Selasa, 15 Juni 2010

INSEKTA
Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah
Zoologi Invertebrata











Oleh:
ZULFIKIAH
08.3.01.0452



JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI/I/IV
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP)BIMA
2010
KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi, shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan pada Nabi Muhammad saw. Berkat karunia yang senantiasa diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini, terutama pada rekan-rekan yang senantiasa memberikan dorongan dan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini, semoga Allah SWT membalas dengan ganjaran yang berlipat ganda, ”Amiin”
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Zoologi Invertebrata, yang membahas tentang “Insekta”. Penulis menyadari bahwa masih terdapat beberapa kelemahan atau kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, segala tegur sapa, kritik, koreksi dan saran yang diberikan akan penulis sambut dengan kelapangan hati guna perbaikan pada masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan motivasi bagi siapa saja yang membaca dan memanfaatkannya.


BIMA. 5 MEI 2009


Penulis







DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Pembahasan 1

BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Seranggga 3
B. Anatomi dan Morfologi Tubuh Dari Serangga 4
C. Fisiologi Dari Serangga 17
D. Cara Reproduksi dan Siklus Hidup Dari Serangga 30

SIMPULAN 38

DAFTAR PUSTAKA 39



BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti "berkaki enam"). Serangga ditemukan di hampir semua lingkungan kecuali di lautan. Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi.
Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera).

B. RUMUSAN MASALAH
Mempelajari latar belakang masalah maka penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah serangga itu ?
2. Bagaimana anatomi dan morfologi tubuh dari serangga itu ?
3. Bagaimana fisiologi dari serangga itu ?
4. Bagaimana cara reproduksi dan siklus hidup dari serangga ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian serangga
2. Anatomi dan morfologi tubuh dari serangga
3. Fisiologi dari serangga
4. Cara reproduksi dan siklus hidup dari serangga


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SERANGGA
Insekta atau serangga merupakan spesies hewan yang jumlahnya paling dominan diantara spesies hewan lainnya dalam filum Arthropoda. Oleh karena itu serangga dimasukkan dalam kelompok hewan yang lebih besar dalam filum Arthropoda atau binatang beruas.
Menurut penafsiran para ahli, terdapat 713.500 jenis Arthropoda atau sekitar 80 persen dari jenis hewan yang telah dikenal. Arthropoda (Arthos = ruas, podos = kaki) yang berarti hewan yang kakinya bersendi-sendi atau beruas. Ruas diantara dua sendi disebut dengan segmen. Adapun ciri-ciri umum Arthropoda adalah mempunyai appendage atau alat tambahan yang beruas, tubuhnya bilateral simetri yang merupakan endoskeleton. Biasanya ruas-ruas tersebut ada bagian yang tidak berkitin, sehingga mudah untuk digerakkan. Sistem syaraf tangga tali, coelom pada serangga dewasa bentuknya kecil dan merupakan suatu rongga yang berisi darah.
Insekta merupakan invertebrata yang dapat hidup ditempat kering dan merupakan invertebrata yang dapat terbang, siklus hidupnya relatif singkat, dalam keadaan yang baik, jumlah serangga dapat berlipat ganda dalam waktu singkat.
Serangga dapat hidup dimana-mana : di rumah, udara, hidup parasit pada hewan maupun tumbuhan. Hanya di aut serangga tidak ditemukan. Banyak serangga berguna bagi manusia tetapi lebih banyak pula yang merupakan musuh manusia. Yang berguna bagi manusia adalah lebah madu, serangga pengunjung bunga yang berguna dalam penyerbukan serta serangga parasit, yaitu serangga pemakan hama. Yang merupakan serangga parasit adalah serangga yang merusak tanaman budidaya, serangga pemindah penyakit seperti nyamuk Anopheles, vektor penyakit malaria, lalat tse-tse vektor penyakit tidur.
Mula-mula perkembangan arthropoda dimulai dari bentuk tubuhnya, yaitu dimulai dengan terbentuknya alat-alat tambahan di bagian ventral tubuh, terbentuknya sepasang mata dan antena pada bagian prostomium, terjadinya ruas-ruas pada pasangan kakim serta terjadinya persatuan antara prostomium dan segmen postoral membentuk struktur caput yang disebut procephalon, kemudan tiga pasang alat tubuh berikutnya (segmen ke 4, 5, dan 6) mengalami modifikasi dimana bentuknya memendek dan hanya berfungsi untuk mendorong makanan ke mulut. Bentuk hewan macam ini adalah hewan-hewan yang termasuk klasis Trilobita (berupa fosil). Fase semacam ini disebut dengan fase trilobitamorpha, dan fase ini menunjukan perkembangan yang menuju hewan arthropoda.
Arthropoda yang dapat dilihat sampai sekarang ini terbagi dalam dua subfilum, yaitu subfilum Chelicerata yang diwakili oleh klasis Arachnoidea, dan subfilum Mandibulata yang diwakili oleh klasis Crustaceae, Myriapoda dan Insekta. Perkembangan subfilum Mandibulata dan klasis insekta pada khususnya, alat-alat tambahan pada segmen ke 4, 5, dan 6 mengalami modifiasi menjadi alat mulut yang masing-masing menjadi mandibula, maksila dan labium. Ketiga segmen tersebut membentuk struktur caput serangga yang disebut gnatocephalon. Persatuan procephalon dan gnatocephalon membentuk caput serangga yang dapat dilihat sampai sekarang ini.

B. ANATOMI DAN MORFOLOGI TUBUH DARI SERANGGA
Pada klasis insekta, terdapat ciri-ciri khas antara lain : mengalami metamorfosa, kerangka luar tubuh berupa integumen yang keras atau endoskeleton yang tersusun dari lapisan khitin dan protein; tubuh yang beruas-ruas tergolong kelompok Arthropoda; tubuh terdiri dari tiga segmen, yaitu caput, thorax dan abdomen; thorax terdiri dari tiga ruas yaitu prothorax, mesothrax dan metathorax; pada serangga dewasa terdapat dua pasang sayap yang masing-masing terdapat pada meso dan metathorax; pada ruas thorax masing-masing terdapat satu padang kaki.
Tubuh Arthropoda primitif dapat dibedakan dalam tiga bagian, yaitu prostomium (bagian anterior dan tidak bersegmen), tubuh secara umum (bagian terbesar dan bersegmen). Sedangkan pada serangga terdapat pengelompokan segmen, yaitu bagian caput atau kepala yang terdiri dari 6 segmen, 3 segmen membentuk thorax, dan biasanya membentuk bagian abdomen.
Tiap ruas memiliki 3 bagian yang jelas dapat dibedakan, yaitu bagian tergum yang letaknya disebelah punggung (dorsal), sternum disebelah bawah badan (ventral) dan pleuron yang menghubungkan kedua bagian yang telah disebut di sisi kanan dan kiri tubuhnya (lateral). Dinding tubuh terdiri dari satu lapis sel dan di sebelah luarnya terletak lapisan kutikula yang dihasilkan oleh sel-sel dinding tubuh itu sendiri.
Kutikula ini kadang-kadang lemas dan halus, tetapi pada umumnya pada bagian-bagian tertentu mengeras dan memebentuk lembaran (plate) yang disebut sklerit. Sedang garis-garis yang membatasi sklerit-sklerit disebut suture. Lembaran sklerit pada bagian tergum disebut tergit, pada pleuron disebut pleurit dan pada sternum disebut sternit. Lapisan kutikula tidak homogen sifatnya, tetapi terdiri dari 2 lapisan primerm yaitu endokutikula dan eksokutikula dan yang paling luar dilindungi lapisan yang amat tipis yang disebut epikutikula. Lapisan endo dan epikutikula tersusun dari bahan-bahan yang bersifat khitin, sedangkan ephikutikula dari bahan-bahan nonkhitineus. Epikutikula merupakan lapisan yang impermeabel terhadap air, dapat menjadi pelindung terhadap kekeringan, kelembaban yang tinggi dan infeksi.

Pembagian daerah tubuh serangga.
B.1. KEPALA (CAPUT)
Kepala serangga berbentuk kapsul. Batas antara segmen asli sudah tidak nampak lagi kecuali sutura post-oksipetal yang terdapat di belakang kepala. Kepala merupakan bangunan yang kuat yang dilengkapi dengan alat mulut, antena dan mata. Sedangkan bagian dalamnya berisi otak yang terlindung dengan baik. Bagian belakang kepala (posterior) dari permukaannya terdapat lubang yang disebut : foramen magnum.

Kepala dibagi atas lima bagian, yaitu :
 Bagian pembungkus kepala (Capsula caput)
Pembungkus kepala terdiri dari bagian-bagian keras, dimana satu dengan lainnya berhubungan rapat. Pembungkus kepala dapat dibagi atas : dahi (frons), dahi bawah (clypeus), bibir muka (labrum), bagian atas kepala (epicranium) dan bagian pipi (gena).
Ada dua bentuk kepala serangga : Bentuk kepala arah ke bawah (caput hypogonatha) misalnya pada belalang; Bentuk kepala arah ke muka (caput prognatha) misalnya pada kumbang yang bersayap keras; Bentuk kepala memanjang menuju belakang diantara tungkai depan (caput opistorinkus).

 Sungut (Antena)
Sungut pada serangga ada sepasang. Letaknya di bagian muka kepala diantara dua mata majemuk. Pangkal antena (scape) adalah suatu areal membraneus dari dinding kepala dan berporos pada bagian antenifer. Bagian antena terdiri dari scape (ruas I), pedisel (ruas II), dan flagellum (> ruas III). Ada beberapa tipe antena : Annulated, pertumbuhan terjadi dimulai pada bagian dasar flagellum. Pada Pterigota dan Thysanura, antena digerakan oleh otot levator dan depressor, mulai pada anterior tentorium dan disisipkan ke scape, dan oleh otot flexor dan ekstensor, mulai dari scape dan disisipkan ke pedisel. Tidak terdapat otot pada flagellum dan hanya terdapat serabut syaraf yang melintas flagellum yang dihubungkan dengan ujung otot. Semata-mata adalah alat sensori.

Segmented, pertumbuhan terjadi dimulai pada ujung antena. Sama dengan tipe annulated tapi pada bagian flagellum terdapat depresor dan rerfaktor. Jadi terdapat juga lefator, depressor, ekstensor dan fleksor. Pertumbuhan antena ada yang bertambah dan ada yang tidak. Pada Orthoptera, nymfa mempunyai 13 ruas antena dan pada dewasa mempunyai 25 ruas antena. Pertumbuhan ini terjadi pada pangkal flagellum yang disebut meristom. Antena tipe annulated terdapat organ Johnston dan organ chordotonal yang berfungsi menggerakan flagellum. Selain itu terdapat organ sensilia yang merupakan rambut sensori yang berfungsi sebagai indera atau perangsang.
 Bagian mulut
Alat mulut pada dasarnya terdiri dari 4 bagian, yaitu : labrum, mandibula, maxilla dan labium. Bentuk sungut bermacam-macam, yaitu : alat mulut penggigit dan pengunyah, alat mulut pencucuk dan pengisap, alat mulut penjilat dan pengisap dan alat mulut pengisap.

 Mata
Mata pada serangga terdiri dari mata majemuk (compound eyes) dan mata tunggal (ocelli). Mata tunggal pada larva holometabola terletak di lateral kepala disebut stemmata, jumlahnya ada 6 atau 8. Mata tunggal pada belalang terletak di frons. Mata majemuk terdiri dari kelompok unit yang masing-masing tersusun dari sistem lensa dan sejumlah kecil sel sensori. Sistem lensa ini fungsinya untuk memfokuskan sinar menuju elemen fotosensitif dan keluar dari sel sensori berjalan ke belakang menuju lobus optik dari otak tiap faset terdiri dari satu unit yang disebut ommatidia. Masing-masing ommatidia terdiri dari bagian optik yang terdiri dari lensa kutikuler dan membentuk lensa cornea biconveks dan dibawah kornea terdapat 4 buah sel semper, pada kebanyakan serangga menghasilkan crystallin cone. Cristalin cone dan bagian sensori terdiri dari sel retinula, rhabdomere, sel pigmen sekunder dan serabut syaraf.
Fungsi mata manjemuk dalam perbedaan penerimaan intensitas cahaya : Aposisi (Photopical), yaitu suatu adaptasi sinar terang pada seranggal diurnal. Superposisi (Scotopic), yaitu adaptasi sinar lemah (gelap) pada serangga nokturnal.
B.2. Thorax
Bagian ini terdiri dari tiga segmen yang disebut segmen toraks depan (prothorax), segemn toraks tengah (mesothorax) dan segmen toraks belakang (metathorax). Pada serangga bersayap, sayap timbul pada seg,en meso dan metatoraks, dan secara kolektif dua segmen ini disebut sebagai pterotoraks. Protoraks dihubungkan dengan kepala oleh leher atau serviks.
B.3. Sayap
Sayap merupakan pertumbuhan daerah tergum dan pleura. Sayap terdiri dari dua lapis tipis kutikula yang dihasilkan oleh sel epidermis yang segera hilang. Di antara kedua lipatan tersebut terdapat berbagai cabang tabung pernafasan (trakea). Tabung ini mengalami penebalan sehingga dari luar tampak seperti jari-jari sayap. Selain berfungsi sebagai pembawa oksigen ke jaringan, juga sebagai penguat sayap. Jari-jari utama disebut jari-jari membujur yang juga dihubungkan dengan jari-jari melintang (cross-vein). Jari-jari sayap ini mempunyai pola yang tetap dan khas untuk setiap kelompok dan jenis tertentu dengan adanya sifat ini akan mempermudah dalam mendeterminasi serangga.
Rangka sayap longitudinal yang utama terdiri atas kosta (C), subkosta (Sc) yang dapat bercabang satu kali dan ditandai Sc1 dan Sc2, Radius (R) yang terdiri dari cabang posterior yaitu sektoral radial (Rs) yang dapat bercabang dua kali dengan empat ranting cabang yang mencapai batas sayap dan cabang anterior radius adalah R1, media (M) dapat bercabang dua kali dengan empat ranting cabang mencapai batas sayap, kubitus (Cu) bercabang sekali dan ranting cabangnya adalah Cu1 dan Cu2. pada Cu1 di bagian distalnya dengan dua ranting cabang yaitu Cu1a dan Cu1b dan rangka sayap anal (A) secara khas tidak bercabang dan biasanya ditandai dari anterior ke posterior sebagai rangka sayap anal pertama (1A), rangka sayap anal ke kedua (2A) dan seterusnya. Rangka-rangka sayap melintang menghubungkan rangka-rangka sayap longitudinal yang utama dan biasanya diberi nama sesuai dengan yang bersangkutan misalnya (rangka sayap melintang mediokubital, yaitu m-cu). Beberapa rangka sayap mempunyai nama-nama khusus: dua contoh yang umum adalah rangka sayap humerus (h) dan rangka sayap sektorial (s).
Penerbangan. Pada kebanyakan serangga, urat-urat daging penerbangan primer adalah tidak langsung: otot-otot longitudinal dorsal, menyebabkan notum membungkuk, sehingga meninggikan tonjolan notum sayap dalam kaitannya dengan tonjolan pleura sayap, yang mengakibatkan penekanan sayap. Gerakan antagonistik dihasilkan oleh kontraksi urat-urat daging tergo-sternal (=dorsoventral atau tergopleural); ini menarik ke bawah pada notum, menarik ke bawah tonjolan notum sayap dalam kaitannya dengan tonjolan pleura sayap, karena itu menyebabkan peninggian sayap. Kecuali itu, otot-otot yang diselipkan pada basalarem basalare dapat tercakup dalam penekanan langsung sayap atau karena kepentingannya untuk mengontrol sudut di mana sayap bergerak melalui udara.
Tungkai / kaki. Tungkai-tungkai toraks serangga berslerotisasi dan selanjutnya terbagi dalam sejumlah ruas. Secara khas terdapat enam ruas yang terdiri dari : koksa (cx) sebagai ruas dasar; trokanter (tr) terdiri dari ruas kecil (biasanya dua ruas) sesudah koksa; femur (fm), basanya ruas pertama yang panjang dari tungkai; tibia (tb), ruas kedua yang panjang; tarsus(tr), biasanya sederet ruas-ruas yang kecil dibelakang tibia; dan pretarsus (ptar) terdiri dari kuku-kuku dan berbagai struktur serupa bantalan atau serupa seta pada ujung tarsus. Sebuah banta;anm atau gelambir antara kuku-kuku biasanya disebut arolium, dan bantalan-bantalan yang terletak pada dasar kuku-kuku disebut pulvili.

B.4. Abdomen
Pada umumnya, abdomen pada serangga terdiri dari 11 segmen. Tiap segmen dorsal yang disebut tergum dan skleritnya disebut tergit, sklerit ventral atau sternum adalah sternit dan sklerit pada daerah lateral atau pleuron disebut pleurit. Lubang-lubang pernafasan disebut spirakel dan terletak di pleuron. Alat kelamin serangga terletak pada segmen abdomen ke 8 dan 9, dimana segmen-segmen ini mempunyai kekhususan sebagai alat untuk kopulasi dan peletakan sel telur.
Alat kopulasi pada serangga jantan dipergunakan untuk menyalurkan spermatozoa dari testes ke spermateka serangga betina. Bagian ini disebut aedeagus. Pada serangga betina, bagian yang menerima spermatozoa disebut spermateka. Di tempat ini, sperma dapat hidup sampai lama dan dikeluarkan sewaktu-waktu untuk pembuahan.
Alat pelengkap pada serangga jantan berupa klasper atau alat pemegang. Klasper berasal dari bagian yang disebut paramer dan bukan dari stilus. Pada serangga betina, suatu alat yang disebut dengan ovipositor berasal dari paramer. Paramer adlah sepasang penonjolan yang berasal dari sternum 10. penonjolan ini merupakan pertumbuhan baru yang tidak sama dengan stilus atau anggota abdomen lainnya.
Sepasang tonjolan di tengah saling mendekati dan kemudian bersatu membentuk saluran aedeagus. Pada kelompok serangga tingkat rendah, pasangan ini masih belum bersatu (Dermapetra dan Dictyoptera). Bagian tepi kemudian terpisah dengan adanya persendian yang memungkinkan adanya pergerakan di antara kedua bagian baru tersebut. Pada serangga betina, lubang kelamin bermuara di belakang sternum ke-8. Lubang ini berjumlah satu kecuali pada Ephemeroptera dan Dermaptera berjumlah dua. Jika lubang ini berada dibelakang sternum ke-9 biasanya serangga tidak mempunya ovipositor. Telur diletakan dengan ujung abdomennya dan terdapat pada Diptera, Lepidoptera dan Coleoptera. Ovipositor terdapat pada serangga betina yang mempunyai lubang genitalia di belakang sternum ke-8.
Sistem Pencernaan Serangga.
Bentuk morfologi saluran pencernaan makanan berbeda-beda pada berbagai jenis serangga, sesuai dengan cara makan dan cara hidup serangga. Serangga pengunyah misalnya, mempunyai saluran pencernaan makanan yang lebih sederhana daripada serangga penghisap cairan.
Saluran pencernaan pada serangga dibagi dalam tigadaerah utama, yaitu usus depan (foregut) ataus stomadenum yang berasal dari endodermal, dan usus belakang (hindgut), yang berasal dari ectodermal. Pada kebanyakan serangga, foregut dibagi lagidalam beberapa bagian fungsi yang terdiri dari pharinx, esophagus, crop dan proventriulus; midgut terbagi atas ceca ventriculus, sedangkan pylurus, illium, rectum terdapat pada bagian hindgut. Biasanya usus terdapat disepanjang tubuh dan dihubungkan dari bagian mulut sampai pada bagian anus, tapi dalam beberapa serangga yang makanannya berupa cairan yang mengandung sedikit atau tidak dijumpai sisa makanan padat, hubungan antara bagian midgut dan hindgut berhenti.

a. Foregut
Foregut adalah bagian yang berasal dari ectodermal yang pada permukaan dalamnya dilapisi oleh kutikula yang disebut dengan intima yangakan terlepas saat pergantian kulit serangga. Epithelium foregut tersusun atas sel-sel yang pipih dan pada bagian luarnya terdiri atas selapis sel otot longitudinal dan selapis otot melingkar, dan pada bagian terluar ditutupi oleh jaringan ikat yang lunak. Foregut selalu berhubungan dengan penyimpanan makanan dan kadang-kadang membantu pemecahan makanan menjadi bagian yang lebih kecil sebelum masuk ke mesenteron.
b. Pharynx
Pharynx adalah bagian pertama dari stomodaenum setelah buccal cavity. Pharynx mempunyai satu seri otot dilator yang muncul dari bagian ventral tentorium dan bagian dorsal frons. Pharynx berkembang sangat baik pada serangga penghisap pada Lepidoptera dan pada Hymnoptera yang disebut pharyngeal pump yang digunakan untuk menghisap cairan makanan.
c. Esophagus
Esophagus merupakan bagian yang tidak terdiferensiasi dari stomodaneum yang berfungsi untuk melewatkan makanan dari pharynx ke crop.
d. Crop
Crop adalah bagian yang mengalami pembesaran dari stomodaneum yang berfungsi untuk menyimpan makanan. Letaknya pada bagian posterior esophagus, tapi pada serangga yang makanannya cairan letaknya dibagian vertikulum lateral. Pada crop tidak terjadi sekresi dan absorbsi karena pada permukaan dalamnya dilapisi intima yang impermeable. Proses pencernaan pada crop dapat terjadi sebagai akibatmasuknya enzim-enzim saliva dari mulu bersama makanan dan masuknya enzim dari perut tengah akibat reguirtasi, walaupun proventrikulus bertindak sebagai katup yang membatasi pergerakan balik dari makanan tetapi tidak menghambat proses gerak reguitasi dari cairan.
e. Proventrikulus
Pada serangga-serangga yang makanannya berupa cairan, proventrikulus tidak ditemukan kecuali berupa katup yang simpel yang berasal dari midgut. Pada kecoa dan jangkrik, intima pada proventrikulus berkembang menjadi 6 gigi-gigi yang berfungsi untuk memecah makanan. Proventrikulus juga berfungsi untuk kontrol edaran makanan dari crop ke midgut.
f. Midgut
Midgut tidak dilapisi oleh kutikula pada permukaan dalamnya, tetapi dilapisi oleh perithropic membran. Sel-sel penyusunnya berbentuk kolumnar dengan mikrovili yang teratur. Sel-sel kolumnar selalu berhubungan dengan sekresi enzim dan absorbsi hasil-hasil dari proses pencernaan makanan.
Perithropic membran berupa lapisan lembut pada dinding dalam midgut yangdiketemukan pada kebanyakan serangga baik pada serangga yang makanannya padat atau berupa cairan tanaman khususnya pada Homoptera dan Heteroptera. Perithropic membran hampir selalu mengandung kitin dan protein. Perithropic membran pada serangga yang makan makanan padat berfungsi untuk melindungi sel-sel midgut dari abrasi, juga berfungsi sebagai penghambatn mikroorganisme sehingga mengurangi infeksi dari serangga.
g. Hindgut
Hindgut atau proctodaeum dilapisi oleh lapisan kutikula tipis dan lebih permeabel daripada kutikula yang melapisi foregut dan terdiri dari :
 Pylorus
Pylorus merupakan bagian pertama dari hindgut. Pylorus berpangkal pada tubul malphigi. Pada beberapa serangga, pylorus membentuk katup antara midgut dan hindgut.
 Illum
Pada kebanyakan serangga, illium merupakan suatu tabung yang tidak terdiferensiasi yang menuju ke rektum. Pada beberapa jenis rayap, illum membentuk suatu kantung yang didalamnya hidup flagelata yang berhubungan dengan pencernaan selulose.
 Rectum
Rectum merupakan pembesaran kantung dengan dinding tipis kecuali pada rectal pad yang mempunyai sel-sel epithelium kolumnar. Biasanya terdapat enam rectal pada sepanjang rectum. Rectal pad berhubungan dengan sistem trakhea. Hal ini menunjukan bahwa pada rectum terjadi metabolisme yang tinggi. Rectum, terutama pada rectal pad penting untuk reabsorpsi air, garam dan asam amino dari urine.
Sistem Syaraf Serangga.
Setiap sel hidup mampu menghantarkan rangsang dari satu sel ke sel lainnya. Suatu sel syaraf mempunyai kekhususan sebagai suatu sel yang dapat menghantarkan rangsangan dan dapat mengadakan perpaduan stimulus yang datang dari luar ataupun dari dalam tubuh. Sel syaraf (neuron) terdiri dari tubuh sel dan akson yang panjang. Sel syaraf berkumpul dan membentuk jaringan syaraf. Secara keseluruhan, jaringan syaraf mempunyai fungsi sebagai berikut : menerima informasi dari keadaan sekeliling dan dari tubuh serangga itu sendiri, dan mengumpulkan semua informasi yang didapat kemudian mengintegrasikannya. Kemudian hasil integrasi disampaikan ke otot yang merupakan hasil reaksi serangga terhadap keterangan dari sekitarnya.
Jaringan syaraf dapat dibagi ke dalam jaringan syaraf pusat dan syaraf tepi. Jaringan syaraf pusat terdiri sepasang rantai syaraf yang terdapat di sepanjang tubuh bagian ventral. Pada setiap segmen terjadi suatu pengumpulan sel syaraf tubuh yang disebut ganglion. Sedangkan saraf tepi terdiri dari tiga macam sel syaraf, yaitu : 1) sel syaraf indera yang berfungsi membawa impuls dari alat indera; 2) sel perantara yang membawa impuls antara sel syaraf; 3) sel syaraf motor membawa impuls dari pusat integrasi ke otot.
Sel syaraf pada syaraf tepi terdapat pada bagian tepi ganglion. Tiga kelompok ganglion yang terdapat di depan mulut (preoral) dapat dianggap sebaga otak.
Jumlah ganglion yang menjadi otak terdiri dari : Protoserebrum sebagai tempat integrasi dan juga mempunyai sel hormon; deuteroserebrum merupakan ganglion yang menginversi antena; dan tritoserebrum tidak mempunyai daerah intervensi khusus.
Sistem Otot Serangga.
Otot merupakan daerah sel hidup, bentuknya memanjang dan mempunyai fungsi khusus, yaitu menimbulkan ketegangan di antara dua bagian Protoplasma mempunyai fibril yaitu suatu elemen yang dapat berkontraksi dan menimbulkan ketegangan. Energi yang dipergunakan untuk kontraksi didapat dari pembakaran karbohidrat. Serangga mempunyai sistem otot yang terdiri dari otot bergaris, dan padanya tidak di dapatkan otot polos.
Hubungan syaraf dan otot pada serangga berbeda dengan vertebrata. Pada serangga syaraf akan menempel pada seluruh panjang sel otot, sehingga proses pengaktifan terdapat hampir diseluruh otot. Perubahan potensi tidak tampak bergerak sepanjang dinding otot seperti pada vertebrata. Dapat dibedakan dua proses kontraksi, yaitu kontraksi isomentri dimana panjang otot tidak berubah, dan hanya jadi suatu tegangan; sedangkan kontraksi isotonis di mana tegangan sama, tapi panjang otot yang berubah.
Biasanya satu impuls syaraf menyebabkan satu kontraksi, tetapi pada otot-otot khusus dapat berosilasi pada frekuensi tinggi, sehingga otot dapat berkontraksi beberapa kali sebagai akibat suatu impuls syaraf. Kecepatan otot untuk berosilasi sangat tergantung pada sifat mekanikanya dan struktur tempat otot melekat. Kontraksi otot membutuhkan energi metabolik, sehingga otot mempunyai sistem trakhea yang baik. Hal ini terutama terjadi pada otot-otot terbang di mana sistem respirasi traspesialisasi untuk mempertahankan suplai oksigen selama serangga terbang. Pada kebanyakan otot, trakheolus berhubungan rapat dengan bagian luar serabut otot.
Osilasi otot terbang : Otot Synchronous, setiap kontraksi otot terbang pada Odonata, Otrhoptera dan Lepidoptera dihasilkan satu impuls syaraf. Otot-otot ini disebut otot synchronous. Umumnya otot serangga termasuk tipe ini. Biasanya frekuensi kepakan sayap dari serangga dengan otot terbang synchronous adalah lambat, kira-kira tidak lebih dari 25 kepakan per detik; Otot Asychronous, pada serangga yang mempunyai otot fibrillar, frekuensi kepakan sayap melebihi 100 hz. Hal ini mencirikan kontraksi sel otot tersebut, bahwa beberapa kontraksi diakibatkan oleh tibanya suatu impuls syaraf. Otot-otot yang mempunyai ratio kontraksi terhadap stimuli yang berbeda dari normal ratio (1:1) disebut asynchronous.

C. FISIOLOGI DARI SERANGGA
Energi bebas diperlukan serangga untuk kelangsungan fungsi-fungsi hidup serangga, dan hal ini didapatkan sebagian besar dari oksidasi nutrien. Suplai oksigem untuk keperluan ini didapatan melalui respirasi. Respirasi meliputi pengambilan, transport, dan penggunaan oksigen oleh sel-sel dan jaringan dan pemindahan karbondioksida dari tubuh. Pada serangga, cara respirasi utamanya adalah melalui difusi gas-gas dari udara secara langsung melewati membran menuju sel-sel.

Respirasi.
Sistem trakhea. Sistem utama transport gas-gas pada serangga adalah sistem trakhea. Sistem ini terdiri dari suatu seri pembuluh bercabang yang dinamakan trakhea. Trakhea dibentuk menjadi kelompok-kelompok pada tiap-tiap segmen tubuh dan terbuka kebagian luar tubuh melalui spirakel. Spirakel terbuka ke bagian batang trakea. Pada serangga yang mampu terbang cepat seperti lalat rumah (Diptera), batang trakheanya mengalami pembesaran, yang dinamakan kantung udara (air sacs), berfungsi untuk meningkatkan ventilasi. Cabang trakhea keluar dari batang trakhea pada masing-masing segmen dan semakin banyak dan halus cabangnya. Akhirnya ujung-ujung hlus trakhea terbagi menjadi trakheoulus yang sangat halus (diameternya kurang dari 1 mikron). Pembuluh kapiler halus ini kemudian bercabang di sekitar sel-sel dan jaringan dan menembus ke dalam serat-serat otot.



Gambar spirakel yang terbuka keluar tubuh dikenal sebagai sistem terbuka. Sistem terbuka ini mempunyai modifikasi yang beragam pada serangga-serangga berbeda. Sistem tertutup terdapat pula pada serangga, dimana spirakel menjadi non-fungsional atau tidak ditemukan sama sekali. Banyak serangga akuatik yang belum dewasa memiliki sistem tertutup (contohnya mayflies, Ephemeroptera dan stonefliesm, Plecoptera), dan sistem aliran selain spirakel, yaitu jaring-jaring trakheolus halus yang terbentang di bawah kulit atau menuju insang bagian luar. Bentuk khusus respirasi lainnya yang ditemukan pada serangga akuatik termasuk penyimpan udara selam (contohnya, pada kumbang air pemakan bangkai dan kumbang penyelam predator, Coleoptera), dimana suatu selaput atau gelembung-gelembung air menempel pada beberapa bagian tubuh. Plastron memungkinkan serangga tetap tinggal dalam air untuk waktu yang tak terbatas. Sama halnya dengan gelembung pernafasan, pernafasan menggunakan plastron mengandalkan difusi oksigen dari air ke dalam gelembung. Plastron adalah suatu kerangka yang terdiri atas rambut-rambut kaku penolak air, atau jaring-jaring kutikula. Serangga akuatik lainnya memiliki pembuluh udara yag digunakan seperti snorkle untuk menghisap udara dari permukaan (contohnya, larva nyamuk dan kalajengking air).
Proses Respirasi. Respirasi terjadi dengan cara difusi oksigen dan karbondioksida melalui sistem trakhea, dibantu oleh ventilasi mekanis dari trakhea abdominal dan kantung udara. Difusi oksigen ke sistem trakhea terjadi karena turunnya tekanan oksigen pada ujung trakheoulus. Dengan cara yang sama, karbondioksida juga berdifusi keluar melalui sistem trakhea.

Makanan dan Pencernaan.
Berdasarkan tipe makanannya, serangga dikelompokan sebagai fitofagus, zoofagus dan saprofagus. Serangga fitofagus memakan tumbuhan, sebagian besar serangga termasuk dalam kelompok ini. Serangga tipe ini memakan berbagai bagian tumbuhan seperti jaringan daun, batang, akar ataupun struktur reproduksi. Serangga seperti halnya kupu-kupu yang memakan nektar atau produk tumbuhan lainnya juga dikategorikan sebagai fitofagus.
Serangga zoofagus memakan hewan lain, termasuk sebagian besar vertebrata dan invertebrata. Serangga yang memakan vertebrata umumnya berupa parasit seperti fleas (Siphonaptera) atau nyamuk (Diptera). Namun terdapat juga beberapa beberapa yang bersifat predator seperti kumbang selam (Coleoptera) yang memakan ikan-ikan kecil. Sebagian besar serangga zoofagus memakan atau memparasiti invertebrata lainnya, bahkan termasuk pula serangga.
Serangga saprofagus memakan materi-materi organik yang telah mati. Serangga tipe ini berperan penting dalam siklus nutrisi pada lingkungan, seperti pemakan bangkai yang umum (kecoa, Othoptera), pemakan kotoran (kumbang dung, Coleoptera), pemakan tumbuhan mati (rayap, Isoptera), dan pemakan humus (Collembola).
Beberapa serangga dapat berpindah kategori makan, seperti halnya pada beberapa kumbang berbau (Hemiptera) yang biasanya memakan serangga lainnya namun dapat berganti memakan jaringan tumbuhan jika tidak menemui mangsa. Perilaku makan serangga ini dikategorikan sebagai omnivora.
Sistem pencernaan. Saluran pencernaan (usus) serangga merupakan struktur dasar sistem pencernaan yang berupa pembuluh memanjang dari mulut sampai anus. Usus dapat dibedakan dalam tiga bagian : usus depan (stomodaeum), usus tengah (mesenteron), dan usus belakang (proctadeum). Bagian-bagian ini biasanya dipisahkan oleh katup. Katup kardiak dibagian depan dan katup pylorik dibagian belakang.
Usus depan memiliki bagian-bagian yang meliputi farings (kerongkongan), esofagus, crop dan proventrikulus yang menyerupai katup. Pada beberapa serangga seperti kecoa, proventrikulus dapat berotot yang menyerupai tembolok dan mempunyai gigi untuk menghaluskan makanan.
Usus tengah tidak memiliki bagian-bagian seperti halnya usus depan, namun sering berasosiasi dengan gastric caeca, yang dikenal sebagai kantung buntu. Bagian dalam usus tengah seringkali memiliki membran peritrofik yang berkitin dan bersifat semipermeabel. Membran ini membentuk lapisan pelindung antara materi makanan dan sel-sel epitel yang rapuh. Membran ini tidak dijumpai pada serangga-serangga pemakan cairan.

Usus belakang sangat bervariasi bergantung pada jenis serangga, tetapi umunya terbagi menjadi pembuluh intestin dan rektum yang terhubung ke anus.
Struktur lain yang berasosiasi dengan usus meliputi sepasang kelenjar saliva dengan pembuluh yang terhubung ke saluran pra oral, hipofarings, dan tubulus malphigi yang bergabung dengan intestin sebelum katup pyloric. Tubula ini membentuk organ utama ekskretori.
Pencernaan. Pencernaan dimulai ketika makanan bercampur dengan enzim yang terdapat pada saliva. Beberapa pencernaan dapat terjadi secara eksternal sebelum makanan dicerna dan ketika saliva disuntikkan ke jaringan inang (contohnya, leahoppers, Homoptera) atau dijilatkan ke makanan (contohnya, lalat rumah, Diptera).
Biasanya, makanan yang telah dicerna tahap awal akan bergerak sepanjang crop yang kemudian tersimpan atau terus bergerak ke proventrikulus. Ketika mencapai usus tengah, makanan akan bercampur dengan enzim-enzim utama pencernaan. Kebanyakan aktivitas enzim terjadi di area gastric area.
Serangga sebagian besar memiliki enzim-enzim utama yang terdapat pada hewan lainnya. Namun tidak semuanya dapat ditemukan pada satu spesies. Serangga yang makanannya cukup variatif memiliki enzim-enzim tertentu yaitu, amilase, maltase, lipase, invertase dan ekso- dan endopeptidase. Spesies pemakan darah utamanya memiliki enzim proteolitik. Pada serangga pengebor kayu dapat ditemukan selulase yang dapat menghancurkan jaringan kayu. Kebanyakan serangga ini, contohnya rayap (Isoptera), menghasilkan selulase yang dihasilkan mikroorganisme simbiotik yang hidup pada usus.
Setelah makanan dicerna, nutrien bergerak melalui membran peritrofik dan diabsorbsi oleh epithelium usus tengah. Membran ini dimungkinkan dilalui cairan dan larutan namun menghambat fragmen-fragmen yang lebih besar. Membran ini juga melindungi abrasi sel-sel epitel. Beberapa kelompok serangga yang hanya memakan makanan cair, seperti lalat penghisap darah dan kupu-kupu, tidak memiliki membran peritrofik.
Pada usus belakang, sisa makanan yang tidak dicerna dibuang melalui anus. Di sini rektum memainkan peranan penting dalam mengasorbsi kembali air dan pelet feses dan membantu mempertahankan keseimbangan air dan garam pada tubuh. Beberapa serangga akuatik seperti naiads capung (Odonata) juga memiliki insang trakhea pada rektum yang berfungsi dalam respirasi.

Sirkulasi darah.
Di banyak hewan, seperti vertebrata, sirkulasi darah berupa pergerakan melalui serangkaian pembuluh (vena, arteri, kapiler). Hal ini dinamakan sistem tertutup.
Sebaliknya, serangga memiliki sistem sirkulasi terbuka. Darah serangga mengalir langsung melalui rongga tubuh, dinamakan hemocoel, kemudian menyuplai organ-organ dan jaringan-jaringan.

Sistem Sirkulasi. Pembuluh dorsal merupakan organ sirkulasi utama pada serangga. Pembuluh ini terletak di bagian atas homocoel dan memanjang dari bagian belakang abdomen ke arah kepala. Pembuluh ini terdiri dari dua bagian, jantung pada bagian belakang dan aorta pada bagian depan. Jantung merupakan organ yang bersekat-sekat, menyedot darah melalui lubang pada tiap sekat yang dinamakan ostia. Kemudian jantung memompa darah kearah depan menuju aorta. Aorta membawa darah ke depan dan mengalirkannya ke kapsul kepala.
Jantung sebagian besar serangga bagian bawahnya dibatasi oleh otot-otot berbentuk sayap yang dinamakan otot alari. Otot-otot ini menghubungkan jantung ke bagian lateral terga. Otot-otot ini dapat membentuk hampir keseluruhan pemisah antara jantung dan rongga tubuh. Pemisah ini dinamakan diafragma dorsal dan sekat-sekat yang menjadi bagian dari jantung dinamakan sinus dorsal.
Pada beberapa serangga, organ pemompa terdapat pada toraks dan rongga tubuh bawah. Organ torasik pemompa, ditemukan pada sejenis ngegat (Lepidoptera), terdapat pada mesotoraks dan mengalirkan darah melewati sayap. Pada banyak seranggan terdapat juga diafragma ventral, sama bentuknya dengan diafragma dorsal, menghantarkan darah kembali ke bagian belakang dan ke arah samping.
Darah. Darah serangga, dinamakan hemolimf, merupakan cairan berwarna kuning atau hijau. Cairan itu mengandung plasma cair, dan sekitar 10 persennya terdiri dari sel-sel darah, atau hematosit.
Tidak seperti vertebrata, sebagian besar sel-sel darah serangga tidak mengandung hemoglobin yang merupakan pembawa oksigen. Darah serangga juga tidak berperan saat respirasi, kecuali pada kelompok tertentu seperti pada spesies muda Chironomus.
Fungsi utama darah pada serangga adalah menghantarkan nutrien, sisa metabolisme, dan hormon. Darah mengasorbsi nutrien dari sistem pencernaan dan membawanya melalui rongga tubuh dan mensuplai jaringan-jaringan dan organ-organ. Sisa-sisa dari metabolisme pada tempat-tempat sel juga diasorbsi oleh darah dan dibawa ke organ-organ ekskretori, untuk kemudian dibuang. Hormon-hormon dari kelenjar juga dihantarkan oleh darah ke tempat aktivitasnya. Lebih dari itu, darah mempunyai peran dalam sistem kekebalan serangga, mempunyai sel-sel terspesialisasi yang dapat membuang mikroorganisme berbahaya; dan juga berfungsi dalam penyembuhan luka. Hal lainnya, pada metabolisme tertentu darah menyimpan dan mengkonversi senyawa-senyawa (seperti, trehalosa disimpan dan dikonversikan menjadi glukosa) dan berperan sebagai sumber tekanan (hidrolik) untuk mengembangkan bagian-bagian tubuh selama proses ‘hatching’ dan pertumbuhan.
Keberadaan indera sangat penting bagi serangga untuk mengenali lingkungannya dan mengkoordinasikan aktivitas hidupnya, seperti; mencari makanan, mencari pasangan kawin, menghindari musuh, membuat sarang, dan melangsungkan fungsi-fungsi internal. Sejumlah organ-organ indera yang berbeda menghasilkan suatu persepsi. Gabungan informasi dan stimulasi yang dihasilkan oleh sistem syaraf pada akhirnya menciptakan perilaku.

Organ Indera.
Organ-organ indera bagi serangga meliputi organ penglihat, pembau, perasa dan pendengar. Para ahli terminologi biasanya membagi organ-organ tersebut ke dalam kategori yang paling mendasar yaitu fotoreseptor, kemoreseptor dan mekanoreseptor.
Fotoreseptor. Fotoreseptor adalah indera pengelihat. Seluruh sel-sel hewan sensitif terhadap cahaya, namun secara khusus pada serangga terspesialisasi pada indera pengenal keberadaan cahaya, panjang hari, intensitas cahaya, warna dan aspek-aspek lainnya.
Barangkali fotoreseptor yang paling kompleks pada serangga adalah yang berhubungan dengan pembentukan citra (image), yaitu mata. Mata majemuk dan mata sederhana (ocelli) adalah organ utama yang terdapat pada kepala sebagian besar serangga. Mata majemuk diperkirakan hasil evolusi pada serangga bersayap dan mata jenis ini tidak ditemukan pada serangga primitif tak bersayap. Mata majemuk juga tidak terdapat pada tahap muda serangga yang paling maju (Endopterygota). Hanya mata sederhana saja yang terdapat pada serangga-serangga tersebut, dan sebagian besar serangga yang bermata majemuk biasanya juga memiliki mata sederhana. Beberapa serangga tidak memiliki mata sama sekali, namun mampu menangkap sinyal cahaya melalui kutikulanya (dermal photoreception).
Kemoreseptor. Indera perasa (guastation) dan pembau (olfaction) bekerja berdasarkan pendeteksian molekul-molekul tertentu oleh organ reseptor yang kemudian menghasilkan impuls syaraf. Perbedaan antara indera perasa dan pembau hanya terletak pada masalah jarak dari sumber. Dengan kata lain, indera perasa dapat merasakan makanann ketika didalam mulut, namun ketika jauh dari mulut, makanan tersebut hanya dapat dirasakan baunya oleh indera pembau. Setelahnya mekanisme chemoreseption adalah sama.
Kemoreseptor biasanya terjadi pada bentuk-bentuk seperti paku atau rambut pada berbagai bagian tubuh. Reseptor perasa merasakan molekul-molekul dari bentuk cairan. Seringkali reseptor perasa berbentuk seperti rambut dan pada ujung rambut itu terdapat ujung syaraf halus yang terdedah pada lingkungan. Dibandingkan reseptor perasa, reseptor pembau kelihatannnya lebih menyerupai pakun dan memiliki sejumlah besar ujung syaraf pada permukaan. Seperti dapat diperkirakan, reseptor perasa terdapat banyak pada bagian mulut, walaupun reseptor ini juga menyebar pada tarsi kebanyakan serangga, sehingga berguna untuk mempermudah seranga dalam mendeteksi makanan. Reseptor pembau terletak paling banyak pada antena serangga namun juga melimpah pada organ tubuh (palpi) bagian mulut.
Mekanoreseptor. Mekanoreseptor, dinamakan sensila, meripakan struktur sensori yang paling banyak pada serangga, ditemukan cukup banyak pada permukaan tubuh. Sensila ini menyerupai bentuk rambut, pada kasus tertentu dinamakan trichoid, atau sensila ini dapat menyerupai tenda (campaniform) atau berbentuk keping (placoid).
Beberapa dari reseptor ini sensitif terhadap sentuhan dan berespon terhadap tekanan dengan cara mengirimkan aliran impuls ke sistem syaraf. Sensila ini dinamakan tonic. Reseptor lainnya berespon sebagian besar terhadap hal-hal seperti vibrasi udara ataupun air. Sensila jenis ini disebut phasic. Beberapa sensila yang terspesialisasi juga berfungsi dalam menerima informasi tentang posisi relatif satu bagian tubuh terhadap bagian lainnya. Sensila seperti ini dinamakan proprioreseptor.
Sebagian kecil mekanoreseptor tidak memiliki struktur eksternal yang berhubungan dengannya. Sensila chordotonal terdiri dari bundelan sel-sel syaraf bipolar yang melekat diantara dua permukaan pada integumen. Sensila ini mendeteksi tekanan pada dinding tubuh dan pergerakan serangga. Sekelompok sensila chordotonal yang terspesialisasi membentuk organ Johnston, yaitu suatu struktur pada segmen kedua antena serangga dewasa yang merespon pergerakan antena dan juga pendengaran. Organ pendengaran utama serangga dibentuk oleh membran tympanum dimana getaran dapat dideteksi oleh sekelompok sensila chordotonal. Organ tympanum ditemukan pada belakang (segmen pertama abdomen), jengkrik (tibiae), ngengat (abdomen atau methathorax), dan beberapa serangga lainnya.
Reseptor lainnya. Selain organ-organ indera yang telah dijelaskan diatas, serangga juga memiliki reseptor untuk menangkap kelembaban dan temperatur tertentu, walaupun sangat sedikit dan diketahui mengenai hal ini. Penangkapan kelembaban udara dinmakan hygroreeption; level tertentu kelembaban dirasakan beberapa serangga melalui rambut-rambut yang dapat mengasorbsi kelembaban. Serangga ini memiliki indera pengenal temperatur dan menggunakan indera ini untuk mencari lingkungan yang sesuai untuk melakukan aktivitas hidupnya. Sebagai contoh kumbang pengebor kayu, spesies Melanophila (Buprestidae), memiliki lubang sensori di bagian dalam mesothorax yang sensitif terhadap panas pohon-pohon yang telah rusak oleh api, dimana kumbang ini menyukai jenis pohon seperti itu. Reseptor geomagnetik dapat mendeteksi daerah bermagnet. Reseptor jenis ini terdapat pada serangga-serangga seperti lebah madu yang menggunakannya untuk berorientasi dan aktivitas lainnya. Namun, organ indera yang digunakan pada geomagnetic reception belum dapat diidentifikasi melalui electrophysiology.

Sistem Syaraf.
Sistem syaraf serangga berfungsi untuk menghasilkan dan mengalirkan impuls elektrik, mengintegrasikan informasi yang diterima dan menstimulasi otot untuk pergerakan. Sistem ini dibagi dua menjadi sistem syaraf dan sistem syaraf visceral.
Sistem syaraf pusat. Pada dasarnya sistem syaraf pusat dibentuk dari otak, terletak dikepala dan cord syaraf ventral yang memanjang dari otak ke abdomen sepanjang dasar rongga tubuh. Sistem syaraf pusat mensupervisi dan mengkoordinir aktivitas-aktivitas tubuh serangga.
Sistem syaraf visceral. Komponan utamanya adalah sistem syaraf stomodeal. Sistem syaraf stomodeal mengkoordinasi aktiviras gut (usus) anterior dan pembuluh dorsal. Sistem ini terdiri dari ganglion frontal yang terhubung ke otak dan ganglia-ganglia kecil lainnya.



D. CARA REPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP SERANGGA
Keunikan serangga dalam pertumbuhan, perkembangan dan bereproduksi adalah salah satu ciri terpenting serangga dan merupakan kunci kesuksesan evolusi serangga. Sebagian besar serangga bersifat diocious, yaitu memiliki individu jantan dan betina yang mampu kawin untuk menghasilkan zygot (telur yang telah difertilisasi). Namun dalam kasus yang tidak umum, terdapat juga beberapa serangga yang bereproduksi tanpa gamet jantan. Bentuk reproduksi aseksual ini dikenal sebagai partenogenesis.

Reproduksi.
Sistem Reproduksi Betina adalah sepasang ovari. Masing-masing ovari biasanya terdiri dari satu bundel kelompok ovariol yang merupakan tempat terbentuknya telur. Masing-masing ovariol melekat pada suatu benang yang dinamakan filamen terminal. Sel-sel germinal berkembang sepanjang sel-sel itu bergerak melalui pedisel (secara kolektif dinamakan kaliks) ke oviduct lateral dan dilanjutkan ke oviduct. Dari oviduct, telur bergerak ke vagina, dimana telur-telur itu dibuahi dan tertahan untuk tertanam. Organ-organ yang terlibat dalam fetilisasi tersebut adalah spermateka yang berfungsi menerima dan menyimpan sperma setelah kopulasi. Kelenjar spermateka yang melekat pada spermateka mensuplai nutrisi untuk pemeliharaan sperma sebelum melebur. Adapun sepasang kelenjar asesori mensekresikan zat adhesif dan penutup yang berfungsi melingungi telur setelah dibuahi. Terdapat banyak sekali modifikasi reproduksi betina ini tergantung pada kelompok serangga.
Organ utama sistem reproduksi jantan adalah sepasang testis, yang terdapat pada posisi yang hampir sama dengan ovari betina. Masing-masing testis terbentuk dari sejumlah saluran tubulus sperma. Sperma diproduksi pada tubulus sperma dan bergerak melalui vasa deferensia dan dilanjutkan ke vas deferens. Sperma bergerak berlanjut melalui vas deferens dan tertahan di suatu struktur penyimpnan, semivenal vesikel. Disinilah sperma bergabung dengan hasil sekresi sepanjang kelenjar asesori untuk membentuk semen. Pada beberapa serangga, sperma tersimpan pada kapsul yang dinamakan spermatofor. Pada saat kopulasi, semen dari versikel seminal bergerak melalui ejakulatori duct dan keluar melalui penis.


Siklus hidup.
Serangga dikenal sebagai organisme yang memiliki kelulus hidupan tinggi dan mampu bertahan dari segala kondisi lingkungan yang ekstrem seperti kekeringan, musim dingin, hujan, panas dan lain-lain. Hal ini dimungkinkan karena serangga memiliki pola-pola hidup bawaan yang khas meliputi pola reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan individu-individu dalam populasi. Pola-pola inilah yang dinamakan siklus hidup (life cycle).
Secara formal siklus hidup merupakan rantai atau serangkaian peristiwa biologi yang terjadi selama hidup individu serangga. Siklus hidup biasanya diawali oleh deposisi telur dan diakhiri dengan peletakkan sel telur oleh dewasa betina. Cakupan siklus hidup dibatasi dalam satu generasi.

Selain siklus hidup juga dikenal dengan siklus musim (seasonal cycle). Siklus musim merupakan serangkaian siklus hidup suatu spesies yang terjadi selama periode satu tahun.

Metamorfosis.
Seiring pertumbuhannya, serangga mengalami berbagai perubahan besar selama siklus hidunya. Proses perkembangan serangga sejak larva keluar dari telur yang dikenal sebagai eclosion sampai menjadi individu dewasa dinamakan metamorfosis.
Metamorfosis utamanya dipengaruhi oleh hormon yang dinamakan hormon juvenil (HJ). HJ diproduksi oleh kelenjar asesori pada darah berfungsi menekan karakteristik dewasa dengan cara mempertahankan struktur juvenil. Suatu serangga yang memiliki kandungan HJ tinggi dalam darahnya akan mengalami molting, namun akan tetap bertahan di tahap selanjutnya. Pada tahap krisis pertumbuhan, kandungan HJ terhenti atau menurun ke level sangat rendah, dan setelah molting berikutnya, serangga berkembang menjadi bentuk dewasa. Dari sini dapat dilihat bahwa pertumbuhan dan perkembangan berhubungan erat,n dengan pengendalian seluruh proses dilakukan oleh tiga enzim yang sangat penting: hormon otakm ecdyson, dan hormon juvenil.

Model Tidak Bermetamorfosis.
Model tidak bermetamorfosis ditemukan pada serangga primitif tidak bersayap (sub klas Apterygota), sebagai contoh. ‘springtail’, ‘silverfish’ dan ‘firebrats’, seperti halnya juga pada arthropoda non serangga lainnya. Dalam kelompok ini, siklus hidupnya berlangsung mulai dari telur, juvenil kemudian dewasa. Transisi dari juvenil pertama ke dewasa berlangsung secara berangsur-angsur (gradual). Selama berlangsungnya siklus hidup, juvenil tampak sangat mirip dengan dewasa, hanya saja berbeda terutama pada ukuran dan proporsi tubuh dan tidak adanya alat kelamin yang fungsional. Pada serangga ini, seluruh tahapan dapat ditemukan pada habitat yang sama, dan makanan jenis juvenil sama dengan dewasa. Berbeda dengan serangga lainnya, molting berlanjut pada tahap dewasa, dan karena betina kehilangan penutup spermateka mengakibarkan serangga betina ini dibuahi beberapa kali selama siklus hidupnya.

Model Metamorfosis Tidak Sempurna.
Model metamorfosis tidak sempurna adalah salah satu model di mana tahap mudanya dapat menyerupai ataupun tidak menyerupai dewasanya, memiliki ‘wing pad’ eksternal, dan kadang mempunyai ‘insang bertrakhea’ spesial yang memungkinkan respirasi dalam air. Terdapat beberapa variasi pada tipe siklus hidup ini, tapi secara umum telur ditemukan disekitar perairan dan tahap mudanya disebut dengan naiad, makan dan berkembang dalam air tahap dewasa serangga ini dapat ditemukan terbang diatas atau disekitar perairan, atau pada beberapa capung cukup jauh dari air.

Model Metamorfosis Sempurna.
Bentuk siklus hidup ini ditemukan pada serangga-serangga yang berevolusi paling maju. Dalam hal ini, terdapat empat tahapan hidup yang berbeda pada siklus hidup : telur, larva, pulpa dan dewasa. Keberadaan tahapan larva dan pupa pada siklus hidup tipe ini merupakan aspek yang paling mudah dibedakan dari tipe lainnya. Dengan beberapa kekecualian, larva sangat berbeda dengan dewasa. Larva memiliki bentuk berbeda, belum memiliki mata majemuk, mempunyai antena yang tereduksi, dan tidak memiliki bukti-bukti eksternal keberadaan formasi sayap. Pada umumnya, perkembangan sayap dimulai pada tahap larva awal tetapi terjadi secara internal dari bentuk rudimen yang dikenal sebagai keping imajinal (imaginal disks). Tahap pupa diwakili oleh suatu serangga yang biasanya dalam keadaan ‘berdiam diri’ / tidak aktif (sejumlah kecil spesies serangga memiliki pupa yang aktif). Sebagian besar pupa non-aktif ditemukan di tempat tersembunyi, habitat-habitat terlindung. Beberapa, seperti ngegat, ditemukan dalam kokon, yaitu suatu lapisan penutup terbuat dari sutera yang dibuat oleh larva instar terakhir (prapupa). Pupa Diptera yang lebih maju ditemukan dalam kulit larva instar yang mengeras untuk membentuk pupa sebagai pelindung. ‘Wing pads’ muncul pada pupa, dan proses aktif histolisis dan histogenesis secara fisiologi dilakukan secara internal selama tahap ini.

Evolusi pada tahap pupa telah memungkinkan perkembangan struktur larva yang terspesialisasi namun tidak berlanjut pada tahap dewasa. Melalui pengaturan ini, larva dan dewasa seiring berevolusi dalam arah yang berbeda, dimana larva terspesialisasi dalam pengumpulan makanan dan dewasa berkembang lebih jauh dalam arti bereproduksi dan melakukan penyebaran. Selain itu, larva mengkonsumsi makanan lebih banyak dibandingkan serangga dewasa, larva juga mengkonsumsi makanan yang berbeda sehingga dapa mengeliminasi kompetisi yang terjadi antar tahapan.

Mayoritas pada siklus hidup yang bermetamorfosis sempurna, larva pada seluruh tahapan memiliki perilaku yang serupa; mereka hidup pada habitat yang sama dan mengkonsumsi makanan yang sama.

SIMPULAN

Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti "berkaki enam"). Serangga ditemukan di hampir semua lingkungan kecuali di lautan.
Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Fosil-fosilnya dapat dirunut hingga ke masa Ordovicius. Fosil kecoa dan capung raksasa primitif telah ditemukan. Sejumlah anggota Diptera seperti lalat dan nyamuk yang terperangkap pada getah juga ditemukan.
Hewan ini juga merupakan contoh klasik metamorfosis. Setiap serangga mengalami proses perubahan bentuk dari telur hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi. Pergantian tahap bentuk tubuh ini seringkali sangat dramatis. Di dalam tiap tahap juga terjadi proses "pergantian kulit" yang biasa disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini disebut instar. Ordo-ordo serangga seringkali dicirikan oleh tipe metamorfosisnya.
Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas mirip cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen).

DAFTAR PUSTAKA

Djarubito Brotowidjoyo, Mukayat. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.
Engemann, Joseph G.. 1968. Invertebrate Zoology. New York : Macmillan Publishing co inc.
Harmadi. 1984. Zoologi untuk Sekolah Lanjutan dan Umum. Jakarta : CV Yasaguna.
Syamsuri, Istamat. 2001. Biologi SMU kelas 1. Jakarta : Erlangga.
Wahyu, Iwan. 2004. Biologi SMA kelas X. Bandung : Regina.
Radiopoetro. 1980. Zoologi. Jakarta : Erlangga.

Tidak ada komentar: