktivitas otot yang melekat pada tulang menyebabkan tulang tersebut ikut bergerak. Oleh sebab itu, rangka (tulang) dikenal sebagai alat gerak pasif, sedangkan otot dikenal sebagai alat gerak aktif.
Sistem rangka manusia tidak hanya berfungsi sebagai alat gerak. Fungsi sistem rangka antara lain sebagai berikut/
1. Sebagai penyokong tubuh dan pemberi bentuk
2. Melindungi organ vital dalam tubuh, misalnya tulang tengkorak yang melindungi otak
3. Memproduksi sel-sel darah
4. Menyimpan mineral dan lemak
5. Sebagai alat gerak dan tempat melekatnya otot

I. Jaringan penyusun sistem rangka
Sistem rangka manusia tersusun dari beberapa jaringan ikat, yaitu tulang, tulang rawan (kartilago), dan jaringan ikat fibrosa.
a. Tulang
1) Jenis tulang
Ada dua jenis tulang, yaitu tulang kompak dan tulang spons.
a) Tulang kompak
Tulang kompak tersusun dari banyak unit osteon atau sistem havers. Sistem Havers terdiri atas satu saluran pusat (saluran Havers) yang dikelilingi oleh lamela. Masing-masing saluran berisi pembuluh darah, pembuluh linfe dan saraf.
Sel-sel tulang (osteosit) menempati rongga-rongga lakuna yang terdapat pada lamela. Suatu saluran berukuran sangat kecil (kanalikuli) menghubungkan antara lakuna dengan lakuna dan antara lakuna dengan saluran pusat.
b) Tulang Spons
Bagian dalam beberapa tulang keras memiliki rongga seperti spons disebut trubekula. Struktur seperti spons tersebut dirancang untuk menahan tekanan dari berbagai arah. Rongga-rongga di antara trubekula berisi sumsum tulang merah, yaitu jaringan pembuat sel darah. Contoh spons adalah tulang panggul, tulang rusuk, tulang dada, ruas-ruas tulang belakang, serta pangkal tulang lengan dan kaki.
2) Bentuk tulang
Tulang mempunyai beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut :
a) Tulang pipa
Tulang pipa (tulang panjang) berbentuk seperti pipa yang kedua ujungnya membulat seperti bonggol, disebut epifise. Sebagian besar epifise disusun oleh tulang spons. Biasanya, pada epifise terdapat lapisan kartilago hialin, yaitu tempat terjadinya sambungan antartulang (persendian). Bagian tengah tulang pipa berisi sumsum tulang kuning berlemak. Contoh tulang pipa adalah tulang paha, tulang lengan atas, tulang hasta, tulang pengumpil, tulang betis, dan tulang kering.
b) Tulang pipih
Tulang pipih berbentuk seperti lempengan. Tulang tersebut berfungsi untuk melindungi organ-organ di bawahnya dan tempat melekatnya otot. Contoh tulang pipih adalah tulang tengkorak, tulang rusuk, tulang dada dan tulang belikat.
c) Tulang pendek
Tulang pendek berbentuk bulat atau kubus yang berukuran pendek. Tulang yang terdapat pada persendian tersebut berfungsi untuk meredam getaran akibat goncangan. Contoh tulang pendek adalah tulang telapak tangan dan tulang telapak kaki.
d) Tulang sesamoid
Tulang sesamoid merupakan tulang kecil yang berbentuk biji. Tulang tersebut terdapat di dalam tendon yang menghubungkan tulang dengan otot. Contoh tulang sesamoid adalah tulang patela.
e) Tulang tidak beraturan
Tulang tidak beraturan mempunyai bentuk yang tak menentu. Contoh tulang tersebut adalah vertebrae (tulang belakang), tulang rahang, tulang wajah, dan tulang panggul.
b. Tulang Rawan (Kartilago)
Tulang rawan tidak sekuat tulang keras, tetapi lebih fleksibel karena mengandung kolagen yang elastis. Selain itu, matriks tulang rawan hanya mengandung sedikit kalsium dan fosfor.
Tulang rawan tidak mempunyai jaringan saraf sehingga sangat sesuai sebagai lapisan sendi (jaringan penyambung) yang mengalami tekanan pergerakan yang kuat. Tulang rawan berfungsi sebagai pendukung rangka tubuh pada lokasi tertentu di seluruh tubuh. Tulang rawan terdiri atas sel-sel tulang rawan yang disebut kondrosit yang dikelilingi oleh matriks kondrin.
Pada embrio, tulang rawan dibentuk oleh jaringan mesenkim. Setelah dewasa tulang rawan dibentuk oleh perikondrium dengan cara membentuk kondroblas. Kondroblas tersebut akan membentuk kondrosit.
Tulang rawan dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan komposisi berat di dalam matriks, yaitu tulang rawan hialin, tulang rawan elastis dan tulang rawan fibrosa.

II. Pembentukan sistem rangka
Rangka manusia terbentuk dengan lengkap pada akhir bulan kedua perkembnagan embrio (janin). Rangka janin masih berupa tulng rawan.
Selama masa kanan-kanan, tulang rawan secara berangsur-angsur digantikan oleh tulang keras melalui aktivitas sel induk tulang (osteoblas) yang disebut osifikaso. Seorang bayi yang baru dilahirkan mempunyai lebih dari 300 tulang, tetapi beberapa tulang akan melebur pada saat bayi menjadi dewasa.
Proses pembentukan tulang (osteofikasi) ada dua macam, yaitu sebagai berikut :
a. Osifikasi kondral, merupakan proses pembentukan tulang dari tulang rawan. Misalnya terjadi pada tulang pipa dan tulang pendek.
b. Osifikasi desmal, merupakan proses pembentukan tulang dari membran jaringan mesenkim. Misalnya, terjadi pada tulang pipih.
Selama masa anak-anak dan remaja, jaringan tulang lebih banyak disimpan daripada diuraikan sehingga rangka tubuh akan tumbuh dengan baik dalam ukuran maupun kekuatan. Pada awal usia dewasa, penguraian tulang mulai terjadi secara perlahan-lahan untuk mengurangi penumpukan material yang berlebihan. Pada usia tua jaringan tulang akan berkurang sehingga tulang menjadi lemah dan meningkatkan resiko patah tulang.

III. Sambungan antar tulang
Sambungan antar tulang (persendian) adalah tempat pertemuan antar tulang pada rangka tubuh. Persendian tersebut dibedakan atas tiga kelompok, yaitu sebagai berikut :
a. Sinartosis, merupakan jenis sambungan yang kaku dan tidak memungkinkan adanya gerak. Misalnya, sambungan antar tulang tengkorak.
b. Simfisis (amfiartrosis), merupakan jenis sambungan yang memungkinkan sedikit gerak. Misalnya sambungan antar tulang yang menyusun tulang punggung.
c. Diartrosis, merupakan jenis sambungan yang memungkinkan adanya banyak gerak. Misalnya sambungan antar tulang lengan atas dengan tulang bahu. Tulang-tulang pada sambungan diartrosis dengan tulang bahu. Tulang-tulang pada sambungan diartrosis dilapisi dengan tulang rawan lembut dan dilumasi oleh cairan sinovial yang dihasilkan oleh kantong pembungkus sendi (bursa).
Persendian diatrosis terdiri atas beberapa jenis sendi, yaitu sebagai berikut :
a) Sendi peluru, memunginkan gerak bebas di segala jurusan. Sendi ini ditemukan diantara tulang pinggul dengan tulang bahu.
b) Sendi engsel, memungkinkan pergerakan dalam satu arah saja. Sendi ini ditemukan pada siku, lutut, dan jari.
c) Sendi putar, memungkinkan gerak berputar. Sendi ini ditemukan pada ruas tulang belakang pertama dengan kedua sehingga kepala dapat berputar dari sisi ke sisi.
d) Sendi geser, memungkinkan permukaan dari masing-masing tulang bergeser dengan jarak pendek pada bagian permukaannya. Sendi ini ditemukan pada sambungan antartulang pergelangan tangan.
e) Sendi pelana, memungkinkan gerakan pada kedua arah seperti orang naik pelana. Sendi ini ditemukan di antara tulang pergelakangan tangan dengan telapak tangan.

IV. Klasifikasi rangka
Rangka dapat dibedakan menjadi dua, yaitu rangka aksial dan rangka apendikular.
a. Rangka Aksial
Rangka aksial berada di garis pertengahan (sumbu utama) tubuh. Rangka tersebut terdiri atas tengkorak, tulang belakang (tulang punggung), tulang iga (tulang rusuk) dan tulang dada.
1) Tengkorak (Rangka Kepala)
Tulang kepala dibentuk oleh kranium (tukang tempurung kepala) pelindung otak dan tulang muka sebagai pembentuk wajah.
a) Tulang Muka
Tulang tersebut berjumlah 14, yaitu 2 tulang rahang atas (maksilar), 2 tulang rawan bawah (mandibula), 2 tulang pipi (zigomatikum), 2 tulang langit-langit (palantum), 2 tulang hidung (nasal), 2 tulang air mata (lakrimal), 1 tulang mata bajak (vomer), dan 1 tulang lidah (hioid).
b) Kranium
Tulang kranium berjumlah 11, yaitu 1 tulang dahi (frontal), 2 tulang ubun-ubun (parietal), 2 tulang kepala belakang (oksipital), 2 tulang baji (sfenoid), 2 tulang tapis (etmoid) dan 2 tulang pelipis (temporal).
2) Tulang Belakang
Tulang belakang disusun oleh ruas-ruas tulang vertebrae yang saling berkaitan satu dengan yang lain oleh cakram tulang rawan (cakram invertebral).
Tulang belakang terdiri atas 33 vertebra yang terbagi menjadi lima kelompok utama, yaitu 7 ruas tulang leher (vertebrae servikalis), 12 ruas tulang punggung (vertebrae torakalis), 5 ruas tulang pinggang (vertebrae lumbalis), 5 ruas tulang kelangkang (sarkum) yang menyatu dan 4 ruas tulang ekor (koksik) yang menyatu.
3) Sangkar Tulang Rusuk
Sangkar tulang rusuk dibentuk secara bersama-sama oleh ruas-ruas tulang punggung, tulang rusuk, dan tulang dada. Sangkar tulang rusuk melindungi organ-organ dalam yang ada didalamnya, seperti jantung dan paru-paru.
Tulang rusuk sebanyak 12 pasang melekat pada ruas tulang punggung dan tulang dada, kecuali tulang rusuk paling bawah.
Tulang rusuk dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :
a) Tulang rusuk sejati (kosta vera), masing-masing ujungnya melekat pada tulang dada.
b) 3 pasang rusuk palsu (kosta spuria) yang melekat pada tulang rusuk sejati.
c) 2 pasang rusuk melayang (kosta fruktuantes), yang tidak melekat pada tulang dada ataupun tulang rusuk sejati.
Tulang dada merupakan tulang pipih berbentuk seperti pedang yang dibedakan atas bagian hulu (manubrium sterni), bagian badan (korpus sterni) dan bagian taju pedang (proseus xifoid).

b. Rangka Apendikular
Rangka apendikula merupakan rangka tubuh yang berubungan dengan pergerakan. Rangka tersebut meliputi gelang bahu berserta anggota gerak atas dan gelang panggul beserta anggota gerak bawah.
1) Gelang Bahu dan Anggota Gerak Atas
Gelang bahu (pektoralis) terdapat pada bagian kanan dan kiri tubuh, setiap gelang bahu terdiri atas 2 tulang selangka (klavikula) dan 2 tulang belikat (skapula).
Anggota gerak atas terdiri atas 2 tulang lengan atas (humerus), 1 tulang hasta (ulna), dan 1 tulang pengumpil (radius). Tulang hasta dan tulang pengumpil disebut juga tulang lengan bawah.
Pada bagian ujung bawah dari kedua lengan bawah berhubungan dengan 8 tulang pergelangan tangan (karpal), 5 tulang telapak tangan (metakarpal), dan 14 tulang jari-jari tangan (falang).
2) Gelang Panggul dan Anggota Gerak Bawah
Gelang panggul (pelvis) juga terdapat pada bagian kanan dan kiri tubuh. Pada saat bayi lahir, setiap gelang panggul dibangun oleh tiga tulang terpisah, yaitu 2 tulang usus (ilium), 2 tulang duduk (isium) dan 2 tulang kemaluan (pubis). Dalam perkembangan bayi tersebutm ketiga tulang pinggul tersebut menyatu.
Tulang anggota gerak bawah terdiri atas 1 tulang paha (femur), 1 tulang kering (tibia), dan 1 tulang betis (fibula). Tulang paha berhubungan dengan tulang kering pada daerah lutut. Pada daerah tersebut terdapat sebuah tulang tempurung lutut (patela). Tulang betis dan tulang kering berhubungan dengan 7 tulang pergelangan kaki (tarsal), 5 tulang kaki (metatarsal), dan 14 tulang jari-jari kaki (falang). Tulang telapak kaki yang terbesar disebut tulang tumit (kalkaneus).

B. Sistem gerak aktif
Otot berfungsi sebagai alat gerak penyokong tubuh dan membantu homoestatis. Sebagai alat gerak aktif, otot mempunyai tiga kemampuan yaitu kontruktibilitas (kemampuan untuk memendek/ berkontraksi), eksensibilitas (kemampuan untuk memanjang/ relaksasi), dan elastisitas (kemampuan untuk kembali ke keadaan semua).
I. Struktur Otot
Unit dasar otot disebut serabut otot atau miofibril. Kumpulan miofibril bergabung dalam berkas otot. Setiap miofibril merupakan sel yang mengandung komponen umum sel.
Miofibril terdiri atas sejumlah besar protein miofilamen yang terdiri atas filamen tebal (miosin) dan filamen tipis (aktin). Sesama filamen tipis saling berhubungan membentuk pita terang (pita I). sesama filamen tebal saling berhubungan dengan membentuk satu pita berbentuk gelap (Pita A). sebagian filamen tebal dan tipis bertumpang tindih sehingga terbentuk bagian yang lebih padat dan bagian yang kurang padat pada pita A, disebut zona H. Tempat tertautnya filamen tipis atau garis Z akan menyebrangi miofibril pada pusat pita I. Bagian miofibril yang terletak di antara dua garis Z disebut Sarkomer.
II. Jenis Jaringan Otot
Jaringan otot dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu otot polos, otot lurik, dan otot jantung.
a. Otot polos
Otot polos bekerja diluar kesadaran karena tidak dipengaruhi oleh sistem saraf pusat sehingga sering disebut otot tak sadar (otot involunter). Otot polos berbentuk seperti gelendong yang meruncing pada kedua ujungnya, mempunyai serat memanjang, dan setiap sel mempunyai satu nukleus ditengah.
Rangsangan kontraksi otot berasal dari sistem saraf autonom. Otot polos dapat ditemukan pada kulit, organ-organ dalam, sistem reproduksi, pembuluh darah utama dan sistem ekskresi.
b. Otot lurik
Otot lurik atau otot rangka tersusun dari kumpulan miofibril. Serabut otot berbentuk memanjang, mempunyai banyak nukleus dan serat-serat yang melintang dan memanjang.
Otot lurik bekerja di bawah pengaruh sistem saraf pusat atau di bawah kendali sadar. Oleh karena itu, otot lurik sering disebut otot sadar (otot volunter).
Pada umumnya, ujung otot lurik mengecil dan keras, disebut tendon yaitu berkas jaringan ikat fibrosa yang melekatkan otot dengan rangka (tulang). Tendon yang melekat pada tulang yang bergerak disebut insersi, sedangkan tendon yang melekat pada tulang yang tidak bergerak disebut origo. Pada bagian tengah otot lurik yang menggembung, merupakan bagian yang dapat mengerut dan memanjang, disebut ventrikel (empal).
Kontraksi otot lurik menyebabkan terjadinya gerakan pada berbagai tulang dan tulang rawan pada rangka tubuh. Otot lurik merupakan penyusun sebagian besar daging pada manusia.
c. Otot jantung
Jaringan otot jantung merupakan penyusun sebagian besar jantung manusia. Sel-sel otot jantung mempunyai serat memanjang dan serat melintang, tetapi tidak sempurna, mempunyai inti sel di tengah dan serat-serat yang bercabang pada sambungan antarselnya.
Otot jantung bekerja secara tidak sadar (involunter). Sumber rangsangan berasal dari sistem saraf otonom. Rangsangan otonom tersebut hanya berfungsi untuk mempercepat atau memperlambat kontraksi jantung.
III. Mekanisme Kontraksi Otot
Pada saat otot dalam keadaan istirahat atau tidak berkontraksi, tidak ada interaksi antara miofilamen tebal dengan miofilamen tipis. Hal tersebut terjadi karena tempat aktif dari kedua miofilamen dalam kondisi di blokir oleh senyawa tropomiosin.
Kontraksi otot terjadi jika rangsang yang berasal dari saraf motorik. Melepaskan zat transmiter, pada sarkolema (membran sel otot). Ion Na+ di luar sarkolema akan mengalir dengan cepat ke dalam sel dan menyebabkan terjadinya pelepasan ion Ca2+ dari dalam kantong retikulum sarkolema. Selanjutnya, ion Ca2+ akan bersenyawa dengan troponin sehingga tempat aktif miofilamen terlepas dari pemblokiran tropomiosin. Lepasnya tropomiosin menyebabkan interaksi antara aktin dengan miosin. Serabut miosin akan menggerakan serabut aktin sehingga kedua serabut tersebut nampak saling meluncur. Akibatnya, jarak masing-masing serabut menjadi lebih dekat sehingga ukuran sel menjadi memendek atau mengerut. Pita I menjadi sempir dan zona H dapat hilang karena garis Z semakin mendekat.
Selama ada rangsangan dari saraf, kadar ion Ca2+ menjadi tinggi sehingga keadaan di atas akan berlangsung terus. Sebaliknya jika tropomiosin bergerak lagi ke tempat aktif miofilamen serta memblokirnya.
IV. Energi untuk Kontraksi Otot
Aktivitas pompa ion Ca2+ dan miosin memerlukan energi kimia berupa adenosin trifosfat (ATP). Otot memperoleh ATP dengan tiga cara, yaitu pemecahan kreatin fosfat, respirasi sel dan fermentasi. Kreatin fosfat adalah senyawa berenergi tinggi yang dibentuk pada saat otot relaksasi. Kreatin fosfat tidak berperan langsung dalam kontraksi otoy, tetapi kreatin fosfat dapat meregenerasi ADP menjadi ATP.
Sumber energi kontraksi otot lainnya berasal dari glikogen (gula otot) yang terdapat di otot. Glikogen akan diubah menjadi laktasidogen. Kemudian laktasidogen akan diubah menjadi ATP melalui proses respirasi selular dan fermentasi.
V. Jenis Gerakan pada Otot Manusia
Kontraksi otot menghasilkan dua kemungkinan, yaitu bersifat antagonis (menimbulkan gerak yang berlawanan) atau bersifat sinergis (menimbulkan gerak searah). Contoh yang termasuk sinergis terjadi antara otot pronator teres dengan pronator kuadratus yang sama-sama berfungsi untuk menelungkupkan lengan ke bawah. Contoh yang bersifat antagonis adalah sebagai berikut.
a. Otot ekstensor-otot fleksor; yaitu gerak meluruskan (gerak ekstensi) dan membengkokan (gerak fleksi) otot triseps dan biseps.
b. Otot abduktor-otot aduktor, yaitu gerak menjauhi badan (gerak abduksi), dan mendekati badan (gerak aduksi) saat kita merentangkan tangan ke samping dan mengembalikan ke posisi semula.
c. Otot inversor-otot eversor; yaitu gerak memiringkan telapak kaki ke arah dalam (inversi) dan ke luar (eversi).
d. Otot supinator-otot pronator; yaitu gerak menengadah (gerak suspinasi) dan menelungkup (gerak pronasi) telapak tangan.







SIMPULAN

Tulang dikenal sebagai alat gerak pasif, sedangkan otot dikenal sebagai alat gerak aktif. Tulang berfungsi sebagai rangka tubuh, memberi bentuk tubuh dan sebagai pelekatan otot, sebagai pengungkit, pelindung organ tubuh yang lemah, penyimpanan zat kapur dan mineral, serta tempat pembentukan sel darah merah, sel darah putih dan sel darah pembeku.
Manusia dan hewan vertebrata mempunyai kemampuan menggerakkan sebagian ataupun seluruh tubuhnya. Setiap gerakan, baik gerakan yang kompleks maupun gerakan yang paling sederhana pun, seperti mengedipkan mata, melibatkan kerja berbagai macam jaringan. Kemampuan gerak tersebut disebabkan adanya aktivitas otot, berupa pengerutan (kontraksi) dan pengenduran (relaksasi) ataupun kerjasama antara aktivitas sistem otot dan sistem rangka (skeleton).

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A. 1993. Biology, third edition. Benjamin Cummings Publishing Company, Inc Redwood city.
Maryati, Sri dkk. 2009. Buku Penuntun Biologi SMA. Erlangga : Jakarta.
Priado, Arif. 202. Biology. Yudhistira.

Tidak ada komentar: